23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Dibunuh, Mayat Bu Hajjah Tergeletak di Pinggir Jalan

Foto: Oryza Pasaribu/JPNN Warga yang melihat untuk memastikan  apakah korban adalah keluarganya atau bukan,  Rabu (29/1).
Foto: Oryza Pasaribu/JPNN
Warga yang melihat untuk memastikan apakah korban adalah keluarganya atau bukan, Rabu (29/1).

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – Ya Allah ya Tuhanku. ma mancit ma boru ki. mate mau au o, Oh Butet borungku. Oh Tuhanku, inda tarligi au boru ki (Ya Allah ya Tuhanku. Sakit kali lah anakku itu. Matilah aku ini. Oh Butet anakku. Oh Tuhanku, tidak bisa aku melihat anakku lagi, red).

Ratapan ini yang terucap dari mulut Hj Dumaria Siregar (73) yang terus berlinang air mata. Seketika itu juga, ruang Instalasi Jenazah RSUD Kota Padangsidimpuan dipenuhi suara tangis dan teriakan histeris keluarga saat melihat jenazah Hj Latifah Nasution (56), terbaring kaku di sana, Rabu (29/1) sekitar pukul 21.00 WIB.

Tadi malam, Hj Dumaria Siregar didampingi suami korban H Batari Nasution (61) menjemput mayat Hj Latifah Nasution (56) yang ditemukan warga tergeletak tak bernyawa di pinggir Jl. Desa Aek Libung, Kec. Sayur Matinggi, Kab. Tapanuli Selatan (Tapsel). Menurut Batari, sebelum ditemukan tewas Latifah pamit keluar rumah sekira pukul 09.00 WIB. Istrinya itu berniat belanja ke Pasar Sinonoan, Kec. Siabu, Kab. Mandailing Natal (Madina), yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah mereka. Tapi ditunggu hingga malam, korban tak kunjung pulang.

Karena tidak ada kabar, ia mencari istrinya ke rumah keluarga. Namun, hasilnya nihil. “Saya mendapat kabar (penemuan mayat) sekitar pukul 18.00 WIB,” kenang Batari. Sebelumnya, penemuan mayat yang diduga korban pembunuhan ini sempat membuat warga panik. Pasalnya, tidak ada seorang pun yang mengetahui identitas korban.

Mayat ditemukan warga sekitar pukul 11.00 WIB dan tiba di RSUD sekira pukul 13.00 WIB. “Kita belum memeriksanya secara rinci, karena belum ada pihak keluarga yang datang sampai sekarang. Namun, kalau hasil pengamatan saya, ada beberapa luka lebam pada bagian kepala, yaitu di dahi, belakang kepala dan leher,” ujar Harahap, salah seorang petugas rumah sakit.

Mengenai berapa lama kematian korban, terangnya, korban baru saja meninggal. Sebab dilihat dari pakaian yang dipakainya masih bersih, begitu juga kondisi mayat yang belum mengeluarkan aroma busuk. “Saya yakin ini baru sekitar 4 jam yang lalu. Sebab kondisi mayat tampak bersih dan rapi. Pakaiannya juga terlihat masih baru dipakai, dan belum tercium aroma busuk. Namun, saya tidak  berani mengatakan kalau mayat ini adalah korban pembunuhan, sebab itu wewenangnya pihak kepolisian,” tukasnya.

Salah seorang petugas Kepolsian Polsek Pintu Padang, Brigadir Effendi Siregar, saat ditemui di kamar mayat mengatakan, sekitar pukul 11.00 WIB, pihaknya mendapat telepon dari warga, yang mengabarkan ada penemuan mayat di daerah Aek Libung, Kec. Sayur Matinggi, Tapsel. Mendapat informasi tersebut bersama rekannya yang lain, ia berangkat menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP). Tiba di sana, mereka melihat seorang wanita dalam kondisi tidak bernyawa tergeletak di pinggir jalan yang biasa digunakan warga sekitar untuk pergi kebunnya.

“Mulanya kami dapat informasi dari warga sekitar pukul 11.00 WIB. Setelah kami cek ke TKP ternyata benar, lalu kami bawa ke mari (RSUD, red),” jelas anggota Sat Reskrim Polsek Pintu Padang tersebut. “Kami menduga mayat ini adalah korban penganiayaan yang sengaja dibuang ke tempat tersebut. Sebab ada beberapa kejanggalan seperti situasi TKP yang sering dilalui warga sekitar, dan beberapa luka pada bagian dahi kepalanya yang kami duga akibat pukulan benda tumpul,” terangnya.

Korban ditemukan pertama kali oleh seorang warga yang bekerja sebagai tukang kebun di Desa Aek Libung atau persis di pinggir jalan menuju Kebun Telkom.

