MEDAN, SUMUTPOS.CO – Calon Gubernur Sumatera Utara (Cagubsu) nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat tetap kukuh membantah dirinya bertarung di Pilgub Sumut hanya sebagai batu loncatan saja. Ia bahkan terkesan ‘menyepelekan’ Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai partai politik baru yang belum dapat dicerminkan atas poling untuk mengusulkannya sebagai Menteri Dalam Negeri di 2019 mendatang.
“PSI itukan partai baru, jadi tidak mencerminkan. Saya terima kasih sudah dikasih apresiasi seperti itu,” kata Djarot menjawab wartawan, usai menghadiri pembekalan calon kepala daerah se Sumut, di Kantor Gubernur Sumut, Selasa (24/4).
Ia lantas menceritakan, beberapa waktu lalu saat bertemu pengurus PSI sudah mengutarakan keinginan kuat membangun negeri berbilang kaum ini. “Saya sampaikan lebih memilih mengabdi di Sumatera Utara. Ya pantas saja mereka poling seperti itu. Tapi sekali lagi saya memilih mengabdi di Sumatera Utara,” imbuh dia.
Dengan rasa percaya diri yang tinggi, mantan Gubernur DKI Jakarta itu bilang bahwa tingkat partisipasi masyarakat Sumut di pilgub kali ini akan meningkat. Hal itu dilandaskan mayoritas masyarakat Sumut menginginkan perubahan.
“Saya sekarang melihat ada gairah warga Sumut untuk memilih, karena mereka ingin ada perubahan. Tapi ini masih belum cukup. Perlu ada sosialisasi dari KPU sampai KPUD dan TPS terutama di daerah pelosok. Di wilayah perkotaan saya melihat justru ada gairah baru. Mereka sadar dan jujur pernah menyampaikan pada saya tidak mau milih (Pilgubsu 2013), tapi sekarang kami harus pilih karena ingin perubahan,” ungkapnya.
Dengan tagline ‘Sumut’ (Semua Urusan Mudah dan Transparan) Djarot bersama pasangannya, Sihar Sitorus bakal membuat birokrasi sebagai motor perubahan yang bersih dan melayani.
“Jika birokrasinya bersih maka sumber daya alam bisa dikelola dengan baik, kesejahteraan masyarakat bisa diwujudkan dengan segera, dan infrastruktur bisa segera kita bangun dengan cepat,” kata Djarot.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Calon Gubernur Sumatera Utara (Cagubsu) nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat tetap kukuh membantah dirinya bertarung di Pilgub Sumut hanya sebagai batu loncatan saja. Ia bahkan terkesan ‘menyepelekan’ Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai partai politik baru yang belum dapat dicerminkan atas poling untuk mengusulkannya sebagai Menteri Dalam Negeri di 2019 mendatang.
“PSI itukan partai baru, jadi tidak mencerminkan. Saya terima kasih sudah dikasih apresiasi seperti itu,” kata Djarot menjawab wartawan, usai menghadiri pembekalan calon kepala daerah se Sumut, di Kantor Gubernur Sumut, Selasa (24/4).
Ia lantas menceritakan, beberapa waktu lalu saat bertemu pengurus PSI sudah mengutarakan keinginan kuat membangun negeri berbilang kaum ini. “Saya sampaikan lebih memilih mengabdi di Sumatera Utara. Ya pantas saja mereka poling seperti itu. Tapi sekali lagi saya memilih mengabdi di Sumatera Utara,” imbuh dia.
Dengan rasa percaya diri yang tinggi, mantan Gubernur DKI Jakarta itu bilang bahwa tingkat partisipasi masyarakat Sumut di pilgub kali ini akan meningkat. Hal itu dilandaskan mayoritas masyarakat Sumut menginginkan perubahan.
“Saya sekarang melihat ada gairah warga Sumut untuk memilih, karena mereka ingin ada perubahan. Tapi ini masih belum cukup. Perlu ada sosialisasi dari KPU sampai KPUD dan TPS terutama di daerah pelosok. Di wilayah perkotaan saya melihat justru ada gairah baru. Mereka sadar dan jujur pernah menyampaikan pada saya tidak mau milih (Pilgubsu 2013), tapi sekarang kami harus pilih karena ingin perubahan,” ungkapnya.
Dengan tagline ‘Sumut’ (Semua Urusan Mudah dan Transparan) Djarot bersama pasangannya, Sihar Sitorus bakal membuat birokrasi sebagai motor perubahan yang bersih dan melayani.
“Jika birokrasinya bersih maka sumber daya alam bisa dikelola dengan baik, kesejahteraan masyarakat bisa diwujudkan dengan segera, dan infrastruktur bisa segera kita bangun dengan cepat,” kata Djarot.