Sesungguhnya, lanjutnya, Indonesia bisa menaikkan kapasitas kursi penerbangan internasional, tapi masih terkendala oleh berbagai hal antara lain kapasitas dan kualitas bandara termasuk tatakelolanya.
“Tentunya itu bukan satu-satunya faktor, akan tetapi masih ada hal lain yang tak kalah penting antara lain konektivitas antar moda angkutan dan berbagai faktor ikutan lainnya,” ucapnya.
Dari 18 bandara yang sudah berstatus internasional, pada tahun 2014 hanya 2 bandara yang mampu mendatangkan wisman di atas 1 juta yakni Ngurahrai-Bali dan Soekarno-Hatta, selanjutnya bandara Kualanamu-Medandan Juanda-Surabaya menerima antara 200-250 ribu wisman, bandara Husein Sastranegara-Bandung menerima kurang dari 200 ribu wisman. Adapun bandara internasional lainnya kurang dari 100 ribu wisman.
Bandara Kualanamu menempati posisi ke 3 setelah Bali dan Jakarta dan mengalami pertumbuhan 4,07 %. Malaysia oleh Pemerintah telah ditetapkan sebagai pasar wisman utama juga sebagai pasar utama Sumatera Utara.
Namun, kata Faried, neraca bisnis pariwisata (travel balances) dengan Malaysia masih minus, artinya jumlah WNI dari Sumatera Utara lebih banyak ke Malaysia dibanding jumlah wisatawan Malaysia ke Sumatera Utara.
“Penang dan Malaka yang selalu atraktif dalam berbagai gelaran acara pariwisata, menjadikan destinasi ini diminati warga Sumatera Utara, juga Malaysia semakin menjadi pilihan untuk keperluan kesehatan,” paparnya.
Ke depan diharapkan travel balances dengan Malaysia akan menjadi positif jika upaya pembenahan destinasi Danau Toba secepatnya diupayakan khususnya pada aspek 3A (Aksesibilitas-Atraksi Wisata-Amenitas khususnya akomodasi) sehingga makin berkualitas.
Pembenahan infrastruktur koridor Medan-Danau Toba, diiringi penataan destinasi yang “menyatu” dengan konsep tidak terikat pada batas-batas wilayah administrasi. Dan tak kalah penting adalah penciptaan atraksi wisata buatan. “Tapi ini perlu keterlibatan ahli agar destinasi mampu menguras kantong wisatawan yang pada gilirannya, itu menciptakan nilai tambah,” ujarnya.
“Bagi aparat pariwisata, Sumatera Utara harus belajar tentang pariwisata Malaysia, khususnya Penang dan Malaka, yang karena tatakelolanya membuat wisatawan merasa enjoy dengan berbagai kemudahan dan harga yang relatif terjangkau. Apalagi sajian pelayanan maskapai AirAsia dengan berbagai kemudahan melalui layanan E-Ticketing dan E-Boarding menjadikan destinasi Malaysia semakin menarik dan memberi kesan mudah untuk dikunjungi,” pungkasnya. (sam)