30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Kasus JR Dongkrak Elektabilitas Eramas

Pasangan Edy-Ijeck meraih nomor urut satu untuk Pilgubsu 2018.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – -Dua hasil survei terkait elektabilitas Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) Sumut yang dirilis pekan kemarin jadi sorotan publik. Pertama survei Indo Barometer antara 4-10 Februari 2018 yang dirilis pada 23 Maret 2018. Kedua, survei dilakukan Center For Election and Political Party (CEPP) USU yang dilakukan 3-7 Maret 2018 dan dirilis 24 Maret 2018. Dalam survei CEPP, paslon Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah unggul atas Djarot-Sihar.

Yang menjadi sorotan publik tentu saja rilis survei Indo Barometer. Terutama soal parameter kejujuran paslon antara cagub nomor urut 1 Edy Rahmayadi dengan cagub nomor urut 2 Djarot Saiful Hidayat.

Menurut survei tersebut, Djarot unggul dalam indikator jujur dan bebas korupsi yakni sebesar 77,1%, sedangkan Edy meraih 69,4%.

Menurut Praktisi Politik Ikhyar Velayati Harahap, survei merupakan kajian ilmiah.

“Soal legitimasinya, ya silahkan publik menilai. Jikapun ada yang merasa janggal, ya bisa dibantah dengan survei juga. Dan survei Indo Barometer kan sudah terbantahkan dengan rilis survei yang dilakukan CEPP FISIP USU. Namun lagi-lagi, publik yang menjadi penilainya,” kata Ikhyar kepada wartawan, Minggu (25/3).

Meski begitu, Ikhyar menilai survei yang dilakukan CEPP USU memiliki validasi dan akurasi yang lebih bisa diterima publik.

Alasan pertama, sambung Ketua PKNU Sumut itu, survey CEPP USU lebih aktual karena dilakukan pada Maret 2018 dan dirilis pula pada bulan yang sama.

“Kalau Indo Barometer yang dirilis 23 Maret 2018 itukan surveinya dibuat pada awal Februari 2018. Jadi (survei CEPP USU) ya bisa lebih diterima publik,” imbuh Ketua Forum Aktivis 1998 Sumut itu.

Pasangan Edy-Ijeck meraih nomor urut satu untuk Pilgubsu 2018.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – -Dua hasil survei terkait elektabilitas Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) Sumut yang dirilis pekan kemarin jadi sorotan publik. Pertama survei Indo Barometer antara 4-10 Februari 2018 yang dirilis pada 23 Maret 2018. Kedua, survei dilakukan Center For Election and Political Party (CEPP) USU yang dilakukan 3-7 Maret 2018 dan dirilis 24 Maret 2018. Dalam survei CEPP, paslon Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah unggul atas Djarot-Sihar.

Yang menjadi sorotan publik tentu saja rilis survei Indo Barometer. Terutama soal parameter kejujuran paslon antara cagub nomor urut 1 Edy Rahmayadi dengan cagub nomor urut 2 Djarot Saiful Hidayat.

Menurut survei tersebut, Djarot unggul dalam indikator jujur dan bebas korupsi yakni sebesar 77,1%, sedangkan Edy meraih 69,4%.

Menurut Praktisi Politik Ikhyar Velayati Harahap, survei merupakan kajian ilmiah.

“Soal legitimasinya, ya silahkan publik menilai. Jikapun ada yang merasa janggal, ya bisa dibantah dengan survei juga. Dan survei Indo Barometer kan sudah terbantahkan dengan rilis survei yang dilakukan CEPP FISIP USU. Namun lagi-lagi, publik yang menjadi penilainya,” kata Ikhyar kepada wartawan, Minggu (25/3).

Meski begitu, Ikhyar menilai survei yang dilakukan CEPP USU memiliki validasi dan akurasi yang lebih bisa diterima publik.

Alasan pertama, sambung Ketua PKNU Sumut itu, survey CEPP USU lebih aktual karena dilakukan pada Maret 2018 dan dirilis pula pada bulan yang sama.

“Kalau Indo Barometer yang dirilis 23 Maret 2018 itukan surveinya dibuat pada awal Februari 2018. Jadi (survei CEPP USU) ya bisa lebih diterima publik,” imbuh Ketua Forum Aktivis 1998 Sumut itu.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/