27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Capres TNI Masih Diminati

JAKARTA-Minat publik terhadap calon presiden berlatar militer masih besar. Pada rilis hasil survei terbaru Lembaga Klimatologi Politik (LKP), perpaduan militer-sipil untuk posisi capres-cawapres menjadi kombinasi yang paling banyak diharapkan publik untuk kepemimpinan Indonesia 2014-2019.

Sebanyak 35,5 persen publik menganggap, kombinasi tokoh militer di posisi capres dan tokoh sipil di posisi cawapres adalah yang terbaik. “Suka tidak suka, ini fakta keinginan publik saat ini,” ujar Presiden Direktur LKP Usman Rachman saat memaparkan hasil survei lembaganya di Hotel Gran Menteng, Jakarta, kemarin (28/4).

Tepat di bawah kombinasi militer-sipil, 22,2 persen publik memiliki pandangan tidak mempermasalahkan latar belakang sipil atau militer. Menyusul berikutnya 14,7 persen menginginkan kombinasi sipil-militer. Kemudian, berturut-turut kombinasi militer-militer (9,7 persen), sipil-sipil (8,6 persen), dan tidak tahu/tidak menjawab (9,3 persen).

“Kenapa tokoh militer masih diminati? Ini semua bisa jadi tidak lepas dari kondisi sosial politik Indonesia akhir-akhir ini,” kata Usman. Menurut dia, masih maraknya sejumlah tindak kekerasan, konflik sosial, ataupun gangguan keamanan di tengah-tengah masyarakat sampai saat ini turut menjadi pendorong. Yaitu, perlunya muncul sosok kepemimpinan nasional yang tegas dan dapat mengendalikan keamanan.

Preferensi publik terhadap tokoh militer untuk menjadi capres itu juga tecermin dengan bagian lain hasil survei tentang tingkat kesukaan maupun elektabilitas tokoh-tokoh partai politik kandidat capres. Dua tokoh parpol berlatar militer, yaitu Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, sementara memimpin klasemen. Sesuai dengan hasil survei, elektabilitas mereka mengalahkan dua tokoh parpol dari sipil Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang berada pada posisi ketiga dan keempat.

Tingkat keterpilihan Prabowo 19,8 persen, sedangkan Wiranto 15,4 persen. Ical 14,4 persen, sedangkan Megawati 13,3 persen. Berturut-turut kemudian Ani Yudhoyono (4,8 persen), Hatta Rajasa (3,9 persen), Surya Paloh (3,8 persen), Sutiyoso (2,7 persen), Yusril Ihza Mahendra (2,5 persen), Muhaimin Iskandar (1,8 persen), Anis Matta (1,3 persen), Suryadharma Ali (1,1 persen), dan tokoh lainnya (3,8 persen). Yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab 11,4 persen. “Kandidat-kandidat capres yang kami survei memang kami khususkan pada mereka yang dari parpol,” ujar Usman.

Hal itu, menurut dia, didasari fakta konstitusi dan UU yang berlaku bahwa belum ada pintu bagi capres independen untuk bisa maju. “Selain itu, kecenderungan kekuasaan itu juga sangat menggoda. Pimpinan parpol tentu tidak akan mudah melepas kunci (maju capres) yang mereka kantongi,” imbuhnya.

Meski demikian, lanjut dia, elektabilitas tokoh-tokoh alternatif juga tetap dipantau. Namun, kapasitasnya ditempatkan sebagai cawapres. Hasilnya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang memimpin posisi puncak. Jokowi “sapaan akrabnya” memiliki tingkat keterpilihan 24,4 persen, sedangkan Dahlan memiliki tingkat elektabilitas 11,3 persen.

