25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Tewas Ditabrak, Pesta Nikah Dibatalkan

Foto: Toga Sianturi/New Tapanuli Sepedamotor milik pelaku saat diamankan di kantor Lantas Tapteng, Minggu (27/4).
Foto: Toga Sianturi/New Tapanuli
Sepedamotor milik pelaku saat diamankan di kantor Lantas Tapteng, Minggu (27/4).

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Kecelakaan yang merenggut nyawa Abdul Arafiq Aritonang (28), menyisakan kisah pilu. Bagaimana tidak, usai mempersiapkan resepsi pernikahan adiknya, ia tewas ditabrak pengendara sepeda motor saat menjemput istrinya. Kecelakaan maut tersebut terjadi di Jl. Padangsidimpuan, Kelurahan Sibuluan Raya, Kec. Pandan, Tapteng, Sabtu (26/4) pukul 22.30 WIB. Korban ditabrak Alan Praditya (21), pengendara sepeda motor Satria FU BB 2591 MH.

Usai kejadian, korban sempat dibawa ke rumah sakit, namun karena luka yang dideritanya serius, nyawa korban tak terselamatkan. Kapolres Tapteng AKBP Misnan melalui Kasat Lantas AKP Baginda Sitohang, membenarkan kejadian tersebut. Kasus kecelakaan yang merenggut nyawa itu pun kini masih dalam penyelidikan.

Hingga saat ini, belum ada saksi yang diperiksa, berhubung Debi (18) istri korban yang jadi saksi masih dalam suasana berduka. Sementara pelaku, Alan Praditya (21), seorang mahasiswa, warga Jl. Prof M Mujahirin Gang Harapan, Kel. Sibuluan Raya Pandan dan sepedamotor miliknya, sudah diamankan.

“Masih akan kita dalami penyelidikannya. Istri korban yang merupakan saksi kejadian belum dapat kita mintai keterangan. Sedangkan Alan Praditya, pelaku lagi kita periksa. Dan sepedamotor miliknya sudah kita amankan sebagai barang bukti,” ungkapnya, Minggu (27/4).

Sementara, Debi istri korban yang ditemui di rumah duka, mengaku tidak menyangka kejadian tersebut akan menimpa suaminya.

Diceritakannya, peristiwa naas tersebut terjadi saat ia sedang berada di rumah temannya di Sibuluan Raya. Sekira pukul 22.00 WIB, ia menghubungi suaminya yang saat itu lagi sibuk mempersiapkan resepsi adiknya Hot, yang rencananya digelar Minggu (27/4), di depan rumah mereka Gang Kenangan, Kel. Aek Parombunan, Kec. Sibolga Selatan.

“Aku lagi berada di rumah teman di Sibuluan. Sekitar pukul 22.00 WIB, kutelepon dia (korban) untuk menjemputku. Saat itu, dia lagi bantu beres-beres, berhubung Minggu (27/4), pesta resepsi adiknya Hot. Jadi ia sibuk kerja memasak makanan untuk persiapan pesta itu,” ungkapnya. Dia menambahkan, sekitar pukul 22.30 WIB usai menjemput Debi dengan sepeda motor, keduanya berboncengan hendak kembali ke rumah. Tiba-tiba, kata Debi, payung yang dipegang korban terjatuh. Kemudian korban pun meminggirkan sepeda motornya dan menyuruh istrinya menunggu di samping sepeda motor. Lalu dengan berjalan kaki, korban pergi mengambil payung tersebut.

Saat itu, lanjut Debi, ia sudah mengingatkan suaminya untuk tidak lagi mengambil payung tersebut. Karena kemungkinan payung itu sudah rusak. Namun korban nekat tetap mengambilnya, dengan alasan takut dimarahi ibunya. Sementara untuk mengganti payung tersebut, ia tak sanggup.

“Sebelumnya sudah kubilang, gak usah diambil lagi bang. Banyaknya payung di rumah. Lagian pun sudah patahnya itu. Katanya, kalaupun rusak masih bisa diperbaiki, nanti marah mama. Gak ada uangku menggantinya itu,” beber Debi menirukan percakapannya dengan suaminya untuk terakhir kali.

