25.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Jual Telur Lalat, Aiptu Solihin Berpenghasilan Rp20 Juta Sebulan

BUDIDAYA LALAT: Kapolres Labuhanbatu AKBP Agus Djarot meninjau lokasi budidaya lalat BSF, Kamis (28/5).
BUDIDAYA LALAT: Kapolres Labuhanbatu AKBP Agus Djarot meninjau lokasi budidaya lalat BSF, Kamis (28/5).

LABUHANBATU, SUMUTPOS.CO – Lalat identik dengan binatang yang kotor, menjijikkan, dan membawa sumber penyakit. Namun siapa sangka, ternyata lalat bisa menjadi sumber penghasilan tambahan di tengah sulitnya ekonomi pada masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ini.

SEPERTI yang dilakukan personel Polres Labuhanbatu, Aiptu H Solihin. Dia sukses mengembakbiakkan lalat jenis Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam. Bahkan, keberhasilannya ini mendapat apresiasi dari Kapolres Labuhanbatu, AKBP Agus Darojat.

Pada Kamis (28/5) kemarin, bersama Waka Lolres Kompol Muhd Taufik, Kabag Ops Kompol Marluddin, Kabag Sumda Kompol H Matondang, Kasat Binmas AKP Khairul Saleh, para kasat, para perwira dan sejumlah personel, Kapolres Labuhanbatu AKBP Agus Darojat meninjau langsung lokasi Aiptu Solihin beternak lalat BSF dan Maggot.

Lalat BSF ini adalah jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon. Sedangkan Maggot BSF adalah bentuk dari siklus pertama (larva) Black Soldier Fly yang nantinya bermetamorfosa menjadi lalat dewasa.

Fase metamorfosa maggot BSF dimulai dari telur, larva, prepupa, pupa, dan lalat dewasa semuanya memakan waktu 40 sampai 45 hari saja. Tidak seperti lalat yang biasa kita temui, jenis lalat yang bernama latin Hermetia Illucens ini memiliki banyak keuntungan dan manfaat bagi manusia.

“Selama masa hidupnya, maggot BSF mengkonsumsi makanan organik (buah yang tidak layak makan/sisa/busuk yang bisa didapatkan dari pedagang buah) disekitar lingkungan kita secara gratis,” ucap Solihin.

Bersama dua orang putranya, Solihin setiap harinya merawat budidaya lalat super ini guna menambah penghasilan keluarga. Diceritakannya, satu ekor betina BSF dapat menghasilkan sekitar 600 telur, maka hanya dibutuhkan sekitar 20 ekor lalat super betina untuk menghasilkan 10 ribu larva/maggot BSF untuk, larva BSF juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

“Sejumlah 15 ribu larva Black Fly Soldier dapat menghabiskan sekitar 2 kg makanan dan limbah organik hanya dalam waktu 24 jam saja,” tambah Solihin.

Setiap tiga hari sekali, telur lalat dapat dipanen. Artinya, dalam satu bulan bisa 10 kali panen. Satu gram telur lalat BSF dihargai Rp10 ribu. Per 3 hari bisa menghasilkan 100 gram, bahkan 200 gram. Dengan begitu, Solihin bisa berpenghasilan hingga Rp20 juta dalam sebulan dari penjualan telur lalat saja.

Selain telur lalat, Aiptu solihin juga memperoleh penghasilan dari hasil panen maggot (ulat). Dijual Rp8 ribu perkilogram, sedangkan pupa dijual Rp80 ribu perkilogram. Penjualan telur, larva, prepupa dan pupa ia lakukan menggunakan jejaring sosial maupun langsung di lokasi, hingga ke provinsi tetangga seperti Riau dan Aceh.

“Itulah mengapa budidaya lalat/maggot BSF saya lakukan, karena sangat menguntungkan, cara pemeliharaannya sangat mudah dan modal yang sangat sedikit, namun hasilnya sungguh luar biasa,” terang Solihin lagi.