Di urutan ketiga dan keempat bertengger Hatta Rajasa dan Mahfud M.D. Masing-masing 10,2 persen dan 9,5 persen. Selanjutnya, berturut-turut Chairul Tanjung (8,3 persen), Yusril Ihza (5,7 persen), Surya Paloh (3,9 persen), Harry Tanoesudibyo (3,8 persen), Anies Baswedan (2,7 persen), Pramono Edhie Wibowo (1,7 persen), Marzuki Alie (1,3 persen), Puan Maharani (1,1 persen), dan Sri Mulyani (1,1 persen). Yang memilih tokoh lain 2,1 persen dan yang tidak tahu/tidak menjawab 12,9 persen.

“Tapi, ini semua baru cuaca hari ini, hari cerah. Besok bisa jadi hujan. Hari ini masih hujan, besok bisa jadi sangat cerah,” jelas Usman.

Survei LKP kali ini melibatkan 1.225 responden yang dipilih dengan metode multistage random sampling dari populasi calon pemilih pada Pemilu 2014 yang tersebar di 33 provinsi seluruh Indonesia. Pelaksanaannya 20 sampai 30 Maret 2013, dari hasil wawancara dengan panduan kuisioner. Margin of error mencapai plus minus 2,8 persen. Tingkat kepercayaan 95 persen.

Ketua DPP Partai Hanura Saleh Husein mengapresiasi hasil survei yang menempatkan Ketum Hanura Wiranto sebagai salah seorang capres favorit. Namun, partainya tidak akan terbuai dengan hasil survei itu. “Justru ini akan membuat kami, para kader, bekerja lebih giat lagi menyapa dan bersama masyarakat,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, Wiranto tengah fokus menyiapkan strategi untuk mencapai target suara Hanura dalam pemilu legislatif, yakni dua digit. Meski begitu, Hanura juga tetap memantau tokoh-tokoh potensial yang bisa digandeng. “Kami selalu mengikuti perkembangan para tokoh yang bermunculan agar dapat kita pasangkan menjadi cawapresnya Pak Wiranto pada saatnya nanti,” terang sekretaris Fraksi Hanura di DPR itu. (dyn/fal/c1/agm/jpnn)

JAKARTA-Minat publik terhadap calon presiden berlatar militer masih besar. Pada rilis hasil survei terbaru Lembaga Klimatologi Politik (LKP), perpaduan militer-sipil untuk posisi capres-cawapres menjadi kombinasi yang paling banyak diharapkan publik untuk kepemimpinan Indonesia 2014-2019.

Sebanyak 35,5 persen publik menganggap, kombinasi tokoh militer di posisi capres dan tokoh sipil di posisi cawapres adalah yang terbaik. “Suka tidak suka, ini fakta keinginan publik saat ini,” ujar Presiden Direktur LKP Usman Rachman saat memaparkan hasil survei lembaganya di Hotel Gran Menteng, Jakarta, kemarin (28/4).

Tepat di bawah kombinasi militer-sipil, 22,2 persen publik memiliki pandangan tidak mempermasalahkan latar belakang sipil atau militer. Menyusul berikutnya 14,7 persen menginginkan kombinasi sipil-militer. Kemudian, berturut-turut kombinasi militer-militer (9,7 persen), sipil-sipil (8,6 persen), dan tidak tahu/tidak menjawab (9,3 persen).

“Kenapa tokoh militer masih diminati? Ini semua bisa jadi tidak lepas dari kondisi sosial politik Indonesia akhir-akhir ini,” kata Usman. Menurut dia, masih maraknya sejumlah tindak kekerasan, konflik sosial, ataupun gangguan keamanan di tengah-tengah masyarakat sampai saat ini turut menjadi pendorong. Yaitu, perlunya muncul sosok kepemimpinan nasional yang tegas dan dapat mengendalikan keamanan.

Preferensi publik terhadap tokoh militer untuk menjadi capres itu juga tecermin dengan bagian lain hasil survei tentang tingkat kesukaan maupun elektabilitas tokoh-tokoh partai politik kandidat capres. Dua tokoh parpol berlatar militer, yaitu Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, sementara memimpin klasemen. Sesuai dengan hasil survei, elektabilitas mereka mengalahkan dua tokoh parpol dari sipil Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang berada pada posisi ketiga dan keempat.

