31.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Ibu-ibu Buka Baju, Petugas Dilempari Batu

Warga Tolak Pemasangan Pipa Tambang Emas Martabe

BATANGTORU- Pemasangan pipa saluran pembuangan air sisa proses limbah PT Agincourt Resources (AR) ke sungai Batangtoru Tapanuli Selatan (Tapsel) diwarnai aksi penolakan warga, Senin (29/10). Petugas yang berjaga di sekitar pemasangan pipa dilempari batu, hingga kepala anggota Unit Intel Kodim 0212/Tapanuli Selatan (TS), Serda Romelson Turnif (40) bocor.

Pantauan Metro Tabagsel (Group Sumut Pos) menyebutkan, aksi itu terjadi sekitar pukul 12.30 WIB di Pos 1 Desa Bandarhapinis, Kecamatan Muara Batangtoru, Kabupaten Tapsel.
Pekerja sedang melakukan pemasangan pipa pada tahap penyambungan antara pipa yang satu dengan yang lainnya. Dalam melakukan kegiatannya, belasan pekerja berseragam orange dibantu dua alat berat dan beberapa mesin kecil melakukan pekerjaannya masing-masing.

Tiba-tiba ratusan warga Kecamatan Batangtoru dan Muara Batangtoru berkumpul di sekitar lokasi. Mereka melempari petugas yang sedang berjaga-jaga. Sejumlah batu melayang dan mengenai kepala Serda Romelson. Tim medis melihat Romelson teluka langsung melarikannya ke Puskesmas Batangtoru.

Menurut dokter, selain kepala bocor Serda Romelson mengalami mual sehingga membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Pemkab Tapsel melalui Wakil Bupati, H Aldinz Rapolo Siregar menyarankan agar anggota Unit Intel Kodim tersebut dibawa ke RSUD Tapsel di Sipirok.

Komandan Kodim 0212/TS, Letkol Inf Edi Hartono kepada wartawan di Puskesmas Batangtoru menyebutkan, anggotanya mengalami luka di bagian kepala karena terkena lemparan dan selanjutnya akan dikembalikan ke garis belakang untuk istirahat.

Selain melempari petugas, massa dari ibu-ibu yang sempat menduduki alat berat milik PT AR membuka baju di hadapan peugas, sementara ustad Suradi menggelar salat Zuhur sebagai bentuk protesnya.

Petugas terus berupaya mengahalau aksi massa yang mencoba mendekati areal pemasangan pipa. Sementara pekerja tak menyurutkan upayanya melakukan pemasangan pipa sepanjang 2,7 kilometer yang telah tertunda sekitar sebulan lebih itu.
Gerah dengan aksi massa itu, Polres Tapsel yang berjaga mengamankan Ustad Suriadi. Selain Suriadi, dua warga lainnya, Hendro Siregar (21) warga Kampung Telo dan Dodi Andi Sinaga (21) juga diamankan.

Sebelum dibawa ke Mapolres, ustad tersebut mengatakan, ia merupakan warga yang lahir dan besar di Desa Bandarhapinis yang berprofesi sebagai petani. Ia mengaku tidak tahu kenapa diamankan. Sebagai warga biasa yang tidak banyak tahu tentang banyak hal hanya berupaya bersama warga lainnya agar limbah jangan dibuang ke sungai.

“Sebagai orang awam kita kan tidak tahu. Kita sifatnya hanya mencegah sebelum terjadi. Kecuali semua masyarakat setuju. Ini kan tidak,” katanya sambil menyebutkan tidak ada kaitan pelaksanaan salatnya dengan hal lain kecuali karena bertepatan waktu salat telah tiba.

Sementara itu Communications Manager PT AR, Katarina Hardono mengatakan pemasangan pipa sepanjang 2,7 kilometer akan terus berlangsung, kendati ada penolakan segelintir orang. “Aksi itu hanya segelintir atau sekelompok kecil masyarakat saja,” aku Katarina.

