29 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Aktivitas 5 Desa di Deliserdang Nyaris Lumpuh

MEDAN-Lima desa di dua Kecamatan di Kabupaten Deliserdang diterjang banjir rob, Minggu (28/4) 14.00 WIB. Berkisar 700 rumah penduduk dan sekolah diterjang banjir yang berasal dari laut itu.

Adapun lima desa yang terkena banjir rob adalah Desa Paluhmanan; Paluhkurau; dan Desa Lama. Tiga desa ini dari Kecamatan Hamparanperak. Sedangkan dua lagi Desa Telaga Tujuh dan Desa Karanggading di Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang Ketinggian air laut mencapai 50 hingga 70 centimeter masuk ke ratusan permukiman warga. Banjir rob tidak hanya merendam rumah warga dan sekolah, tapi juga menenggelamkan akses jalan yang menghubungkan ke lima desa tersebut. Hal itu, menyebabkan aktivitas warga nyaris lumpuh. Warga yang biasa berkendara roda dua, sebagian besar memilih tidak keluar rumah karena khawatir dapat merusak mesin kendaraan.

Almunir SPd, Kepala Desa Karanggading Kecamatan Labuhan Deli pada Sumut Pos mengatakan, dari 5800 jiwa yang bermukim di desanya, terdapat sekitar 200 rumah warga yang terendam. “Umumnya banjir terparah terjadi di dusun 1, 2, 3, 4 dan 5. Dan diperkirakan ada sekitar 200 rumah warga yang terendam,” ungkapnya.

Disebutkannya, banjir rob yang melanda Desa Karanggading kali ini memang sangat tinggi. Bahkan luapan air laut mengakibatkan tanggul yang dibangun secara swadaya sebelumnya tidak berfungsi. “Gelombang pasang air laut kali ini sangat tinggi, tanggul yang dibangun sebelumnya pun tidak berfungsi maksimal, karena air laut yang datang lebih tinggi,” ujar Munir.

Banjir rob juga menerjang Desa Telaga Tujuh, diperkirakan 150 rumah di kecamatan itu tenggelam. Warga hanya bisa pasrah saat terjangan air laut memasuki rumah mereka. Sedangkan, di Kecamatan Hamparanperak, hal serupa juga terjadi di 3 desa. Seperti di Desa Paluhkurau, sekitar 100 rumah tergenang banjir dan di Desa Lama merendam 50 rumah.

Namun yang terparah terjadi di Desa Paluhmanan, musibah alam diduga akibat terjadinya kerusakan lingkungan tersebut diperkirakan merendam hampir 200 rumah. Warga setempat tak mampu berbuat banyak pada saat air laut naik dan masuk ke permukiman mereka. Selain rumah warga, beberapa sekolah di antaranya di SD Negeri 105799 Desa Paluhmanan juga ikut terendam air laut.

Menurut warga setempat menuturkan, ketinggian debit air laut yang melanda perkampungan mereka mencapai 60 centimeter. Kejadian seperti ini mulai dirasakan warga sejak tahun 2001, namun yang terparah terjadi pada dua tahun terakhir ini. Mereka berharap adanya upaya Pemkab Deliserdang dalam mencari solusi agar banjir air laut tidak lagi mereka rasakan.

“Sudah tiga hari ini banjir terjadi, air laut naik ke darat melalui paluh-paluh (anak sungai) kecil, kalau dulu tidak sampai separah ini. Tapi sekarang hampir seluruh rumah dan jalan di desa ini terendam, itu terjadi akibat paluh ditimbun dan rawa berubah fungsi menjadi kebun kelapa sawit,” kaluh, Jamal (48) salah seorang warga.

Meski banjir rob merupakan hal yang biasa dihadapi warga, tapi dampak dari air laut dimaksud membuat rumah mereka mengalami kerusakan.”Memang ini kondisi seperti ini membuat kami terbiasa, tapi kadar garam dari air laut itu justru merusak rumah-rumah warga di sini. Kami minta pemerintah juga harus memahami apa yang dikeluhkan warga,” jelasnya.
Sungai Aek Mata Meluap dalam Setengah Jam.

