25 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Jembatan Ambruk di Gido Belum Diperbaiki, Harga BBM Melejit hingga Rp20 Ribu

Adi Laoli/sumut pos
MENYEBERANG: Ratusan warga antre untuk menyeberangi Sungai Gido Sebua, Kabupaten Nias, yang jembatannya ambruk 19 Desember 2018 lalu.

NIAS, SUMUTPOS.CO – Sejak ambruk pada 19 Desember 2018 lalu, jembatan Sungai Gido Sebua, di Desa Hiliweto, Kecamatan Gido, Kabupaten Nias, hingga kini belum juga diperbaiki. Akses yang menghubungkan dua wilayah kabupaten yakni Nias dan Nias Selatan itu masih putusn

Dampaknya, harga sembako dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dua wilayah itu naik drastis.

“Sejak jembatan Sungai Gido Sebua ambruk, harga eceran bensin mencapai Rp20 ribu per liter dari sebelumnya hanya Rp7 ribu. Sedangkan harga sembako naik bervariasi, antara Rp5 ribu hingga Rp10 ribu di dua kabupaten. Di Kabupaten Nias, ada empat kecamatan yang terdampak, yakni di Sogaeadu, Idano Gawo, Ulugawo, dan Bawolato. Sedangkan di Kabupaten Nias Selatan yang terdiri dari 33 kecamatan, hampir semuanya kena dampak,” kata Memo Hulu, warga Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan, kepada Sumut Pos, Kamis (27/12) melalui telepon selular.

Kata Memo Hulu, pas hari Natal 25 Desember, stok BBM jenis bensin sempat kosong di Gomo. Maklum belum ada SPBU di sana. Hanya ada satu SPBU di Lahusa, tetangga Gomo. Itupun baru diresmikan satu bulan lalu. “Kalau harga sembako, semua naik. Beras yang biasanya kami beli Rp20 ribu per jumba (sekitar 1,5 kg, Red), naik menjadi Rp25 ribu,” ungkapnya.

Warga yang terdampak berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan Sungai Gido Sebua. Sehingga beban masyarakat tidak semakin berat. “Apalagi daerah Gomo dan sekitarnya ‘kan tergolong miskin,” sebutnya.

Di Kecamatan Idanogawo, semua harga pangan dan sandang naik. “Kemarin saya beli air mineral gelas Rp22 ribu per kotak. Padahal sebelumnya hanya Rp18 ribu,” katanya.

Pantauan Sumut Pos di lokasi jembatan, Kamis (27/12), ratusan warga tampak mengantri menyeberangi sungai dengan berjalan kaki. Warga dengan hati-hati melewati jembatan super darurat yang terbuat dari kayu. Posisinya rendah di atas mulut sungai. Jika banjir terjadi, jembatan darurat itu takkan bisa dilewati.

Sebagian warga yang membawa sepeda motor, ter menggunakan jasa sejumlah pemuda setempat dengan imbalan sejumlah uang.

“Rumah kami di Sogaeadu Pak. Saya ke Gunungsitoli belanja baju untuk anak-anak. Saya terpaksa minta bantu adek-adek ini menyeberangkan sepeda motor saya. Kalau sendiri, tak sanggup. ‘Kan bapak lihat sendiri jalannya berlumpur,” kata Ina Gasuri, yang mengaku sekali menyeberangkan sepeda motor membayar Rp20 ribu.

Tidak hanya harga sembako dan BBM yang naik, ongkos bus dari Gunungsitoli menuju Telukdalam juga ikut naik. Seperti dituturkan Herman Laia, pemudik dari Batam. Ia mengaku membayar ongkos bus mencapai Rp120 ribu per orang. Padahal sebelumnya hanya Rp50 ribu per orang.

Jembatan Sungai Gido Sebua yang dibangun puluhan tahun lalu, beberapa waktu lalu salah satu tiang penyangganya pernah dikabarkan tumbang. Atas informasi itu, pada Mei 2018, jembatan dirobohkan untuk dibangun jembatan yang baru. Pihak rekanan membangun jembatan darurat terbuat dari batang kelapa.

Namun pada tanggal 19 Desember 2019, jembatan darurat itu ambruk saat dilalui truk pengangkut material proyek. Truk pun ikut jatuh ke sungai. Beruntung tidak ada korban jiwa pada peristiwa itu.

