25 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Bantu Produktivitas Petani, IT Del Ciptakan Alat Pelindung Diri Pemetik Biji Andaliman

SUMUTPOS.CO – ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC) adalah tanaman rempah endemik khas yang banyak tumbuh di dataran tinggi sekitar Kawasan Danau Toba.

PELINDUNG DIRI: Penyerahan alat pelindung diri dari Institut Teknologi Del kepada petani Andaliman.

Tanaman ini biasanya tumbuh liar di kawasan hutan pada ketinggian di atas 1200 mdpl. Biji andaliman memberikan rasa sensasi getir dan pedas menggigit di lidah.

Oleh masyarakat, biji andaliman banyak dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap kuliner khas Batak seperti arsik, naniura dan natinombur.

Belakangan ini tanaman andaliman mulai dibudidayakan oleh beberapa kelompok masyarakat. Baik dalam bentuk tanaman sela maupun perkebunan dalam skala kecil.

Salah satu kelompok masyarakat tersebut adalah yang diorganisir pengelola Taman Eden 100, Marandus Sirait di Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba.

Marandus Sirait mencoba membudidayakan tanaman andaliman sejak tahun 2017. Hingga saat ini pusat budidaya tanaman andaliman di Taman Eden 100 telah menghasilkan buah andaliman dalam jumlah yang signifikan.

Institut Teknologi Del (IT Del) sebagai perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Toba sejak tahun 2019 telah mengambil bagian dalam pengembangan andaliman lewat kemitraan dengan Taman Eden 100.

Sejak tahun 2019, IT Del telah melakukan berbagai program pengembangan. Diantaranya mengembangkan produk-produk turunan andaliman sebagai komoditas yang berorientasi ekspor.

IT Del juga telah mengembangkan teknologi tepat guna yang dipakai dalam mendukung proses produksi produk turunan andaliman. Diantaranya adalah mesin pengering andaliman dan mesin pencacah kemiri.

Saat ini IT Del sedang mengembangkan alat pelindung diri bagi pemetik biji andaliman. Sebab tanaman andaliman secara morfologinya adalah tanaman yang bercabang-cabang dan berduri pada pohon dan rantingnya.

Biji andaliman tumbuh di ketiak daun yang dekat dengan duri-duri. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi petani pemetik andaliman dan sering menyebabkan masalah luka lecet pada tangan pemetik.

Sementara itu karakteristik tumbuhnya andaliman yang berada di sekitar hutan menyebabkan petani rentan terpapar gigitan nyamuk. Ditambah lagi udara dingin juga menjadi tantangan tersendiri.

Merespon persoalan ini, IT Del melalui beberapa skema pengabdian kepada masyarakat telah membentuk tim yang terdiri dari mahasiswa, tenaga pendidikan dan dosen untuk memberikan solusi teknologi tepat guna bagi persoalan tersebut.

Tim ini diketuai oleh Benedikta Siboro S, MSc, dosen Program Studi Manajemen Rekayasa IT Del. Dengan metodologi perancangan dan pengembangan produk, tim melakukan identifikasi kebutuhan.

Hasil identifikasi ini kemudian diolah menjadi desain konseptual yang akan didesain melalui langkah yang disebut House of Quality. Setelah diperoleh desain konseptual, selanjutnya desain detail diturunkan dengan menggunakan prinsip-prinsip ergonomic untuk menjamin kenyamanan pemakaian.

Pada akhirnya dihasilkan desain alat pelindung diri dengan bahan kain ripstop yang tebal sehingga tahan duri, hangat dan melindungi petani dari gigitan serangga. Pakaian ini didesain menutupi seluruh badan, anggota badan petani dan kepala petani. Untuk bagian wajah dibuat penutup wajah berbentuk jaring.

Ditambahkan juga sarung tangan karet dengan modifikasi pada bagian jari sehingga memudahkan petani untuk menggerakkan tangan dan jari-jari pada saat pemetikan buah dengan tetap melindungi tangan dan jari petani dari duri. Untuk melindungi kaki petani digunakan sepatu boot.

Hingga saat ini alat pelindung diri ini telah berhasil diproduksi dan diserahterimakan kepada kelompok-kelompok petani andaliman.

Serah terima untuk batch pertama dilakukan pada bulan Agustus 2021 kepada petani di Taman Eden 100. Batch kedua dilakukan pada bulan Desember 2021 kepada petani-petani andaliman di sekitar Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba. Batch ketiga sedang dalam proses produksi dan direncakanan akan diserahterimakan bulan Januari 2022 kepada petani-petani andaliman lain yang ada di Kawasan Danau Toba.

Terhadap hal ini, respon petani andaliman sangat antusias dan mengapresiasi. Dengan alat pelindung diri ini, diharapkan kegiatan panen biji andaliman dapat dilakukan secara efisien dan aman dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas panen andaliman.