Saat ditemukan, kondisi korban terkapar di pinggir jalan dan mengalami luka-luka memar di bagian wajah serta dikerumuni lalat. “Dari kejauhan ketika mau turun dari kebun, saya melihat ada orang terkapar di pinggir jalan itu. Setelah melihat lebih dekat, wajah korban sudah dikerumuni lalat. Saya langsung memanggil warga untuk memastikan kebenaran mayat yang terkapar di pinggir jalan tersebut,” ungkap Eko (33), saksi mata yang pertama kali melihat mayat korban.

Dijelaskan Eko, kegiatan sehari-harinya mengerjakan kebun milik orang lain yang berada di jalan menuju Kebun Telkom Desa Aek Libung. Pada hari itu ia berangkat dari rumah menuju kebun sekitar pukul 07.00 WIB.

Siang hari, ia berniat pulang ke rumah untuk istirahat dan makan siang. Namun, ia dikagetkan sosok perempuan yang tergeletak di pinggir jalan dan langsung memanggil warga untuk memastikan kondisi perempuan yang terkapar tersebut.

“Saya panggil 4  warga lain yang dekat dengan kejadian ini. Saat itu, mereka ada di lopo seberang jalan. Mereka tidak mengenal korban. Karena tidak ada yang mengenal mayat perempuan tersebut, sebagian dari kami langsung mengabarkan informasi ini kepada warga yang lainnya. Sebelum saya turun dari kebun, rupanya ada juga warga yang turun duluan sekitar pukul 10.15 WIB. Katanya, ketika turun tidak ada mayat perempuan di lokasi kejadian sehingga kejadian ini mengagetkan warga di sekitar Aek Libung,” jelasnya.

Sementara itu salah seorang saksi lainnya Kholid Nasution (56), menambahkan, sekitar pukul 10.15 ia turun dari kebun. Namun, belum ada mayat di pinggir jalan tersebut. Dan jalan menuju kebun tidak ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan ketika pada saat ia menuju pulang.

“Sekitar pukul 10.15 WIB, belum ada mayat yang tergeletak di pinggir jalan itu. Setelah saya istirahat sebentar dan makan siang, sekitar pukul 11 siang ada tetangga yang menginformasikan penemuan mayat di jalan menuju Kebun Telkom. Ketika mendengar kejadian itu saya langsung kaget. Sebab, saat saya pulang belum ada mayat yang tergeletak di pinggir jalan itu,” pungkasnya. (smg/deo)‎

Foto: Oryza Pasaribu/JPNN Warga yang melihat untuk memastikan  apakah korban adalah keluarganya atau bukan,  Rabu (29/1).
Foto: Oryza Pasaribu/JPNN
Warga yang melihat untuk memastikan apakah korban adalah keluarganya atau bukan, Rabu (29/1).

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – Ya Allah ya Tuhanku. ma mancit ma boru ki. mate mau au o, Oh Butet borungku. Oh Tuhanku, inda tarligi au boru ki (Ya Allah ya Tuhanku. Sakit kali lah anakku itu. Matilah aku ini. Oh Butet anakku. Oh Tuhanku, tidak bisa aku melihat anakku lagi, red).

Ratapan ini yang terucap dari mulut Hj Dumaria Siregar (73) yang terus berlinang air mata. Seketika itu juga, ruang Instalasi Jenazah RSUD Kota Padangsidimpuan dipenuhi suara tangis dan teriakan histeris keluarga saat melihat jenazah Hj Latifah Nasution (56), terbaring kaku di sana, Rabu (29/1) sekitar pukul 21.00 WIB.

Tadi malam, Hj Dumaria Siregar didampingi suami korban H Batari Nasution (61) menjemput mayat Hj Latifah Nasution (56) yang ditemukan warga tergeletak tak bernyawa di pinggir Jl. Desa Aek Libung, Kec. Sayur Matinggi, Kab. Tapanuli Selatan (Tapsel). Menurut Batari, sebelum ditemukan tewas Latifah pamit keluar rumah sekira pukul 09.00 WIB. Istrinya itu berniat belanja ke Pasar Sinonoan, Kec. Siabu, Kab. Mandailing Natal (Madina), yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah mereka. Tapi ditunggu hingga malam, korban tak kunjung pulang.

Karena tidak ada kabar, ia mencari istrinya ke rumah keluarga. Namun, hasilnya nihil. “Saya mendapat kabar (penemuan mayat) sekitar pukul 18.00 WIB,” kenang Batari. Sebelumnya, penemuan mayat yang diduga korban pembunuhan ini sempat membuat warga panik. Pasalnya, tidak ada seorang pun yang mengetahui identitas korban.

