SUMUTPOS.CO- Danau Toba sebagai danau terbesar di Indonesia yang terletak di Sumatera Utara –sekitar 176 km ke barat dari Medan–, adalah danau hasil volcano tektonik terbesar di dunia. Panjang danau 87 km dari baratdaya ke tenggara dan lebar 27 km, dengan ketinggian 904 meter di atas permukaan laut dan kedalaman maksimal 505 meter.
”Geologi Danau Toba menjadi topik yang menarik untuk dipelajari. Secara geologi, pembentukan danau ini merupakan hasil suatu aktivitas volkanik besar sepanjang zaman Kuarter atau dua setengah juta tahun yang lalu. Sejarah geologi Danau Toba diterangkan sebagai)produk satu ledakan dahsyat atau produk gabungan dari berbagai peristiwa erupsi gunungapi. Ini sangat menarik dijual sebagai geowisata,” kata Presiden Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Rovicky Dwi Putrohari, kepada SUMUTPOS.CO di sela-sela Pertemuan Ilmiah Tahunan Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) ke-39 dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ke-42 yang diselenggarakan di Medan, 29 Oktober 2013. Pertemuan akan berlangsung selama 3 hari.
Keunikan geofisik dan Danau Toba adalah landsekap yang terbentuk dari erupsi super kuat, sehingga membentuk kaldera Danau Toba tersebut. Keunikan inilah yang menjadi dasar minat seseorang mengunjungi dan berpetualang di kawasan Danau Toba.
”Danau ini menjadi salah satu aset pariwisata yang penting bagi Indonesia. Keindahan alam Danau Toba telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Selain danau yang biru, culture Batak yang mempesona juga menarik wisatawan dari seluruh dunia, dan lingkungan biota (flora dan fauna) yang menarik. Ditambah lagi, kawasan Toba terbuka untuk riset ilmu pengetahuan. Inilah yang menjadi alasan mengapa kawasan Toba dipilih menjadi geopark. Nah, para ahli geologi dan geofisika akan mengajari Dinas Pariwsata di Sumut untuk menjual geowisata ini,” kata Rovicky.
Konsepnya, masyarakat setempat menjual paket geowisata kecil-kecilan, yang ada akhirnya akan mendukung kawasan Toba sebagai Geopark Dunia.
Tahun 1949 lalu, Van-Bemmelen pernah mengatakan, kawasan Danau Toba dikelilingi oleh kelompok batuan hasil letusan gunungapi, dan danau tersebut merupakan suatu bekas caldera volkanik yang sangat besar. Letusan abu vulkanik yang menyebabkan terbentuknya kaldera Toba, tersebar hingga wilayah Malaysia dan India, hingga jarak 3.000 km. Hal tersebut, dibuktikan dengan dijumpai abu riolit yang sama di sekitar Danau Toba dengan yang ditemukan di wilayah Malaysia dan India, bahkan di dasar lautan India Timur dan perairan Teluk Bengal.
Kaldera yang berukuran (30 hingga 100 km) dan mempunyai relief dengan ketinggian hingga mencapai 1.700 m. Kaldera ini dibentuk dalam beberapa periode letusan. Letusan besar terjadi 840.000, sekitar 700.000, dan 75.000 tahun yang lalu. Letusan 75.000 tahun yang lalu memproduksi endapan Toba Muda dengan kandungan tuf (abu vulkanik berukuran sangat halus) yang tinggi.
Letusan Toba, yang diperkirakan terjadi 73.000 ± 4000 tahun yang lalu, menjadi letusan terakhir dan terbaru sebagai “supervolcano”. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University menyimpulkan bahwa total jumlah material dari letusan adalah sekitar 2800 km3; dengan 800km3 ignimbrite yang mengalir di dataran dan di 2.000km3 itu jatuh sebagai abu yang diterbangkan oleh angin yang bertiup ke arah barat.
Letusan yang sangat besar itu mungkin bertahan hampir dua minggu. Hanya sedikit binatang dan tumbuhan di Indonesia yang selamat, dan mungkin letusan menyebabkan suatu bagian yang luas dari kehidupan planet mati satu per satu.
Suatu area besar yang anjlok setelah letusan akibat dimuntahkannya material letusan (material vulkanik) dalam volumen yang sangat besar dan kuat, kemudia membentuk suatu kaldera, yang terisi dengan air yang membentuk Danau Toba. Kemudian, dasar dari kaldera terangkat membentuk Samosir, suatu pulau besar di dalam danau. Toba merupakan caldera yang terbesar yang terbentuk di atas permukaan bumi ini (Yokohama dan Hehanusa, 1981). (mea)