SUMUTPOS.CO – Gunung Sinabung belum berhenti erupsi. Ribuan wara pun masih mengungsi. Namun, kemarin, Sinabung bak istrahat. Gunung itu hanya sekali erupsi, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang mengalami 6 kali erupsi atau pada Minggu (24/11) lalu yang mencapai 20 kali erupsid alam sehari.
Meski sedang istrahat bukan berarti Sinabung aman. Pasalnya gunung ini belum mengalami penurunan tremor. Erupsi lanjutan dalam skala besar dan kecil kemungkinan tetap rutin berlangsung di tengah status Awas yang kini disandangnya.
Menurut keterangan Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung teramati titik hembusan baru seperti yang tampak dari Lau kawar beberapa waktu lalu.Namun mereka tidak dapat memastikan apakah itu bersumber dari yang lama atau telah hadir lubang titik hembusan baru. “ Satu hari ini tidak teramati secara jelas kondisi di sekitar lereng gunung akibat tertutup kabut tebal, untuk kemungkinan ke depannya kita belum bisa memprediksi. Namun, hingga kini tremor masih terus terekam “ tutur Ahmad Nabawi, Petugas PPGA Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gang Kayu Bakar, Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Selasa (26/11).
Lebih lanjut Ahmad mengatakan hingga pukul 18.00 telah terjadi 1 kali erupsi yang menghembuskan material debu vulkanik dengan ketinggian 1.000 m dengan arah angin menuju Tenggara-Selatan.
Hasil pengamatan PPGA Sinabung juga menunjukkan cuaca mendung di sekitar kawasan gunung berakibat pada arah angin yang bergerak perlahan ke Utara dan teramati hembusan debu vulkanik terus-menerus dengan ketinggian 800 m dari titik erupsi Utara.
Masih kata Nabawi, pihaknya juga mengamati asap putih abu-abu tebal tinggi 100 m turun ke lereng Tenggara dengan suhu udara 15 celcius. Menyangkut seismitas Sinabung , menurutnya lagi terjadi satu kali gempa vulkanik (VA) dan gempa vulkanik dangkal ( VB) satu kali. Tremor terus menerus dari pukul 00.00 hingga pukul 17.00 WIB.
Sementara itu, warga Mardinding Tiganderket menyebut kalau mereka pagi kemarin melihat adanya lubang baru yang tampak mengarah ke timur, begitupun dari sekitar Lau Kawar kelihatan adanya titik hembusan baru yang lebih besar dari sebelumnya. Sedangkan, sesaat berita dikirim telah terjadi hujan debu di sekitar Kecamatan Tiganderket.
Di sisi lain, jumlah pengungsi terjadi penurunan yang tersebar di 30 titik pos penampungan di Kabupaten Karo. Pernyataan tersebut dikatakan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Pusat Sutopo Purwo Nugro, pada wartawan Selasa (26/11) kemarin.
“Saat sekarang ini jumlah pengungsi yang masih menetap di pos-pos penampungan yang telah disediakan pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat berkisar 16.672 jiwa atau 5.603 Kepala Keluarga,” ucap Sutopo.
Berkurangnya jumlah pengungsi tersebut disebabkan sebagian dari pengungsi kembali ke rumah mereka masing-masing. “Namun kembalinya para pengungsi ini tidak termasuk dari desa yang telah direkomendasikan PVMBG, seperti dari Desa Tanjungmerawa,”beber Sutopo.
Untuk mengantisipasi terjadinya pengungsi kembali ke rumah masing-masing, lanjut Sutopo, untuk itu BNPB terus berusakan memberikan pengarahan dan pendampingan pada masyarakat yang dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Karo dan BPBD Provinsi Sumut.
“Pengarahan dan pendampingan tersebut berupa manajerial, pendanaan, logistik-peralatan, dan administrasi,” bebernya.
Soal bantuan, Sutopo mengatakan tidak banyak masalah. Apalagi telah ada perintah dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar kebutuhan pengungsi dipenuhi. “Sebelumnya presiden juga telah memerintahkan para menteri terkait agar memenuhi kebutuhan pengungsi erupsi Gunung Sinabung dalam Rapat Kabinet Terbatas pada Selasa (26/12) sekira pukul 14.00 Wib di Istana Presiden, Jakarta,” ucapnya.
Dalam rapat tersebut, sambung Sutopo, Kepala BNPB, Syamsul Maarif, memaparkan penanganan tanggap darurat erupsi Gunung Sinabung. Presiden juga melakukan telepon dengan Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, untuk mengetahui permasalahan di lapangan.”Beberapa masalah yang ada di lapangan antara lain kerusakan lahan pertanian, penyediaan MCK dan air bersih, transportasi bagi anak-anak sekolah, dan kendaraan untuk evakuasi. Secara umum penanganan pengungsi telah berjalan dengan baik,” tambahnya.
Menkokesra Jengkel Karo Belum Punya BPBD
Terkait dengan bencana di Karo, Menkokesra Agung Laksono menyesalkan belum adanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di kabupaten tersebut. Keluhan ini sudah ia sampaikan sejak September lalu. Namun hingga saat ini belum terbentuk juga lembaga tersebut.
“Kita tegur, tidak ada ada BPBD. Ditegur supaya dipaksakan ada BPBD agar ada pertanggungjawaban, operasional di lapangan, atau administrasi keuangan,” ujar Agung usai rapat dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa, (26/11).
Dikatakan, Karo adalah kabupaten yang berada di lingkar ring of fire. Seharusnya, lanjut Agung, pemerintah daerah sigap membentuk BPBD yang dapat mengorganisir jika terjadi bencana. Terutama bencana gunung berapi. Sejauh ini, pendanaan bencana terpaksa dikelola oleh bupati dan Kodim setempat.
“Sekarang untung ada Kodim, dia yang menangani. Kita juga kecewa dengan cara-cara seperti itu kok kurang dipahami pentingnya BPBD, jadi tidak hanya menangani fisik tapi juga administrasinya,” tegas Agung. (riz/nng/smg/rud/flo/jpnn)