PT Satu Tiga Mandiri menjadi rekanan pada proyek yang anggarannya bersumber dari APBN sebesar Rp13,36 miliar itu, dengan masa pelaksanaan selama 210 hari, dimulai sejak tanggal 16 Mei 2018.

Sumut Pos berusaha melakukan konfirmasi kepada pemilik proyek. Namun tidak ditemui di lokasi. Begitu juga para pekerja saat ditanya tidak mengetahui mengenai perkembangan pengerjaan proyek.

Kapolsek Gido, Iptu Khamzar Gea yang dijumpai Sumut Pos di lokasi, juga mengaku kesulitan menemui pemilik proyek. “Saya saja susah menemuinya. Dua hari lalu saya butuh tali untuk menyeberangkan warga. Saat kami minta, mereka tak bisa memberikan,” kata Kapolsek.

Pertamina Tempuh Jalur Alternatif

PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I, mengklaim tetap melakukan pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Nias secara normal.

“Pertamina MOR I tetap mengupayakan pengiriman berlangsung dengan baik, dengan cara menambah armada mobil tangki BBM yang sesuai dengan kondisi medan yang dilalui,” ucap Officer Communication and Relation MOR I, Wien Rachusodo saat dikonfirmasi Sumut Pos, Kamis (27/12).

Wien menjelaskan, pasca ambruknya jembatan, pendistribusian BBM berbagai jenis tersebut dilakukan Pertamina menggunakan jalur alternatif. Jalur yang dilalui cukup panjang, yakni melalui Gunung Sitoli ke Kabupaten Nias, kemudian ke Kabupaten Nias Barat, dan ke Kabupaten Nisel.

“BBM sudah didistribusikan ke Gido. Memang jalur alternatif memakan waktu tempuh sekitar 2 sampe 3 kali lipat lebih panjang dibanding jalur normal,” tutur Wien.

Ia mengimbau masyarakat tidak panik dan tidak ada spekulasi mengenai harga dan stok BBM.

Disinggung mengenai harga BBM premium yang melambung ke angka Rp20 ribu per liter, Wien mengatakan tidak mengetahui hal tersebut. “Kalau di pengecer kita nggak tahu harganya. Selama pembelian dilakukan di SPBU, satu harga saja. Jadi masyarakat diminta membeli BBM di SPBU untuk menghidari harga yang lebih mahal,” pungkas Wien.

Pertamina Harus Segera Cari Solusi

Kenaikan harga BBM di Nias pasca ambruknya jembatan Sungai Gido Sebua yang menghubungkan Kabupaten Nias dengan Kabupaten Nias Selatan, mendapat perhatian dari anggota DPRD Sumut. Pemerintah dan Pertamina diminta segera mencari solusi mengatasi masalah tersebut.

“Melambungnya harga BBM di sana sesuatu yang wajar, jika dilihat dari biaya distribusi yang harus dikeluarkan penjualnya. Karena itu, pihak Pertamina harus menyiapkan langkah, agar stok BBM bisa didistribusikan. Mungkin Pertamina bisa membuat semacam depot atau stasiun pengisian sementara, untuk mengantisipasi kenaikan harga,” ujar anggota Komisi B DPRD Sumut, Richard Sidabutar, Kamis (27/12).

Agar beban warga di Nias tidak berlanjut, ia berharap Pertamina mengambil langkah cepat dengan menyiapkan alat serta personil, agar distribusi BBM bisa berjalan. “Pertamina yang harus menangani masalah ini. Jangan bebankan ke pihak ketiga atau yang lain. Masalah ini ini bukan soal untung rugi, tetapi penanganan akibat bencana,” katanya.

Anggota Komisi B lainnya, Jantoguh Damanik, menyebutkan masalah itu harus diselesaikan segera oleh Gubernur dan Pemkab setempat. Karena menurutnya, bencana alam bukanlah kesalahan siapapun. Penanganannya juga harus disegerakan. “Kita kan tidak tahu bencana itu datang. Tidak bisa diantisipasi. Karena itu, penanganannya yang harus cepat. Harus ada sikap pemerintah menyelesaikan masalah kenaikan harga di Kepulauan Nias,” katanya.