Tingkat keterpilihan Prabowo 19,8 persen, sedangkan Wiranto 15,4 persen. Ical 14,4 persen, sedangkan Megawati 13,3 persen. Berturut-turut kemudian Ani Yudhoyono (4,8 persen), Hatta Rajasa (3,9 persen), Surya Paloh (3,8 persen), Sutiyoso (2,7 persen), Yusril Ihza Mahendra (2,5 persen), Muhaimin Iskandar (1,8 persen), Anis Matta (1,3 persen), Suryadharma Ali (1,1 persen), dan tokoh lainnya (3,8 persen). Yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab 11,4 persen. “Kandidat-kandidat capres yang kami survei memang kami khususkan pada mereka yang dari parpol,” ujar Usman.

Hal itu, menurut dia, didasari fakta konstitusi dan UU yang berlaku bahwa belum ada pintu bagi capres independen untuk bisa maju. “Selain itu, kecenderungan kekuasaan itu juga sangat menggoda. Pimpinan parpol tentu tidak akan mudah melepas kunci (maju capres) yang mereka kantongi,” imbuhnya.

Meski demikian, lanjut dia, elektabilitas tokoh-tokoh alternatif juga tetap dipantau. Namun, kapasitasnya ditempatkan sebagai cawapres. Hasilnya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang memimpin posisi puncak. Jokowi “sapaan akrabnya” memiliki tingkat keterpilihan 24,4 persen, sedangkan Dahlan memiliki tingkat elektabilitas 11,3 persen.

Di urutan ketiga dan keempat bertengger Hatta Rajasa dan Mahfud M.D. Masing-masing 10,2 persen dan 9,5 persen. Selanjutnya, berturut-turut Chairul Tanjung (8,3 persen), Yusril Ihza (5,7 persen), Surya Paloh (3,9 persen), Harry Tanoesudibyo (3,8 persen), Anies Baswedan (2,7 persen), Pramono Edhie Wibowo (1,7 persen), Marzuki Alie (1,3 persen), Puan Maharani (1,1 persen), dan Sri Mulyani (1,1 persen). Yang memilih tokoh lain 2,1 persen dan yang tidak tahu/tidak menjawab 12,9 persen.

“Tapi, ini semua baru cuaca hari ini, hari cerah. Besok bisa jadi hujan. Hari ini masih hujan, besok bisa jadi sangat cerah,” jelas Usman.

Survei LKP kali ini melibatkan 1.225 responden yang dipilih dengan metode multistage random sampling dari populasi calon pemilih pada Pemilu 2014 yang tersebar di 33 provinsi seluruh Indonesia. Pelaksanaannya 20 sampai 30 Maret 2013, dari hasil wawancara dengan panduan kuisioner. Margin of error mencapai plus minus 2,8 persen. Tingkat kepercayaan 95 persen.

Ketua DPP Partai Hanura Saleh Husein mengapresiasi hasil survei yang menempatkan Ketum Hanura Wiranto sebagai salah seorang capres favorit. Namun, partainya tidak akan terbuai dengan hasil survei itu. “Justru ini akan membuat kami, para kader, bekerja lebih giat lagi menyapa dan bersama masyarakat,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, Wiranto tengah fokus menyiapkan strategi untuk mencapai target suara Hanura dalam pemilu legislatif, yakni dua digit. Meski begitu, Hanura juga tetap memantau tokoh-tokoh potensial yang bisa digandeng. “Kami selalu mengikuti perkembangan para tokoh yang bermunculan agar dapat kita pasangkan menjadi cawapresnya Pak Wiranto pada saatnya nanti,” terang sekretaris Fraksi Hanura di DPR itu. (dyn/fal/c1/agm/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/