30 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Pegang Stir Erat-erat saat Mobil Terguling-guling

Hotmarojahan, supir bus Kurnia yang jatuh ke jurang.
Hotmarojahan, supir bus Kurnia yang jatuh ke jurang.

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Dua korban bus masuk jurang di Jalinsum Sibolga-Tarutung masing-masing Hotmarojahan Hutagalung (49), warga Banuaji, Kec. Adian Koting, Taput dan Lisdon Nadapdap (23), warga Sei Bilah, Kab. Serdang Bedagai masih terbaring lemah di Rumah Sakit FL Tobing Sibolga.

Hotmarojahan, sopir bus didampingi istri dan tiga anaknya serta keluarga lainnya. Hotmarojahan mengaku, tak punya firasat sebelum kejadian. Bus berangkat dari terminal Sibolga pukul 15.00 WIB dalam keadaan baik.

“Nggak ada firasat sebelum kejadian. Kondisi mobil baik-baik saja, rem dan ban bagus semua. Begitu juga dengan aspal nggak basah dan kecepatan juga biasa-biasa saja,” ungkapnya.

Diterangkannya, sekira pukul 15.30 WIB, sesampainya di Km 6, jalinsum Sibolga-Tarutung, saat bus dalam posisi menanjak dan menikung, tiba-tiba dari arah berlawanan truk tangki datang. Kondisi jalan menurun membuat laju truk tangki semakin kencang. Dan keduanya saat itu ketemu setelah melewati tikungan.

Karena ruas jalan yang sempit, kata Hotmarojahan, dia berusaha menghindari truk tangki dan mengarahkan mobilnya ke sebelah kiri sebelah jurang. Agar tangki dapat lewat, dia semakin meminggirkan mobilnya dan menghentikannya.

“Saya banting setir ke sebelah kiri persis di sebelah jurang. Maksud saya agar tangkit lewat duluan. Memang agak mepet ke sebelah jurang, saya perhitungkan kalau mobil sudah aman menunggu tangki itu lewat,” tukasnya.

Ternyata sambung Hotmarojahan, tanah pijakan mobil longsor. Dan secara perlahan mobil bergerak ke bawah. Ia yang sudah panik karena mendengar jeritan para penumpangnya hanya bisa pasrah dan memegang erat setir mobil tersebut. Dan saat itu katanya, ia melihat langsung, satu per satu penumpangnya berhamburan keluar. Sementara, ia yang masih berada di dalam mobil terus berguling-guling sampai ke dasar jurang.

Didasar jurang, sambungnya, ia melihat semua penumpangnya berserakan. Satu di antaranya kata ayah tiga anak ini mengalami luka yang sangat mengenaskan yakni Enci br Panjaitan, nenek Valentina, bocah 5 tahun yang turut dalam kecelakaan maut tersebut. Karena tak tahan melihatnya, iapun memutuskan untuk pergi meminta pertolongan.

“Gak tahan aku melihat ibu itu, mungkin dirobek ranti-ranting pohon itu, akupun berusaha berjalan menyusuri hutan karet itu. Sampai kulihat ada rumah di atas, dan aku berusaha naik hingga ke pinggir jalan dan memutuskan untuk terus ke rumah sakit,” tandasnya.

Sementara, Lisdon yang dirawat satu kamar dengan Hotmarojahan membenarkan hal tersebut. Ia yang saat itu duduk sebaris dengan sopir dan berada tepat di pinggir dekat jendela. Sedangkan, Helma Parulian Manurung (28), korban tewas yang tak lain adalah laenya, suami dari saudara perempuannya duduk di tengah di sebelah kanannya.

“Posisiku duduk di dekat jendela, sebaris sopir. Di tengah-tengah kami antara aku dan sopir laeku (Helman),” katanya.

Yang pertama terpelanting keluar kata Lisdon adalah dirinya. Kemudian, disusul oleh Helman yang terpelanting dan disambut batu tajam yang merobek perutnya. “Aku pertama kali yang keluar, baru lae itu (Helman). Keluar dia langsung kena batu, yang merobek perutnya,” ungkapnya sedih mengenang kisah itu.