Solusi jangka pendek, ia menyarankan pemerintah melakukan operasi pasar atau semacamnya. Solusi jangka panjang, ia berharap Pertamina mendorong ketersediaan BBM di daerah itu. (mag-05/gus/bal)

Adi Laoli/sumut pos
MENYEBERANG: Ratusan warga antre untuk menyeberangi Sungai Gido Sebua, Kabupaten Nias, yang jembatannya ambruk 19 Desember 2018 lalu.

NIAS, SUMUTPOS.CO – Sejak ambruk pada 19 Desember 2018 lalu, jembatan Sungai Gido Sebua, di Desa Hiliweto, Kecamatan Gido, Kabupaten Nias, hingga kini belum juga diperbaiki. Akses yang menghubungkan dua wilayah kabupaten yakni Nias dan Nias Selatan itu masih putusn

Dampaknya, harga sembako dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dua wilayah itu naik drastis.

“Sejak jembatan Sungai Gido Sebua ambruk, harga eceran bensin mencapai Rp20 ribu per liter dari sebelumnya hanya Rp7 ribu. Sedangkan harga sembako naik bervariasi, antara Rp5 ribu hingga Rp10 ribu di dua kabupaten. Di Kabupaten Nias, ada empat kecamatan yang terdampak, yakni di Sogaeadu, Idano Gawo, Ulugawo, dan Bawolato. Sedangkan di Kabupaten Nias Selatan yang terdiri dari 33 kecamatan, hampir semuanya kena dampak,” kata Memo Hulu, warga Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan, kepada Sumut Pos, Kamis (27/12) melalui telepon selular.

Kata Memo Hulu, pas hari Natal 25 Desember, stok BBM jenis bensin sempat kosong di Gomo. Maklum belum ada SPBU di sana. Hanya ada satu SPBU di Lahusa, tetangga Gomo. Itupun baru diresmikan satu bulan lalu. “Kalau harga sembako, semua naik. Beras yang biasanya kami beli Rp20 ribu per jumba (sekitar 1,5 kg, Red), naik menjadi Rp25 ribu,” ungkapnya.

Warga yang terdampak berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan Sungai Gido Sebua. Sehingga beban masyarakat tidak semakin berat. “Apalagi daerah Gomo dan sekitarnya ‘kan tergolong miskin,” sebutnya.

Di Kecamatan Idanogawo, semua harga pangan dan sandang naik. “Kemarin saya beli air mineral gelas Rp22 ribu per kotak. Padahal sebelumnya hanya Rp18 ribu,” katanya.

Pantauan Sumut Pos di lokasi jembatan, Kamis (27/12), ratusan warga tampak mengantri menyeberangi sungai dengan berjalan kaki. Warga dengan hati-hati melewati jembatan super darurat yang terbuat dari kayu. Posisinya rendah di atas mulut sungai. Jika banjir terjadi, jembatan darurat itu takkan bisa dilewati.

Sebagian warga yang membawa sepeda motor, ter menggunakan jasa sejumlah pemuda setempat dengan imbalan sejumlah uang.

“Rumah kami di Sogaeadu Pak. Saya ke Gunungsitoli belanja baju untuk anak-anak. Saya terpaksa minta bantu adek-adek ini menyeberangkan sepeda motor saya. Kalau sendiri, tak sanggup. ‘Kan bapak lihat sendiri jalannya berlumpur,” kata Ina Gasuri, yang mengaku sekali menyeberangkan sepeda motor membayar Rp20 ribu.

Tidak hanya harga sembako dan BBM yang naik, ongkos bus dari Gunungsitoli menuju Telukdalam juga ikut naik. Seperti dituturkan Herman Laia, pemudik dari Batam. Ia mengaku membayar ongkos bus mencapai Rp120 ribu per orang. Padahal sebelumnya hanya Rp50 ribu per orang.

Jembatan Sungai Gido Sebua yang dibangun puluhan tahun lalu, beberapa waktu lalu salah satu tiang penyangganya pernah dikabarkan tumbang. Atas informasi itu, pada Mei 2018, jembatan dirobohkan untuk dibangun jembatan yang baru. Pihak rekanan membangun jembatan darurat terbuat dari batang kelapa.

Namun pada tanggal 19 Desember 2019, jembatan darurat itu ambruk saat dilalui truk pengangkut material proyek. Truk pun ikut jatuh ke sungai. Beruntung tidak ada korban jiwa pada peristiwa itu.