Sementara itu, hujan deras dan angin kencang melanda pusat Kota Panyabungan Kabupaten Mandailling Natal (Madina), Minggu (28/4) selama 2 jam mulai pukul 17.30 WIB hingga 19.30 WIB. Akibatnya Sungai Aek Mata yang membelah Kota Panyabungan meluap dan merendam puluhan rumah di sisi sungai.

Sebelumnya, mulai pukul 17.30 WIB, angin kencang dan petir bergemuruh mulai melanda Kota Panyabungan. Akibatnya banyak kios dan tempat berjualan di Pasar Lama Panyabungan yang rusak dan terlempar ditiup angin, begitu juga sebagian atap rumah seng ada yang lepas.
Berselang 10 menit kemudian turun hujan deras dan hanya sekitar setengah jam saja, sungai Aek Mata meluap dan membanjiri Kota Panyabungan, khususnya pemukiman warga di Banjar Sibaguri, Kelurahan Panyabungan 3, Kecamatan Panyabungan. Kondisi ini semakin menyulitkan warga karena listrik padam.

Dan sekitar pukul 19.30 WIB, hujan mulai reda. Pantauan di lokasi, ada sejumlah gerobak pedagang makanan malam di Pasar Malam Pasar lama menjadi korban angin kencang dan hujan dan terhempas ke badan jalan karena semua pedagang ketika itu hanya berpikir menyelamatkan diri.

Salah seorang warga Panyabungan, Suheri (27) bercerita, hujan deras ini sudah merendam puluhan rumah di Kelurahan Panyabungan 3, namun sejauh ini belum ada dikabarkan korban jiwa, hanya korban harta benda. Dan berselang setengah jam seseudah hujan reda atau sekitar pukul 20.00 WIB, air yang merendam rumah warga sudah mulai surut dan menyisakan lumpur dan pasir.

“Kami sekarang bersama warga lain masih fokus menyemalatkan pengisi rumah, karena belum tentu hujan reda sampai disini,” sebut Suheri seperti disiarkan Metro Tapanuli (grup Sumut Pos). (rul/wan/smg)

MEDAN-Lima desa di dua Kecamatan di Kabupaten Deliserdang diterjang banjir rob, Minggu (28/4) 14.00 WIB. Berkisar 700 rumah penduduk dan sekolah diterjang banjir yang berasal dari laut itu.

Adapun lima desa yang terkena banjir rob adalah Desa Paluhmanan; Paluhkurau; dan Desa Lama. Tiga desa ini dari Kecamatan Hamparanperak. Sedangkan dua lagi Desa Telaga Tujuh dan Desa Karanggading di Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang Ketinggian air laut mencapai 50 hingga 70 centimeter masuk ke ratusan permukiman warga. Banjir rob tidak hanya merendam rumah warga dan sekolah, tapi juga menenggelamkan akses jalan yang menghubungkan ke lima desa tersebut. Hal itu, menyebabkan aktivitas warga nyaris lumpuh. Warga yang biasa berkendara roda dua, sebagian besar memilih tidak keluar rumah karena khawatir dapat merusak mesin kendaraan.

Almunir SPd, Kepala Desa Karanggading Kecamatan Labuhan Deli pada Sumut Pos mengatakan, dari 5800 jiwa yang bermukim di desanya, terdapat sekitar 200 rumah warga yang terendam. “Umumnya banjir terparah terjadi di dusun 1, 2, 3, 4 dan 5. Dan diperkirakan ada sekitar 200 rumah warga yang terendam,” ungkapnya.

Disebutkannya, banjir rob yang melanda Desa Karanggading kali ini memang sangat tinggi. Bahkan luapan air laut mengakibatkan tanggul yang dibangun secara swadaya sebelumnya tidak berfungsi. “Gelombang pasang air laut kali ini sangat tinggi, tanggul yang dibangun sebelumnya pun tidak berfungsi maksimal, karena air laut yang datang lebih tinggi,” ujar Munir.

