KARO, SUMUTPOS.CO – Petugas pos pengamatan gunung api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra, mengatakan, erupsi Gunung Sinabung pada Kamis (25/6) merupakan yang terbesar tahun ini. Gempa guguran mengalami peningkatan yang cukup signifikan, diikuti gempa Low Freqwency, Hybrid, Vulkanik, dan tremor secara terus-menerus.
“Kita terus mengimbau kepada masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang telah kita keluarkan sejak meningkatnya status Sinabung dari Siaga (level III) menjadi Awas (level IV). Terutama untuk menjauhi jalur sektoral awan panas, selatan – tenggara Sinabung,” imbuhnya.
Sementara, pada Kamis (25/6) sekira pukul 16.00, awan tampak menggumpal hitam mirip jamur raksasa di atas langit Kabanjahe-Berastagi. Ternyata itu adalah awan debu vulkanik yang mengarah ke Kota Berastagi.
Begitu sampai di simpang jalan menuju Berastagi, rintik-rintik debu seperti kerikil kecil berjatuhan. Debu vulkanik menempel di kendaraan dan semua yang dikenainya. Penglihatan terbatas karena gelap dan nafas terasa begitu sesak. “Dari jam enam pagi tadi itu, udah lima kali ini lah,” ujar Sari warga setempat.
Sementara itu, luncuran awan panas dikabarkan membuat wilayah Desa Sukanalu dan Guru Kinayan terbakar. “Awan panas meluncur dua kali ke dua desa dan diperkirakan terbakar desa tersebut,” ujar salah seorang petugas posko tanggap darurat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Media Center Penanganan bencana Sinabung di pendopo rumah dinas Bupati Karo, Jalan Veteran Kabanjahe menyebutkan, korban erupsi Sinabung belum ada penambahan. Namun, sedikitnya 50 kali muntahan guguran lava terjadi per 8 menit sekali.
Selama ini, Gunung Sinabung dianggap sebagai gunung berapi yang tak aktif. Setelah lama tidur, Sinabung erupsi pertama pada 2010. Kemudian berlanjut pada 15 September 2013 dan terus berlangsung hingga hari ini.
Sebuah paper yang berjudul Solid Earth mengungkap, jika gempa dahsyat yang terjadi sebanyak tiga kali di Sumatera, bisa menjadi penyebab terbangunnya Gunung Sinabung dari tidur. Paper ini ditulis oleh ilmuwan bernama Matteo Lupi dan Stephen Miller.
Gunung Sinabung merupakan salah satu dari banyak gunung berapi yang berada di wilayah subduksi Sumater di Laut India. Wilayah ini merupakan bagian dari Cincin Api, sebuah lokasi geologi yang sangat aktif. Kaldera di Danau Toba, yang terletak 40 kilometer dari tenggara Gunung Sinabung, merupakan lokasi dari erupsi supervulkanik di bumi, yang terjadi 75.000 tahun lalu.
Debu vulkanik juga sampai ke Bandara Kuala Namu, Kamis (25/6) pagi. Terlihat debu vulkanik meskipun tipis, menempel di kendaraan di sana. Manajer Humas dan Protokoler PT AP II cabang Bandara Kuala Namu, Dewandono Prasetyo Nugroho, mengaku meskipun abu vulkanik sudah sampai namun belum mengganggu penerbangan. “Abu vulkanik masih tipis dan belum mengganggu. Jarak pandang 6 km, masih normal. Landasan pesawat pun masih clear dari abu vulkanik,” jelasnya.
Sambungnya, meskipun ada penerbangan yang dibatalkan, bukan karena abu vulkanik melainkan masalah operasional. Wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Batangkuis, Tanjungmorawa, Lubukpakam, juga dihujani debu vulkanik dan membuat kendaraan atau rumah kotor, tapi belum terlalu mengganggu.(mri/smg/int)
DATA PENGUNGSI
1. Desa Guru Kinayan
265 jiwa pengungsi ditempatkan di Jambur Lau Buah di Desa Batu Karang.
2. Desa Tiga Pancur
982 pengungsi ditempatkan di Gereja Katolik Jl. Irian Kabanjahe.
3. Desa Pintu Besi
275 pengungsi ditempatkan di Gedung KNPI Kabanjahe.
4. Desa Suka Nalu
542 pengungsi ditempatkan di Gedung KNPI Kabanjahe.
5. Desa Beras Tepu
1.036 pengungsi ditempatkan di GBKP Jl. Meriam Ginting
6. Desa Sigarang-garang
1.496 pengungsi ditempatkan di Jambur Sempa Jaya di Desa Peceren Berastagi.
7. Desa Jeraya
205 pengungsi ditempatkan di BPPT Jambur Tongkoh.
8. Desa Kuta Gungung dan Dusun Lau Kawar
869 pengungsi ditempatkan di Jambur KORPI Berastagi.
9. Desa Mardinding
948 pengungsi ditempatkan di Jambur Tanjung Mblang
10. Desa Kuta Tengah
539 pengungsi ditempatkan di GPDI Ndokum Siroga.