LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Pengendara yang melintasi jalur alternatif Langkat-Karo melalui Kecamatan Sei Bingai mengalami hambatan. Dampaknya, puluhan wisatawan yang mengendarai mobil maupun sepedamotor tertahan di Penatapan Pamah Semelir. Seperti apa hambatannya?
Teddy Akbari, Sei Bingai
Akhir pekan lalu (26/1), Sumut Pos mengendarai sepedamotor melintasi jalur alternatif tersebut pukul 11.00 WIB. Dari Kelurahan Rambung, Binjai Selatan, Sumut Pos akhirnya tiba di Desa Pamahsemelir, Sei Bingai, Langkat, dengan waktu tempu sekira 60 menit. Memang sepanjang perjalanan dengan jarak sekitar 50 km lebih, tidak ada berhenti. Kecepatan rata-rata 60 km/jam. Sepanjang perjalanan, Sumut Pos tidak ada kena pungutan liar.
Perjalanan yang dilintasi cukup seru dan asyik. Ada sekitar tiga perkampungan yang dilintasi sebelum tiba di Penatapan Pamahsemelir. Memasuki Desa Telagah, cuaca pegunungan mulai menyelimuti badan. Udara pun menjadi sejuk.
Pemandangan pada kiri dan kanan tampak jajaran bukit berbaris atau biasa disebut bukit barisan ketika tiba di Desa Telagah menuju Pamahsemelir.
Tepat di persimpangan menuju tempat wisata Lau Kulap, tengah ada pengerjaan jalan. Material seperti batu dan pasir terlihat dipadati oleh dua alat berat. Ada 500 meter lebih pemandangan material tersebut.
Tiba di Penatapan Pamahsemelir, Sumut Pos terkejut melihat penumpukan kendaraan. Dua warung di tempat itu tampak dipadati pengunjung yang berasal dari Medan, Binjai hingga Bukit Lawang dan Bahorok.
“Dua hari belakangan ini memang sedang ada pengaspalan. Kemarin saja jalan ditutup jam 9 pagi,” ujar Menda Sembiring, salah seorang penjual makanan di Pamahsemelir.
“Jam 1 nanti baru dibuka lagi. Karena ada pengaspalan. Hari ini (Sabtu, red), sudah ramai sejak jam 10 pagi,” sambung Menda.
Makanan dan minuman yang dijual Menda, laris akibat pengaspalan yang dilakukan kontraktor. Dia terlihat semangat menjajakan jualannya. Tepat pukul 12.00 WIB, Sumut Pos tiba di Penatapan Pamahsemelir.
Singgah di Warung Menda, cuaca sejuk menyelimuti badan ini. Awan putih terlihat menggumpal di dekat pebukitan. Saat itu, sudah ramai wisatawan yang terpacak.
Bahkan, rombongan turis mancanegara yang menumpangi Toyota Avanza putih dibawa oleh guide asal Indonesia terlihat menikmati santapan yang disajikan Menda. Rombongan turis yang terdiri dari 6 orang, 4 dewasa dan 2 anak-anak ini gagal melintas jalur alternatif Langkat-Karo.
Salah seorang pengunjung asal Medan, Amri berangkat bersama rombongan melintasi jalur alternatif tersebut. Ada 5 sepedamotor jenis metik yang digunakan mereka.
“Kami sampai jam 11. Lebih kurang 10 orang lah jumlah,” ujar Amri.
Pria berkacamata ini bilang, sudah menunggu 60 menit di Desa Pamahsemelir. Artinya, menunggu proses pengaspalan yang tengah dilakukan.
Karenanya, dia berharap agar jalur alternatif ini dapat segera diselesaikan. Tujuannya agar arus lalu lintas dapat lancar kembali.
“Banyak dari Medan ini menikmati akhir pekan. Kami rencananya (kalau sampai Tanah Karo), pulang lewat Kabanjahe, Merek, terus masuk Saribudolok, keluar Tigajuhar, Talunkenas dan (kembali) masuk Medan,” ujar dia.
Tidak hanya rombongan Amri saja yang terhambat. Ada juga rombongan dari Bukit Lawang, Langkat tak jadi ke Tanah Karo. Jumlah mereka ada 8 orang dengan menumpangi 5 sepedamotor.
Penampilan mereka seperti ingin berkemah di Tanah Karo. Tas kemping tersandang jelas di punggung mereka.
“Kami habis dari Bukit Lawang, kemping. Mau ke Lau Kawar kemping juga. Liburan lah,” sebut salah seorang pria yang menggunakan sepedamotor jenis Trail termasuk dalam rombongan tersebut.
Sumut Pos penasaran kondisi jalur alternatif usai melintas Pamahsemelir itu bagaimana. Ketika dijajaki, jalannya memang sudah aspal hotmix dengan mulus. Sebelum tiba di lokasi pengaspalan berlangsung, sudah banyak juga pengendara menunggu proses aspal hotmix agar dapat rata dengan cepat.
Belasan sepedamotor ada terlihat Sumut Pos dengan pengendara yang seperti wisatawan lokal. Sesampai di tikungan ketiga naik ke atas belok kanan, dua alat berat untuk meratakan aspal terlihat tengah bekerja.
Sejumlah orang yang mengawasi kerjaan dari kontraktor tersebut juga ada. Selain itu, belasan dump truk bermuatan material juga telah stand by menunggu giliran untuk diturunkan.
Baik rombongan Amri asal Medan dan mereka yang memiliki hobi kemping dari Bukit Lawang lebih memilih balik kanan. Rombongan dari Bukit Lawang lebih dulu memutuskan untuk meninggalkan Pamahsemelir tepat pukul 13.30 WIB.
Tiga puluh menit kemudian, menyusul rombongan Amri. Sedangkan rombongan turis mancanegara, diajak oleh pemandu jalannya pulang sudah lebih dulu sekitar pukul 13.00 WIB. Tak semua wisatawan pulang. Beberapa diantaranya juga ada yang menunggu. Namun mayoritas lebih memilih pulang. Dan Sumut Pos juga balik kanan meninggalkan Desa Pamahsemelir sekitar pukul 14.00 WIB. Rencana Sumut Pos ke Lau Kawar gagal, padahal 45 menit waktu tempuh dapat dipangkas bagi warga Binjai atau Stabat yang ingin bertolak ke Tanah Karo.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Langkat, Alders Syam menyatakan, jalan alternatif Langkat-Karo tengah tahap penyempurnaan. 70 kilometer jarak tempuh ditelan dari Binjai menuju Berastagi.
Bagi warga Langkat yang ingin berangkat ke Tanah Karo, dapat melintasi rute Simpang Durinmulo (Kuala)-Simpang Rumahgaluh (Sei Bingai)-Desa Rumahgaluh-Telagah dan Pamahsemelir. Sedangkan arah sebaliknya, perkampung yang dilalui yakni Desa Kutarakyat-Bamanteran-Sukandebi-Simpangempat-Gajah dan Tugu Kol Berastagi.
Kata Alders, kondisi jalan di Desa Rumahgaluh hingga Pamahsemelir sudah diaspal hotmix. “Dari Pamahsemelir sampai perbatasan, aspal kondisi baik. Dari perbatasan sampai Desa Kutarakyat aspal kondisi baik. Dari Kutarakyat sampai Desa Simpang Empat, aspal kondisi mantap. Dari Desa Simpang Empat sampai Tugu Kol Berastagi, aspal kondisi mantap,” pungkas Alders. (*)