Sebelumnya kata Lisdon, ia yang satu kerjaan dengan Helman diajak ke Sibolga untuk menemui Saut Manurung, abang kandung Helman. Sabtu (28/6) sekira pukul 8.00 WIB, dari Porsea, Tobasa, keduanya menumpang travel dan langsung ke Tangkahan tempat Saut bekerja sebagai pelaut. Sekira pukul 13.00 WIB keduanya tiba di salah satu kapal, tempat Saut sedang memperbaiki mesin kapal. Dua jam kemudian, sekira pukul 15.00 WIB, almarhum mengajaknya untuk kembali ke Porsea. Sempat dilarang oleh Saut. Namun, almarhum ngotot harus beragkat sore itu juga.

“Baru dua jam kami sampai dari Porsea. Sempat kami tidur-tiduran di kapal, tempat kerjaan lae (Saut) itu. Tiba-tiba lae (almarhum) minta pulang. Puanglah kita, terserah laelah ku bilang. Tapi lae si Saut melarang, katanya besok aja kalian pulang, jangan sekarang. Tapi lae ini tetap maksa harus pulang juga,” kenangnya.

Di rumah sakit, korban yang dirawat hanya mereka berdua, sementara yang lainnya sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Kecuali Rabinhot Sihombing yang terpaksa harus dirujuk keluar kota akibat luka serius yang dialaminya. Begitu juga dengan ketiga jenazah, paginya langsung dibawa keluarganya untuk dimakamkan.

“Satu orang harus dirujuk ke Medan. Tinggal dua orag lagi yang dirawat di sini. Semantara ketiga jenazah, tadi pagi sudah dibawa pihak keluarganya untuk dimakamkan,” kata salah seorang perawat.

Sekadar diketahui, bus travel CV Sinar Kurnia nomor polisi BB 7036 BB sedang dalam perjalanan dari Kota Sibolga menuju Kota Medan masuk jurang di Km 6, Desa Bonan Dolak, Kab. Tapanuli Tengah, Sabtu (28/6) sekitar pukul 16.00 WIB. Dari 7 penumpang di dalam angkutan umum itu 3 tewas, 2 luka ringan, dan 2 luka berat yakni sopir bus. (ts/smg)

Hotmarojahan, supir bus Kurnia yang jatuh ke jurang.
Hotmarojahan, supir bus Kurnia yang jatuh ke jurang.

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Dua korban bus masuk jurang di Jalinsum Sibolga-Tarutung masing-masing Hotmarojahan Hutagalung (49), warga Banuaji, Kec. Adian Koting, Taput dan Lisdon Nadapdap (23), warga Sei Bilah, Kab. Serdang Bedagai masih terbaring lemah di Rumah Sakit FL Tobing Sibolga.

Hotmarojahan, sopir bus didampingi istri dan tiga anaknya serta keluarga lainnya. Hotmarojahan mengaku, tak punya firasat sebelum kejadian. Bus berangkat dari terminal Sibolga pukul 15.00 WIB dalam keadaan baik.

“Nggak ada firasat sebelum kejadian. Kondisi mobil baik-baik saja, rem dan ban bagus semua. Begitu juga dengan aspal nggak basah dan kecepatan juga biasa-biasa saja,” ungkapnya.

Diterangkannya, sekira pukul 15.30 WIB, sesampainya di Km 6, jalinsum Sibolga-Tarutung, saat bus dalam posisi menanjak dan menikung, tiba-tiba dari arah berlawanan truk tangki datang. Kondisi jalan menurun membuat laju truk tangki semakin kencang. Dan keduanya saat itu ketemu setelah melewati tikungan.

Karena ruas jalan yang sempit, kata Hotmarojahan, dia berusaha menghindari truk tangki dan mengarahkan mobilnya ke sebelah kiri sebelah jurang. Agar tangki dapat lewat, dia semakin meminggirkan mobilnya dan menghentikannya.

“Saya banting setir ke sebelah kiri persis di sebelah jurang. Maksud saya agar tangkit lewat duluan. Memang agak mepet ke sebelah jurang, saya perhitungkan kalau mobil sudah aman menunggu tangki itu lewat,” tukasnya.

