31 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Harga Holtikutura Terjun Bebas, Petani Karo Terancam Bangkrut

TANAMAN: Kebun kopi, tanaman milik salah salah satu warga di Desa Pertumbuken, Kecamatan Barusjahe. ist/ SUMUT POS
TANAMAN: Kebun kopi, tanaman milik salah salah satu warga di Desa Pertumbuken, Kecamatan Barusjahe. ist/ SUMUT POS

KARO, SUMUTPOS.CO – Wabah virus Corona (Covid-19) saat ini juga berdampak kepada para petani di Kabupaten Karo. Hampir semua harga holtikutura mengalami penurunan. Jika tak segera diatasi, para petani di Bumi Turang ini terancam mengalami kebangkrutan.

Ironisnya, meski harga mengalami penurunan tidak diikuti harga pupuk yang sebaliknya mengalami kenaikan. Dengan kondisi saat ini, jangankan mendapatkan keuntungan, balik modal saja kemungkinan sangat sulit.

Data yang dirangkum kru koran ini dari Pasar Holtikutura Tigapanah dan pengepul, penurunan harga hampir di semua jenis komoditi pertanian.

Penurunan harga terparah terjadi pada cabe merah, rawit, kopi dan sayur mayur.

Dua pekan belakangan ini, harga cabai merah antara Rp8.000-15.000 per kilogram. Sedangkan harga cabai rawit hanya di kisaran Rp3.000-4.000 per kilogram. Sementara biji kopi yang sebelumnya di kisaran Rp30.000 per kilogram, terjun bebas ke harga Rp18.000 per kilogram. Sementara kopi ceri yang sebelumnya dibandrol Rp10.000 per kilogram, turun menjadi Rp5.000 per kilogram.

“Hasil penjualan kopi saat ini sudah tak sebanding dengan upah panen. Panen pun rugi, tak dipanen makin rugi,” lirih Tati br Sembiring (40), salah seorang petani kopi di Kecamatan Barusjahe.

Hal yang sama juga terjadi pada cabai merah dan rawit serta sayur mayur lainnya. Karena itu, petani berharap pemerintah segera mencari solusi untuk mengatasi masalah ini.

“Kalau nggak ada perubahan harga, nasib kami sebagai petani ini pasti bangkrut dan terancam tak bisa bercocok tanam lagi,” ungkapnya.

Di tengah pandemi virus Corona ini, para petani berharap pemerintah memberikan bantuan. Apalagi saat ini harga sembako terutama beras terus melambung tinggi. (deo/han)

TANAMAN: Kebun kopi, tanaman milik salah salah satu warga di Desa Pertumbuken, Kecamatan Barusjahe. ist/ SUMUT POS
TANAMAN: Kebun kopi, tanaman milik salah salah satu warga di Desa Pertumbuken, Kecamatan Barusjahe. ist/ SUMUT POS

KARO, SUMUTPOS.CO – Wabah virus Corona (Covid-19) saat ini juga berdampak kepada para petani di Kabupaten Karo. Hampir semua harga holtikutura mengalami penurunan. Jika tak segera diatasi, para petani di Bumi Turang ini terancam mengalami kebangkrutan.

Ironisnya, meski harga mengalami penurunan tidak diikuti harga pupuk yang sebaliknya mengalami kenaikan. Dengan kondisi saat ini, jangankan mendapatkan keuntungan, balik modal saja kemungkinan sangat sulit.

Data yang dirangkum kru koran ini dari Pasar Holtikutura Tigapanah dan pengepul, penurunan harga hampir di semua jenis komoditi pertanian.

Penurunan harga terparah terjadi pada cabe merah, rawit, kopi dan sayur mayur.

Dua pekan belakangan ini, harga cabai merah antara Rp8.000-15.000 per kilogram. Sedangkan harga cabai rawit hanya di kisaran Rp3.000-4.000 per kilogram. Sementara biji kopi yang sebelumnya di kisaran Rp30.000 per kilogram, terjun bebas ke harga Rp18.000 per kilogram. Sementara kopi ceri yang sebelumnya dibandrol Rp10.000 per kilogram, turun menjadi Rp5.000 per kilogram.

“Hasil penjualan kopi saat ini sudah tak sebanding dengan upah panen. Panen pun rugi, tak dipanen makin rugi,” lirih Tati br Sembiring (40), salah seorang petani kopi di Kecamatan Barusjahe.

Hal yang sama juga terjadi pada cabai merah dan rawit serta sayur mayur lainnya. Karena itu, petani berharap pemerintah segera mencari solusi untuk mengatasi masalah ini.

“Kalau nggak ada perubahan harga, nasib kami sebagai petani ini pasti bangkrut dan terancam tak bisa bercocok tanam lagi,” ungkapnya.

Di tengah pandemi virus Corona ini, para petani berharap pemerintah memberikan bantuan. Apalagi saat ini harga sembako terutama beras terus melambung tinggi. (deo/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/