Dia berharap rekan-rekan sesama personel Polri maupun masyarakat yang ingin menambah penghasilan bagi keluarga dapat melakukan hal yang sama, berternak lalat BSF. Ia juga bersedia berbagi ilmu dan memberikan waktu bagi siapa saja yang ingin bertanya seputar budidaya lalat super ini. (fdh)

BUDIDAYA LALAT: Kapolres Labuhanbatu AKBP Agus Djarot meninjau lokasi budidaya lalat BSF, Kamis (28/5).
BUDIDAYA LALAT: Kapolres Labuhanbatu AKBP Agus Djarot meninjau lokasi budidaya lalat BSF, Kamis (28/5).

LABUHANBATU, SUMUTPOS.CO – Lalat identik dengan binatang yang kotor, menjijikkan, dan membawa sumber penyakit. Namun siapa sangka, ternyata lalat bisa menjadi sumber penghasilan tambahan di tengah sulitnya ekonomi pada masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ini.

SEPERTI yang dilakukan personel Polres Labuhanbatu, Aiptu H Solihin. Dia sukses mengembakbiakkan lalat jenis Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam. Bahkan, keberhasilannya ini mendapat apresiasi dari Kapolres Labuhanbatu, AKBP Agus Darojat.

Pada Kamis (28/5) kemarin, bersama Waka Lolres Kompol Muhd Taufik, Kabag Ops Kompol Marluddin, Kabag Sumda Kompol H Matondang, Kasat Binmas AKP Khairul Saleh, para kasat, para perwira dan sejumlah personel, Kapolres Labuhanbatu AKBP Agus Darojat meninjau langsung lokasi Aiptu Solihin beternak lalat BSF dan Maggot.

Lalat BSF ini adalah jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon. Sedangkan Maggot BSF adalah bentuk dari siklus pertama (larva) Black Soldier Fly yang nantinya bermetamorfosa menjadi lalat dewasa.

Fase metamorfosa maggot BSF dimulai dari telur, larva, prepupa, pupa, dan lalat dewasa semuanya memakan waktu 40 sampai 45 hari saja. Tidak seperti lalat yang biasa kita temui, jenis lalat yang bernama latin Hermetia Illucens ini memiliki banyak keuntungan dan manfaat bagi manusia.

“Selama masa hidupnya, maggot BSF mengkonsumsi makanan organik (buah yang tidak layak makan/sisa/busuk yang bisa didapatkan dari pedagang buah) disekitar lingkungan kita secara gratis,” ucap Solihin.

Bersama dua orang putranya, Solihin setiap harinya merawat budidaya lalat super ini guna menambah penghasilan keluarga. Diceritakannya, satu ekor betina BSF dapat menghasilkan sekitar 600 telur, maka hanya dibutuhkan sekitar 20 ekor lalat super betina untuk menghasilkan 10 ribu larva/maggot BSF untuk, larva BSF juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

“Sejumlah 15 ribu larva Black Fly Soldier dapat menghabiskan sekitar 2 kg makanan dan limbah organik hanya dalam waktu 24 jam saja,” tambah Solihin.

Setiap tiga hari sekali, telur lalat dapat dipanen. Artinya, dalam satu bulan bisa 10 kali panen. Satu gram telur lalat BSF dihargai Rp10 ribu. Per 3 hari bisa menghasilkan 100 gram, bahkan 200 gram. Dengan begitu, Solihin bisa berpenghasilan hingga Rp20 juta dalam sebulan dari penjualan telur lalat saja.

Selain telur lalat, Aiptu solihin juga memperoleh penghasilan dari hasil panen maggot (ulat). Dijual Rp8 ribu perkilogram, sedangkan pupa dijual Rp80 ribu perkilogram. Penjualan telur, larva, prepupa dan pupa ia lakukan menggunakan jejaring sosial maupun langsung di lokasi, hingga ke provinsi tetangga seperti Riau dan Aceh.

“Itulah mengapa budidaya lalat/maggot BSF saya lakukan, karena sangat menguntungkan, cara pemeliharaannya sangat mudah dan modal yang sangat sedikit, namun hasilnya sungguh luar biasa,” terang Solihin lagi.

Dia berharap rekan-rekan sesama personel Polri maupun masyarakat yang ingin menambah penghasilan bagi keluarga dapat melakukan hal yang sama, berternak lalat BSF. Ia juga bersedia berbagi ilmu dan memberikan waktu bagi siapa saja yang ingin bertanya seputar budidaya lalat super ini. (fdh)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/