Ternyata sambung Hotmarojahan, tanah pijakan mobil longsor. Dan secara perlahan mobil bergerak ke bawah. Ia yang sudah panik karena mendengar jeritan para penumpangnya hanya bisa pasrah dan memegang erat setir mobil tersebut. Dan saat itu katanya, ia melihat langsung, satu per satu penumpangnya berhamburan keluar. Sementara, ia yang masih berada di dalam mobil terus berguling-guling sampai ke dasar jurang.

Didasar jurang, sambungnya, ia melihat semua penumpangnya berserakan. Satu di antaranya kata ayah tiga anak ini mengalami luka yang sangat mengenaskan yakni Enci br Panjaitan, nenek Valentina, bocah 5 tahun yang turut dalam kecelakaan maut tersebut. Karena tak tahan melihatnya, iapun memutuskan untuk pergi meminta pertolongan.

“Gak tahan aku melihat ibu itu, mungkin dirobek ranti-ranting pohon itu, akupun berusaha berjalan menyusuri hutan karet itu. Sampai kulihat ada rumah di atas, dan aku berusaha naik hingga ke pinggir jalan dan memutuskan untuk terus ke rumah sakit,” tandasnya.

Sementara, Lisdon yang dirawat satu kamar dengan Hotmarojahan membenarkan hal tersebut. Ia yang saat itu duduk sebaris dengan sopir dan berada tepat di pinggir dekat jendela. Sedangkan, Helma Parulian Manurung (28), korban tewas yang tak lain adalah laenya, suami dari saudara perempuannya duduk di tengah di sebelah kanannya.

“Posisiku duduk di dekat jendela, sebaris sopir. Di tengah-tengah kami antara aku dan sopir laeku (Helman),” katanya.

Yang pertama terpelanting keluar kata Lisdon adalah dirinya. Kemudian, disusul oleh Helman yang terpelanting dan disambut batu tajam yang merobek perutnya. “Aku pertama kali yang keluar, baru lae itu (Helman). Keluar dia langsung kena batu, yang merobek perutnya,” ungkapnya sedih mengenang kisah itu.

Sebelumnya kata Lisdon, ia yang satu kerjaan dengan Helman diajak ke Sibolga untuk menemui Saut Manurung, abang kandung Helman. Sabtu (28/6) sekira pukul 8.00 WIB, dari Porsea, Tobasa, keduanya menumpang travel dan langsung ke Tangkahan tempat Saut bekerja sebagai pelaut. Sekira pukul 13.00 WIB keduanya tiba di salah satu kapal, tempat Saut sedang memperbaiki mesin kapal. Dua jam kemudian, sekira pukul 15.00 WIB, almarhum mengajaknya untuk kembali ke Porsea. Sempat dilarang oleh Saut. Namun, almarhum ngotot harus beragkat sore itu juga.

“Baru dua jam kami sampai dari Porsea. Sempat kami tidur-tiduran di kapal, tempat kerjaan lae (Saut) itu. Tiba-tiba lae (almarhum) minta pulang. Puanglah kita, terserah laelah ku bilang. Tapi lae si Saut melarang, katanya besok aja kalian pulang, jangan sekarang. Tapi lae ini tetap maksa harus pulang juga,” kenangnya.

Di rumah sakit, korban yang dirawat hanya mereka berdua, sementara yang lainnya sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Kecuali Rabinhot Sihombing yang terpaksa harus dirujuk keluar kota akibat luka serius yang dialaminya. Begitu juga dengan ketiga jenazah, paginya langsung dibawa keluarganya untuk dimakamkan.

“Satu orang harus dirujuk ke Medan. Tinggal dua orag lagi yang dirawat di sini. Semantara ketiga jenazah, tadi pagi sudah dibawa pihak keluarganya untuk dimakamkan,” kata salah seorang perawat.

Sekadar diketahui, bus travel CV Sinar Kurnia nomor polisi BB 7036 BB sedang dalam perjalanan dari Kota Sibolga menuju Kota Medan masuk jurang di Km 6, Desa Bonan Dolak, Kab. Tapanuli Tengah, Sabtu (28/6) sekitar pukul 16.00 WIB. Dari 7 penumpang di dalam angkutan umum itu 3 tewas, 2 luka ringan, dan 2 luka berat yakni sopir bus. (ts/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/