Kemudian sambung Debi, saat suaminya yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan tersebut meraih payung dan memutar badannya hendak menghampiri Debi, tiba-tiba dari arah berlawanan datang sebuah sepedamotor dengan kecepatan tinggi dan menghantam wajah korban.

Debi kemudian panik melihat kejadian yang menimpa suaminya dan berlari menghampiri. Ia coba berteriak minta tolong kepada warga sekitar untuk membantu membawa koban ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, nyawa korban sudah tidak dapat ditolong lagi.

“Kulihat semua sudah darah di wajahnya. Dan kami membawanya ke rumah sakit, tapi sudah tidak tertolong lagi,” ucapnya sedih, mengingat kejadian itu. Masih kata Debi yang mengaku sehari sebelum kejadian ada pertanda untuknya dan buah hati mereka, Abizar yang masih berusia 11 bulan, yang ditinggalkan korban sebelum meninggal. Saat itu, korban lagi asik memasak makanan untuk persiapan pesta di halaman rumah. Sementara ia dan ibunya sedang nonton TV.

Tiba-tiba korban datang hendak mengambil HP milik Debi untuk dipakai kerja sambil mendengarkan musik. Sebelum keluar, korban sempat meminta Abizar menciumnya. Sambil mencium anaknya, korban pun berpesan pada istrinya untuk menjaga baik-baik anaknya tersebut.

Kemudian lanjut Debi, beberapa hari sebelumnya juga, setiap malam korban kerap mendengar suara seperti orang yang sedang menangis. Namun saat korban mencoba mendatangi arah suara tangisan tersebut, korban tidak menemukan siapa-siapa di sana. Dan sampai di atas ranjang, saat korban hendak tidur, korban masih terus mendengar suara itu.

“Beberapa malam yang lalu dia sering mendengar suara seperti orang yang sedang menangis. Tapi, saat dia melihat ke arah datangnya suara itu, gak ada siapa-siapa di sana. Sampai ke tempat tidur juga, masih terus mendengar suara tangisan itu,” tandasnya.

Amatan kru koran ini di rumah duka, pesta terpaksa dibatalkan. Padahal, tratak serta kursi-kursi sudah disiapkan. Juga semua makanan sudah selesai dimasak korban bersama keluarga lainnya. (ts/deo)

Foto: Toga Sianturi/New Tapanuli Sepedamotor milik pelaku saat diamankan di kantor Lantas Tapteng, Minggu (27/4).
Foto: Toga Sianturi/New Tapanuli
Sepedamotor milik pelaku saat diamankan di kantor Lantas Tapteng, Minggu (27/4).

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Kecelakaan yang merenggut nyawa Abdul Arafiq Aritonang (28), menyisakan kisah pilu. Bagaimana tidak, usai mempersiapkan resepsi pernikahan adiknya, ia tewas ditabrak pengendara sepeda motor saat menjemput istrinya. Kecelakaan maut tersebut terjadi di Jl. Padangsidimpuan, Kelurahan Sibuluan Raya, Kec. Pandan, Tapteng, Sabtu (26/4) pukul 22.30 WIB. Korban ditabrak Alan Praditya (21), pengendara sepeda motor Satria FU BB 2591 MH.

Usai kejadian, korban sempat dibawa ke rumah sakit, namun karena luka yang dideritanya serius, nyawa korban tak terselamatkan. Kapolres Tapteng AKBP Misnan melalui Kasat Lantas AKP Baginda Sitohang, membenarkan kejadian tersebut. Kasus kecelakaan yang merenggut nyawa itu pun kini masih dalam penyelidikan.

Hingga saat ini, belum ada saksi yang diperiksa, berhubung Debi (18) istri korban yang jadi saksi masih dalam suasana berduka. Sementara pelaku, Alan Praditya (21), seorang mahasiswa, warga Jl. Prof M Mujahirin Gang Harapan, Kel. Sibuluan Raya Pandan dan sepedamotor miliknya, sudah diamankan.

“Masih akan kita dalami penyelidikannya. Istri korban yang merupakan saksi kejadian belum dapat kita mintai keterangan. Sedangkan Alan Praditya, pelaku lagi kita periksa. Dan sepedamotor miliknya sudah kita amankan sebagai barang bukti,” ungkapnya, Minggu (27/4).

Sementara, Debi istri korban yang ditemui di rumah duka, mengaku tidak menyangka kejadian tersebut akan menimpa suaminya.

