25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Bali Dimanjakan, Danau Toba Ditidurkan

Foto: Mohammad Hilmi Faiq/kompas.com Boneka Sigale-gale Raksasa hendak dilarung di Danau Toba, Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (7/9/2013) lalu. Boneka Sigale-gale menjadi salah satu ikon dalan Festival danau Toba yang dibuka pada Minggu (8/9/2013).
Foto: Mohammad Hilmi Faiq/kompas.com
Boneka Sigale-gale Raksasa hendak dilarung di Danau Toba, Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (7/9/2013) lalu. Boneka Sigale-gale menjadi salah satu ikon dalan Festival danau Toba yang dibuka pada Minggu (8/9/2013).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Komjen (Purn) Togar M Sianipar, tokoh Batak yang pernah menjabat sebagai Kapolda Bali, menyampaikan kritikan keras terhadap pemerintah pusat yang sudah lama menganaktirikan Danau Toba dan hanya memanjakan Bali saja.

Menurutnya, banyak acara-acara internasional yang oleh pemerintah pusat ditetapkan lokasinya di Bali, sehingga Palau Dewata itu wisatanya berkembang sangat pesat.

“Sedikit-sedikit Bali, sedikit-sedikit Bali. Tidak pernah acara tingkat internasional digelar di Danau Toba. Sudah sangat lama Danau Toba itu ditidurkan,” ujar Togar M Sianipar kepada koran ini di Jakarta, kemarin (22/2).

Ditekankan, peran pemerintah cukup besar dalam mengembangkan Bali sebagai destinasi wisata yang terkenal di dunia. Dia juga membantah anggapan sebagian kalangan yang menilai masyarakat Bali punya karakter dasar yang berbeda dengan tipikal masyarakat Batak.

Menurut mantan Kadiv Humas Mabes Polri itu, kondisi masyarakat Bali yang sekarang ini menjadi “Masyarakat Pariwisata”, tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang.

“Semua melalui proses, yang mengarahkan masyarakat Bali menjadi masyarakat pariwisata. Ini karena pemerintah memberikan perhatian yang besar. Inilah yang menguntungkan Bali,” ulasnya.

Sementara, lanjutnya, perhatian pemerintah kepada Danau Toba nyaris tidak ada. Karena itu, Togar mengaku jengkel mendengar cerita kawannya, seorang tokoh Batak, yang menyalahkan tipikal masyarakat di sekitar Danau Toba.

“Kawan itu cerita, begitu turun dari mobil, ada yang angkat-angkat koper, tapi setelah itu minta uang. Ada juga yang cerita, waktu dia beli mangga di Danau Toba, dia mencoba menawar harga. Tapi si pedagang bilang, “jangan tawar-tawar!”. Nah, masyarakat Batak yang seperti itu, salah siapa? Ya salah kita semua, salah pemerintah, tidak pernah mengajarkan agar mereka menjadi ramah, menjadi masyarakat pariwisata,” tegas lulusan Akpol 1971 itu. Kondisi seperti ini, lanjutnya, karena hampir tidak ada ivent besar digelar di sekitar Danau Toba.

Sementara, acara-acara tahunan seperti Pesta Danau Toba, hanya menjadi semacam acara rutinitas saja, tanpa hasil nyata. “Pesta Danau Toba tiap tahun hasilnya apa? Nol, nol! Dan hanya dijadikan peluang oleh orang-orang tertentu untuk mencari makan. Jumlah wisatawan tak naik karena masyarakat tidak pernah dipersiapkan menjadi masyarakat pariwisata,” ujar pria yang juga pernah menjadi Kapolda Kaltim dan Sumsel itu.

Foto: Mohammad Hilmi Faiq/kompas.com Boneka Sigale-gale Raksasa hendak dilarung di Danau Toba, Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (7/9/2013) lalu. Boneka Sigale-gale menjadi salah satu ikon dalan Festival danau Toba yang dibuka pada Minggu (8/9/2013).
Foto: Mohammad Hilmi Faiq/kompas.com
Boneka Sigale-gale Raksasa hendak dilarung di Danau Toba, Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (7/9/2013) lalu. Boneka Sigale-gale menjadi salah satu ikon dalan Festival danau Toba yang dibuka pada Minggu (8/9/2013).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Komjen (Purn) Togar M Sianipar, tokoh Batak yang pernah menjabat sebagai Kapolda Bali, menyampaikan kritikan keras terhadap pemerintah pusat yang sudah lama menganaktirikan Danau Toba dan hanya memanjakan Bali saja.

Menurutnya, banyak acara-acara internasional yang oleh pemerintah pusat ditetapkan lokasinya di Bali, sehingga Palau Dewata itu wisatanya berkembang sangat pesat.

“Sedikit-sedikit Bali, sedikit-sedikit Bali. Tidak pernah acara tingkat internasional digelar di Danau Toba. Sudah sangat lama Danau Toba itu ditidurkan,” ujar Togar M Sianipar kepada koran ini di Jakarta, kemarin (22/2).

Ditekankan, peran pemerintah cukup besar dalam mengembangkan Bali sebagai destinasi wisata yang terkenal di dunia. Dia juga membantah anggapan sebagian kalangan yang menilai masyarakat Bali punya karakter dasar yang berbeda dengan tipikal masyarakat Batak.

Menurut mantan Kadiv Humas Mabes Polri itu, kondisi masyarakat Bali yang sekarang ini menjadi “Masyarakat Pariwisata”, tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang.

“Semua melalui proses, yang mengarahkan masyarakat Bali menjadi masyarakat pariwisata. Ini karena pemerintah memberikan perhatian yang besar. Inilah yang menguntungkan Bali,” ulasnya.

Sementara, lanjutnya, perhatian pemerintah kepada Danau Toba nyaris tidak ada. Karena itu, Togar mengaku jengkel mendengar cerita kawannya, seorang tokoh Batak, yang menyalahkan tipikal masyarakat di sekitar Danau Toba.

“Kawan itu cerita, begitu turun dari mobil, ada yang angkat-angkat koper, tapi setelah itu minta uang. Ada juga yang cerita, waktu dia beli mangga di Danau Toba, dia mencoba menawar harga. Tapi si pedagang bilang, “jangan tawar-tawar!”. Nah, masyarakat Batak yang seperti itu, salah siapa? Ya salah kita semua, salah pemerintah, tidak pernah mengajarkan agar mereka menjadi ramah, menjadi masyarakat pariwisata,” tegas lulusan Akpol 1971 itu. Kondisi seperti ini, lanjutnya, karena hampir tidak ada ivent besar digelar di sekitar Danau Toba.

Sementara, acara-acara tahunan seperti Pesta Danau Toba, hanya menjadi semacam acara rutinitas saja, tanpa hasil nyata. “Pesta Danau Toba tiap tahun hasilnya apa? Nol, nol! Dan hanya dijadikan peluang oleh orang-orang tertentu untuk mencari makan. Jumlah wisatawan tak naik karena masyarakat tidak pernah dipersiapkan menjadi masyarakat pariwisata,” ujar pria yang juga pernah menjadi Kapolda Kaltim dan Sumsel itu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/