Pendanaan untuk kegiatan ini berasal dari dana Tanggung Jawab Sosial IT Del dan didukung juga oleh skema Program Penelitian Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Hasil Penelitian dan Purwarupa Perguruan Tinggi Swasta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (dmp)

SUMUTPOS.CO – ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC) adalah tanaman rempah endemik khas yang banyak tumbuh di dataran tinggi sekitar Kawasan Danau Toba.

PELINDUNG DIRI: Penyerahan alat pelindung diri dari Institut Teknologi Del kepada petani Andaliman.

Tanaman ini biasanya tumbuh liar di kawasan hutan pada ketinggian di atas 1200 mdpl. Biji andaliman memberikan rasa sensasi getir dan pedas menggigit di lidah.

Oleh masyarakat, biji andaliman banyak dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap kuliner khas Batak seperti arsik, naniura dan natinombur.

Belakangan ini tanaman andaliman mulai dibudidayakan oleh beberapa kelompok masyarakat. Baik dalam bentuk tanaman sela maupun perkebunan dalam skala kecil.

Salah satu kelompok masyarakat tersebut adalah yang diorganisir pengelola Taman Eden 100, Marandus Sirait di Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba.

Marandus Sirait mencoba membudidayakan tanaman andaliman sejak tahun 2017. Hingga saat ini pusat budidaya tanaman andaliman di Taman Eden 100 telah menghasilkan buah andaliman dalam jumlah yang signifikan.

Institut Teknologi Del (IT Del) sebagai perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Toba sejak tahun 2019 telah mengambil bagian dalam pengembangan andaliman lewat kemitraan dengan Taman Eden 100.

Sejak tahun 2019, IT Del telah melakukan berbagai program pengembangan. Diantaranya mengembangkan produk-produk turunan andaliman sebagai komoditas yang berorientasi ekspor.

IT Del juga telah mengembangkan teknologi tepat guna yang dipakai dalam mendukung proses produksi produk turunan andaliman. Diantaranya adalah mesin pengering andaliman dan mesin pencacah kemiri.

Saat ini IT Del sedang mengembangkan alat pelindung diri bagi pemetik biji andaliman. Sebab tanaman andaliman secara morfologinya adalah tanaman yang bercabang-cabang dan berduri pada pohon dan rantingnya.

Biji andaliman tumbuh di ketiak daun yang dekat dengan duri-duri. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi petani pemetik andaliman dan sering menyebabkan masalah luka lecet pada tangan pemetik.

Sementara itu karakteristik tumbuhnya andaliman yang berada di sekitar hutan menyebabkan petani rentan terpapar gigitan nyamuk. Ditambah lagi udara dingin juga menjadi tantangan tersendiri.

Merespon persoalan ini, IT Del melalui beberapa skema pengabdian kepada masyarakat telah membentuk tim yang terdiri dari mahasiswa, tenaga pendidikan dan dosen untuk memberikan solusi teknologi tepat guna bagi persoalan tersebut.

Tim ini diketuai oleh Benedikta Siboro S, MSc, dosen Program Studi Manajemen Rekayasa IT Del. Dengan metodologi perancangan dan pengembangan produk, tim melakukan identifikasi kebutuhan.

Hasil identifikasi ini kemudian diolah menjadi desain konseptual yang akan didesain melalui langkah yang disebut House of Quality. Setelah diperoleh desain konseptual, selanjutnya desain detail diturunkan dengan menggunakan prinsip-prinsip ergonomic untuk menjamin kenyamanan pemakaian.

Pada akhirnya dihasilkan desain alat pelindung diri dengan bahan kain ripstop yang tebal sehingga tahan duri, hangat dan melindungi petani dari gigitan serangga. Pakaian ini didesain menutupi seluruh badan, anggota badan petani dan kepala petani. Untuk bagian wajah dibuat penutup wajah berbentuk jaring.

Ditambahkan juga sarung tangan karet dengan modifikasi pada bagian jari sehingga memudahkan petani untuk menggerakkan tangan dan jari-jari pada saat pemetikan buah dengan tetap melindungi tangan dan jari petani dari duri. Untuk melindungi kaki petani digunakan sepatu boot.

Hingga saat ini alat pelindung diri ini telah berhasil diproduksi dan diserahterimakan kepada kelompok-kelompok petani andaliman.

Serah terima untuk batch pertama dilakukan pada bulan Agustus 2021 kepada petani di Taman Eden 100. Batch kedua dilakukan pada bulan Desember 2021 kepada petani-petani andaliman di sekitar Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba. Batch ketiga sedang dalam proses produksi dan direncakanan akan diserahterimakan bulan Januari 2022 kepada petani-petani andaliman lain yang ada di Kawasan Danau Toba.

Terhadap hal ini, respon petani andaliman sangat antusias dan mengapresiasi. Dengan alat pelindung diri ini, diharapkan kegiatan panen biji andaliman dapat dilakukan secara efisien dan aman dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas panen andaliman.

Pendanaan untuk kegiatan ini berasal dari dana Tanggung Jawab Sosial IT Del dan didukung juga oleh skema Program Penelitian Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Hasil Penelitian dan Purwarupa Perguruan Tinggi Swasta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (dmp)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/