Banjir rob juga menerjang Desa Telaga Tujuh, diperkirakan 150 rumah di kecamatan itu tenggelam. Warga hanya bisa pasrah saat terjangan air laut memasuki rumah mereka. Sedangkan, di Kecamatan Hamparanperak, hal serupa juga terjadi di 3 desa. Seperti di Desa Paluhkurau, sekitar 100 rumah tergenang banjir dan di Desa Lama merendam 50 rumah.

Namun yang terparah terjadi di Desa Paluhmanan, musibah alam diduga akibat terjadinya kerusakan lingkungan tersebut diperkirakan merendam hampir 200 rumah. Warga setempat tak mampu berbuat banyak pada saat air laut naik dan masuk ke permukiman mereka. Selain rumah warga, beberapa sekolah di antaranya di SD Negeri 105799 Desa Paluhmanan juga ikut terendam air laut.

Menurut warga setempat menuturkan, ketinggian debit air laut yang melanda perkampungan mereka mencapai 60 centimeter. Kejadian seperti ini mulai dirasakan warga sejak tahun 2001, namun yang terparah terjadi pada dua tahun terakhir ini. Mereka berharap adanya upaya Pemkab Deliserdang dalam mencari solusi agar banjir air laut tidak lagi mereka rasakan.

“Sudah tiga hari ini banjir terjadi, air laut naik ke darat melalui paluh-paluh (anak sungai) kecil, kalau dulu tidak sampai separah ini. Tapi sekarang hampir seluruh rumah dan jalan di desa ini terendam, itu terjadi akibat paluh ditimbun dan rawa berubah fungsi menjadi kebun kelapa sawit,” kaluh, Jamal (48) salah seorang warga.

Meski banjir rob merupakan hal yang biasa dihadapi warga, tapi dampak dari air laut dimaksud membuat rumah mereka mengalami kerusakan.”Memang ini kondisi seperti ini membuat kami terbiasa, tapi kadar garam dari air laut itu justru merusak rumah-rumah warga di sini. Kami minta pemerintah juga harus memahami apa yang dikeluhkan warga,” jelasnya.
Sungai Aek Mata Meluap dalam Setengah Jam.

Sementara itu, hujan deras dan angin kencang melanda pusat Kota Panyabungan Kabupaten Mandailling Natal (Madina), Minggu (28/4) selama 2 jam mulai pukul 17.30 WIB hingga 19.30 WIB. Akibatnya Sungai Aek Mata yang membelah Kota Panyabungan meluap dan merendam puluhan rumah di sisi sungai.

Sebelumnya, mulai pukul 17.30 WIB, angin kencang dan petir bergemuruh mulai melanda Kota Panyabungan. Akibatnya banyak kios dan tempat berjualan di Pasar Lama Panyabungan yang rusak dan terlempar ditiup angin, begitu juga sebagian atap rumah seng ada yang lepas.
Berselang 10 menit kemudian turun hujan deras dan hanya sekitar setengah jam saja, sungai Aek Mata meluap dan membanjiri Kota Panyabungan, khususnya pemukiman warga di Banjar Sibaguri, Kelurahan Panyabungan 3, Kecamatan Panyabungan. Kondisi ini semakin menyulitkan warga karena listrik padam.

Dan sekitar pukul 19.30 WIB, hujan mulai reda. Pantauan di lokasi, ada sejumlah gerobak pedagang makanan malam di Pasar Malam Pasar lama menjadi korban angin kencang dan hujan dan terhempas ke badan jalan karena semua pedagang ketika itu hanya berpikir menyelamatkan diri.

Salah seorang warga Panyabungan, Suheri (27) bercerita, hujan deras ini sudah merendam puluhan rumah di Kelurahan Panyabungan 3, namun sejauh ini belum ada dikabarkan korban jiwa, hanya korban harta benda. Dan berselang setengah jam seseudah hujan reda atau sekitar pukul 20.00 WIB, air yang merendam rumah warga sudah mulai surut dan menyisakan lumpur dan pasir.

“Kami sekarang bersama warga lain masih fokus menyemalatkan pengisi rumah, karena belum tentu hujan reda sampai disini,” sebut Suheri seperti disiarkan Metro Tapanuli (grup Sumut Pos). (rul/wan/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/