26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Inilah Daftar Peraturan Kantor yang Membuat ‘Gila’

Peraturan kantor diperlukan tetapi jika peraturan terlalu kaku akan berdampak buruk.
Peraturan kantor diperlukan tetapi jika peraturan terlalu kaku akan berdampak buruk.

JIKA Anda bekerja di sebuah perusahaan dengan lebih dari dua belas karyawan, pasti ada aturan dan norma yang diharapkan dipatuhi setiap orang.

Namun apa yang terjadi ketika aturan tersebut terlalu kaku – atau ketika norma budaya tertentu membuat seseorang yang tidak berprestasi tetap memegang jabatannya? Beberapa tokoh berpengaruh di Linkedin membahas topik ini dan inilah pendapat mereka.

TRAVIS BRADBERRY, PRESIDEN DI TALENTSMART
“Perusahaan harus memiliki aturan,” kata Bradberry dalam artikelnya Nine Idiotic Office Rules That Drive Everyone Insane. “Tapi tidak harus terlalu kaku dan dibuat sekadar menciptakan ketertiban.”
Ketika perusahaannya telah berkembang, Bradberry tergoda untuk menanggapi perilaku tak pantas dengan menerapkan peraturan umum yang berlaku untuk semua orang. “Tapi di situlah kebanyakan perusahaan keliru,” tulisnya.

“Dalam hampir setiap contoh, setelah diamati lebih dekat, kami menyadari bahwa membuat aturan baru akan menjadi cara yang pasif dan berdampak buruk pada moral karyawan dalam mengatasi masalah,” jelas Bradberry. “Ketika perusahaan membuat aturan konyol dan meruntuhkan semangat untuk menghentikan perilaku aneh dari beberapa individu, itu akan menjadi masalah manajemen.”
Jadi apa peraturan terburuk yang pernah dibuat perusahaan yang membuat para karyawan menjadi ‘gila’? Bradberry mengungkap sembilan peraturan, diantaranya:

“Membatasi penggunaan internet. Ada situs tertentu yang tak pantas dibuka siapa pun selama kerja, dan yang saya maksud bukan Facebook. Tapi begitu Anda memblokir situs pornografi dan situs-situs sejenisnya, terjadi proses yang sulit dan semena-mena dalam menentukan batas-batas,” tulisnya. “Orang-orang semestinya dibiarkan untuk mengisi waktu istirahat dengan berselencar di dunia maya. Ketika perusahaan membatasi aktivitas internet seseorang, itu tidak saja meruntuhkan semangat staf, namun juga membuat mereka sulit melakukan pekerjaan mereka.

“Wajib absensi saat masuk dan meninggalkan kantor. Orang-orang digaji untuk pekerjaan yang mereka lakukan, bukan untuk berapa jam mereka duduk di meja mereka. Ketika Anda menghukum karyawan bila mereka telat lima menit di kantor meski mereka secara rutin pulang lebih lama dan bekerja lembur pada akhir pekan, Anda mengirim sinyal bahwa peraturan lebih didahulukan dari pada kinerja. Itu menimbulkan rasa ketidakpercayaan,” ungkapnya.

“Mencuri bonus poin penerbangan karyawan. Karyawan yang sering dinas ke luar kota, layak memperoleh bonus poin penerbangannya. Ketika atasan tidak membiarkan karyawan menggunakan bonus poin penerbangan mereka untuk keperluan pribadi, itu adalah tindakan yang serakah dan akan membuat rasa benci setiap kali karyawan harus dinas ke luar kota,” tulis Bradberry. “Dinas luar kota adalah pengorbanan besar waktu, energi, dan kewarasan. Mengambil bonus poin karyawan menunjukkan Anda tidak menghargai pengorbanan mereka dan bahwa Anda pelit.”

Peraturan kantor diperlukan tetapi jika peraturan terlalu kaku akan berdampak buruk.
Peraturan kantor diperlukan tetapi jika peraturan terlalu kaku akan berdampak buruk.

JIKA Anda bekerja di sebuah perusahaan dengan lebih dari dua belas karyawan, pasti ada aturan dan norma yang diharapkan dipatuhi setiap orang.

Namun apa yang terjadi ketika aturan tersebut terlalu kaku – atau ketika norma budaya tertentu membuat seseorang yang tidak berprestasi tetap memegang jabatannya? Beberapa tokoh berpengaruh di Linkedin membahas topik ini dan inilah pendapat mereka.

TRAVIS BRADBERRY, PRESIDEN DI TALENTSMART
“Perusahaan harus memiliki aturan,” kata Bradberry dalam artikelnya Nine Idiotic Office Rules That Drive Everyone Insane. “Tapi tidak harus terlalu kaku dan dibuat sekadar menciptakan ketertiban.”
Ketika perusahaannya telah berkembang, Bradberry tergoda untuk menanggapi perilaku tak pantas dengan menerapkan peraturan umum yang berlaku untuk semua orang. “Tapi di situlah kebanyakan perusahaan keliru,” tulisnya.

“Dalam hampir setiap contoh, setelah diamati lebih dekat, kami menyadari bahwa membuat aturan baru akan menjadi cara yang pasif dan berdampak buruk pada moral karyawan dalam mengatasi masalah,” jelas Bradberry. “Ketika perusahaan membuat aturan konyol dan meruntuhkan semangat untuk menghentikan perilaku aneh dari beberapa individu, itu akan menjadi masalah manajemen.”
Jadi apa peraturan terburuk yang pernah dibuat perusahaan yang membuat para karyawan menjadi ‘gila’? Bradberry mengungkap sembilan peraturan, diantaranya:

“Membatasi penggunaan internet. Ada situs tertentu yang tak pantas dibuka siapa pun selama kerja, dan yang saya maksud bukan Facebook. Tapi begitu Anda memblokir situs pornografi dan situs-situs sejenisnya, terjadi proses yang sulit dan semena-mena dalam menentukan batas-batas,” tulisnya. “Orang-orang semestinya dibiarkan untuk mengisi waktu istirahat dengan berselencar di dunia maya. Ketika perusahaan membatasi aktivitas internet seseorang, itu tidak saja meruntuhkan semangat staf, namun juga membuat mereka sulit melakukan pekerjaan mereka.

“Wajib absensi saat masuk dan meninggalkan kantor. Orang-orang digaji untuk pekerjaan yang mereka lakukan, bukan untuk berapa jam mereka duduk di meja mereka. Ketika Anda menghukum karyawan bila mereka telat lima menit di kantor meski mereka secara rutin pulang lebih lama dan bekerja lembur pada akhir pekan, Anda mengirim sinyal bahwa peraturan lebih didahulukan dari pada kinerja. Itu menimbulkan rasa ketidakpercayaan,” ungkapnya.

“Mencuri bonus poin penerbangan karyawan. Karyawan yang sering dinas ke luar kota, layak memperoleh bonus poin penerbangannya. Ketika atasan tidak membiarkan karyawan menggunakan bonus poin penerbangan mereka untuk keperluan pribadi, itu adalah tindakan yang serakah dan akan membuat rasa benci setiap kali karyawan harus dinas ke luar kota,” tulis Bradberry. “Dinas luar kota adalah pengorbanan besar waktu, energi, dan kewarasan. Mengambil bonus poin karyawan menunjukkan Anda tidak menghargai pengorbanan mereka dan bahwa Anda pelit.”

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/