Diceritakannya, peristiwa naas tersebut terjadi saat ia sedang berada di rumah temannya di Sibuluan Raya. Sekira pukul 22.00 WIB, ia menghubungi suaminya yang saat itu lagi sibuk mempersiapkan resepsi adiknya Hot, yang rencananya digelar Minggu (27/4), di depan rumah mereka Gang Kenangan, Kel. Aek Parombunan, Kec. Sibolga Selatan.

“Aku lagi berada di rumah teman di Sibuluan. Sekitar pukul 22.00 WIB, kutelepon dia (korban) untuk menjemputku. Saat itu, dia lagi bantu beres-beres, berhubung Minggu (27/4), pesta resepsi adiknya Hot. Jadi ia sibuk kerja memasak makanan untuk persiapan pesta itu,” ungkapnya. Dia menambahkan, sekitar pukul 22.30 WIB usai menjemput Debi dengan sepeda motor, keduanya berboncengan hendak kembali ke rumah. Tiba-tiba, kata Debi, payung yang dipegang korban terjatuh. Kemudian korban pun meminggirkan sepeda motornya dan menyuruh istrinya menunggu di samping sepeda motor. Lalu dengan berjalan kaki, korban pergi mengambil payung tersebut.

Saat itu, lanjut Debi, ia sudah mengingatkan suaminya untuk tidak lagi mengambil payung tersebut. Karena kemungkinan payung itu sudah rusak. Namun korban nekat tetap mengambilnya, dengan alasan takut dimarahi ibunya. Sementara untuk mengganti payung tersebut, ia tak sanggup.

“Sebelumnya sudah kubilang, gak usah diambil lagi bang. Banyaknya payung di rumah. Lagian pun sudah patahnya itu. Katanya, kalaupun rusak masih bisa diperbaiki, nanti marah mama. Gak ada uangku menggantinya itu,” beber Debi menirukan percakapannya dengan suaminya untuk terakhir kali.

Kemudian sambung Debi, saat suaminya yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan tersebut meraih payung dan memutar badannya hendak menghampiri Debi, tiba-tiba dari arah berlawanan datang sebuah sepedamotor dengan kecepatan tinggi dan menghantam wajah korban.

Debi kemudian panik melihat kejadian yang menimpa suaminya dan berlari menghampiri. Ia coba berteriak minta tolong kepada warga sekitar untuk membantu membawa koban ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, nyawa korban sudah tidak dapat ditolong lagi.

“Kulihat semua sudah darah di wajahnya. Dan kami membawanya ke rumah sakit, tapi sudah tidak tertolong lagi,” ucapnya sedih, mengingat kejadian itu. Masih kata Debi yang mengaku sehari sebelum kejadian ada pertanda untuknya dan buah hati mereka, Abizar yang masih berusia 11 bulan, yang ditinggalkan korban sebelum meninggal. Saat itu, korban lagi asik memasak makanan untuk persiapan pesta di halaman rumah. Sementara ia dan ibunya sedang nonton TV.

Tiba-tiba korban datang hendak mengambil HP milik Debi untuk dipakai kerja sambil mendengarkan musik. Sebelum keluar, korban sempat meminta Abizar menciumnya. Sambil mencium anaknya, korban pun berpesan pada istrinya untuk menjaga baik-baik anaknya tersebut.

Kemudian lanjut Debi, beberapa hari sebelumnya juga, setiap malam korban kerap mendengar suara seperti orang yang sedang menangis. Namun saat korban mencoba mendatangi arah suara tangisan tersebut, korban tidak menemukan siapa-siapa di sana. Dan sampai di atas ranjang, saat korban hendak tidur, korban masih terus mendengar suara itu.

“Beberapa malam yang lalu dia sering mendengar suara seperti orang yang sedang menangis. Tapi, saat dia melihat ke arah datangnya suara itu, gak ada siapa-siapa di sana. Sampai ke tempat tidur juga, masih terus mendengar suara tangisan itu,” tandasnya.

Amatan kru koran ini di rumah duka, pesta terpaksa dibatalkan. Padahal, tratak serta kursi-kursi sudah disiapkan. Juga semua makanan sudah selesai dimasak korban bersama keluarga lainnya. (ts/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/