PT Satu Tiga Mandiri menjadi rekanan pada proyek yang anggarannya bersumber dari APBN sebesar Rp13,36 miliar itu, dengan masa pelaksanaan selama 210 hari, dimulai sejak tanggal 16 Mei 2018.

Sumut Pos berusaha melakukan konfirmasi kepada pemilik proyek. Namun tidak ditemui di lokasi. Begitu juga para pekerja saat ditanya tidak mengetahui mengenai perkembangan pengerjaan proyek.

Kapolsek Gido, Iptu Khamzar Gea yang dijumpai Sumut Pos di lokasi, juga mengaku kesulitan menemui pemilik proyek. “Saya saja susah menemuinya. Dua hari lalu saya butuh tali untuk menyeberangkan warga. Saat kami minta, mereka tak bisa memberikan,” kata Kapolsek.

Pertamina Tempuh Jalur Alternatif

PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) I, mengklaim tetap melakukan pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Nias secara normal.

“Pertamina MOR I tetap mengupayakan pengiriman berlangsung dengan baik, dengan cara menambah armada mobil tangki BBM yang sesuai dengan kondisi medan yang dilalui,” ucap Officer Communication and Relation MOR I, Wien Rachusodo saat dikonfirmasi Sumut Pos, Kamis (27/12).

Wien menjelaskan, pasca ambruknya jembatan, pendistribusian BBM berbagai jenis tersebut dilakukan Pertamina menggunakan jalur alternatif. Jalur yang dilalui cukup panjang, yakni melalui Gunung Sitoli ke Kabupaten Nias, kemudian ke Kabupaten Nias Barat, dan ke Kabupaten Nisel.

“BBM sudah didistribusikan ke Gido. Memang jalur alternatif memakan waktu tempuh sekitar 2 sampe 3 kali lipat lebih panjang dibanding jalur normal,” tutur Wien.

Ia mengimbau masyarakat tidak panik dan tidak ada spekulasi mengenai harga dan stok BBM.

Disinggung mengenai harga BBM premium yang melambung ke angka Rp20 ribu per liter, Wien mengatakan tidak mengetahui hal tersebut. “Kalau di pengecer kita nggak tahu harganya. Selama pembelian dilakukan di SPBU, satu harga saja. Jadi masyarakat diminta membeli BBM di SPBU untuk menghidari harga yang lebih mahal,” pungkas Wien.

Pertamina Harus Segera Cari Solusi

Kenaikan harga BBM di Nias pasca ambruknya jembatan Sungai Gido Sebua yang menghubungkan Kabupaten Nias dengan Kabupaten Nias Selatan, mendapat perhatian dari anggota DPRD Sumut. Pemerintah dan Pertamina diminta segera mencari solusi mengatasi masalah tersebut.

“Melambungnya harga BBM di sana sesuatu yang wajar, jika dilihat dari biaya distribusi yang harus dikeluarkan penjualnya. Karena itu, pihak Pertamina harus menyiapkan langkah, agar stok BBM bisa didistribusikan. Mungkin Pertamina bisa membuat semacam depot atau stasiun pengisian sementara, untuk mengantisipasi kenaikan harga,” ujar anggota Komisi B DPRD Sumut, Richard Sidabutar, Kamis (27/12).

Agar beban warga di Nias tidak berlanjut, ia berharap Pertamina mengambil langkah cepat dengan menyiapkan alat serta personil, agar distribusi BBM bisa berjalan. “Pertamina yang harus menangani masalah ini. Jangan bebankan ke pihak ketiga atau yang lain. Masalah ini ini bukan soal untung rugi, tetapi penanganan akibat bencana,” katanya.

Anggota Komisi B lainnya, Jantoguh Damanik, menyebutkan masalah itu harus diselesaikan segera oleh Gubernur dan Pemkab setempat. Karena menurutnya, bencana alam bukanlah kesalahan siapapun. Penanganannya juga harus disegerakan. “Kita kan tidak tahu bencana itu datang. Tidak bisa diantisipasi. Karena itu, penanganannya yang harus cepat. Harus ada sikap pemerintah menyelesaikan masalah kenaikan harga di Kepulauan Nias,” katanya.

Solusi jangka pendek, ia menyarankan pemerintah melakukan operasi pasar atau semacamnya. Solusi jangka panjang, ia berharap Pertamina mendorong ketersediaan BBM di daerah itu. (mag-05/gus/bal)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/