Mayat ditemukan warga sekitar pukul 11.00 WIB dan tiba di RSUD sekira pukul 13.00 WIB. “Kita belum memeriksanya secara rinci, karena belum ada pihak keluarga yang datang sampai sekarang. Namun, kalau hasil pengamatan saya, ada beberapa luka lebam pada bagian kepala, yaitu di dahi, belakang kepala dan leher,” ujar Harahap, salah seorang petugas rumah sakit.

Mengenai berapa lama kematian korban, terangnya, korban baru saja meninggal. Sebab dilihat dari pakaian yang dipakainya masih bersih, begitu juga kondisi mayat yang belum mengeluarkan aroma busuk. “Saya yakin ini baru sekitar 4 jam yang lalu. Sebab kondisi mayat tampak bersih dan rapi. Pakaiannya juga terlihat masih baru dipakai, dan belum tercium aroma busuk. Namun, saya tidak  berani mengatakan kalau mayat ini adalah korban pembunuhan, sebab itu wewenangnya pihak kepolisian,” tukasnya.

Salah seorang petugas Kepolsian Polsek Pintu Padang, Brigadir Effendi Siregar, saat ditemui di kamar mayat mengatakan, sekitar pukul 11.00 WIB, pihaknya mendapat telepon dari warga, yang mengabarkan ada penemuan mayat di daerah Aek Libung, Kec. Sayur Matinggi, Tapsel. Mendapat informasi tersebut bersama rekannya yang lain, ia berangkat menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP). Tiba di sana, mereka melihat seorang wanita dalam kondisi tidak bernyawa tergeletak di pinggir jalan yang biasa digunakan warga sekitar untuk pergi kebunnya.

“Mulanya kami dapat informasi dari warga sekitar pukul 11.00 WIB. Setelah kami cek ke TKP ternyata benar, lalu kami bawa ke mari (RSUD, red),” jelas anggota Sat Reskrim Polsek Pintu Padang tersebut. “Kami menduga mayat ini adalah korban penganiayaan yang sengaja dibuang ke tempat tersebut. Sebab ada beberapa kejanggalan seperti situasi TKP yang sering dilalui warga sekitar, dan beberapa luka pada bagian dahi kepalanya yang kami duga akibat pukulan benda tumpul,” terangnya.

Korban ditemukan pertama kali oleh seorang warga yang bekerja sebagai tukang kebun di Desa Aek Libung atau persis di pinggir jalan menuju Kebun Telkom.

Saat ditemukan, kondisi korban terkapar di pinggir jalan dan mengalami luka-luka memar di bagian wajah serta dikerumuni lalat. “Dari kejauhan ketika mau turun dari kebun, saya melihat ada orang terkapar di pinggir jalan itu. Setelah melihat lebih dekat, wajah korban sudah dikerumuni lalat. Saya langsung memanggil warga untuk memastikan kebenaran mayat yang terkapar di pinggir jalan tersebut,” ungkap Eko (33), saksi mata yang pertama kali melihat mayat korban.

Dijelaskan Eko, kegiatan sehari-harinya mengerjakan kebun milik orang lain yang berada di jalan menuju Kebun Telkom Desa Aek Libung. Pada hari itu ia berangkat dari rumah menuju kebun sekitar pukul 07.00 WIB.

Siang hari, ia berniat pulang ke rumah untuk istirahat dan makan siang. Namun, ia dikagetkan sosok perempuan yang tergeletak di pinggir jalan dan langsung memanggil warga untuk memastikan kondisi perempuan yang terkapar tersebut.

“Saya panggil 4  warga lain yang dekat dengan kejadian ini. Saat itu, mereka ada di lopo seberang jalan. Mereka tidak mengenal korban. Karena tidak ada yang mengenal mayat perempuan tersebut, sebagian dari kami langsung mengabarkan informasi ini kepada warga yang lainnya. Sebelum saya turun dari kebun, rupanya ada juga warga yang turun duluan sekitar pukul 10.15 WIB. Katanya, ketika turun tidak ada mayat perempuan di lokasi kejadian sehingga kejadian ini mengagetkan warga di sekitar Aek Libung,” jelasnya.

Sementara itu salah seorang saksi lainnya Kholid Nasution (56), menambahkan, sekitar pukul 10.15 ia turun dari kebun. Namun, belum ada mayat di pinggir jalan tersebut. Dan jalan menuju kebun tidak ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan ketika pada saat ia menuju pulang.

“Sekitar pukul 10.15 WIB, belum ada mayat yang tergeletak di pinggir jalan itu. Setelah saya istirahat sebentar dan makan siang, sekitar pukul 11 siang ada tetangga yang menginformasikan penemuan mayat di jalan menuju Kebun Telkom. Ketika mendengar kejadian itu saya langsung kaget. Sebab, saat saya pulang belum ada mayat yang tergeletak di pinggir jalan itu,” pungkasnya. (smg/deo)‎

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/