Katarina juga mengakui sosialisasi yang dilakukan belum maksimal, namun harapan perusahaan agar masyarakat setempat bisa memaklumi hal itu.
Dijelaskannya lagi, pemasangan pipa tersebut, ditargekan akan selesai dalam dua pekan pengerjaan. “Perusahaan berharap selama masa pemasangan pipa ini,  tidak ada kendala lagi agar tambang bisa segera berproduksi,” tambahnya lagi.(ari/ran-smg)

Warga Tolak Pemasangan Pipa Tambang Emas Martabe

BATANGTORU- Pemasangan pipa saluran pembuangan air sisa proses limbah PT Agincourt Resources (AR) ke sungai Batangtoru Tapanuli Selatan (Tapsel) diwarnai aksi penolakan warga, Senin (29/10). Petugas yang berjaga di sekitar pemasangan pipa dilempari batu, hingga kepala anggota Unit Intel Kodim 0212/Tapanuli Selatan (TS), Serda Romelson Turnif (40) bocor.

Pantauan Metro Tabagsel (Group Sumut Pos) menyebutkan, aksi itu terjadi sekitar pukul 12.30 WIB di Pos 1 Desa Bandarhapinis, Kecamatan Muara Batangtoru, Kabupaten Tapsel.
Pekerja sedang melakukan pemasangan pipa pada tahap penyambungan antara pipa yang satu dengan yang lainnya. Dalam melakukan kegiatannya, belasan pekerja berseragam orange dibantu dua alat berat dan beberapa mesin kecil melakukan pekerjaannya masing-masing.

Tiba-tiba ratusan warga Kecamatan Batangtoru dan Muara Batangtoru berkumpul di sekitar lokasi. Mereka melempari petugas yang sedang berjaga-jaga. Sejumlah batu melayang dan mengenai kepala Serda Romelson. Tim medis melihat Romelson teluka langsung melarikannya ke Puskesmas Batangtoru.

Menurut dokter, selain kepala bocor Serda Romelson mengalami mual sehingga membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Pemkab Tapsel melalui Wakil Bupati, H Aldinz Rapolo Siregar menyarankan agar anggota Unit Intel Kodim tersebut dibawa ke RSUD Tapsel di Sipirok.

Komandan Kodim 0212/TS, Letkol Inf Edi Hartono kepada wartawan di Puskesmas Batangtoru menyebutkan, anggotanya mengalami luka di bagian kepala karena terkena lemparan dan selanjutnya akan dikembalikan ke garis belakang untuk istirahat.

Selain melempari petugas, massa dari ibu-ibu yang sempat menduduki alat berat milik PT AR membuka baju di hadapan peugas, sementara ustad Suradi menggelar salat Zuhur sebagai bentuk protesnya.

Petugas terus berupaya mengahalau aksi massa yang mencoba mendekati areal pemasangan pipa. Sementara pekerja tak menyurutkan upayanya melakukan pemasangan pipa sepanjang 2,7 kilometer yang telah tertunda sekitar sebulan lebih itu.
Gerah dengan aksi massa itu, Polres Tapsel yang berjaga mengamankan Ustad Suriadi. Selain Suriadi, dua warga lainnya, Hendro Siregar (21) warga Kampung Telo dan Dodi Andi Sinaga (21) juga diamankan.

Sebelum dibawa ke Mapolres, ustad tersebut mengatakan, ia merupakan warga yang lahir dan besar di Desa Bandarhapinis yang berprofesi sebagai petani. Ia mengaku tidak tahu kenapa diamankan. Sebagai warga biasa yang tidak banyak tahu tentang banyak hal hanya berupaya bersama warga lainnya agar limbah jangan dibuang ke sungai.

“Sebagai orang awam kita kan tidak tahu. Kita sifatnya hanya mencegah sebelum terjadi. Kecuali semua masyarakat setuju. Ini kan tidak,” katanya sambil menyebutkan tidak ada kaitan pelaksanaan salatnya dengan hal lain kecuali karena bertepatan waktu salat telah tiba.

Sementara itu Communications Manager PT AR, Katarina Hardono mengatakan pemasangan pipa sepanjang 2,7 kilometer akan terus berlangsung, kendati ada penolakan segelintir orang. “Aksi itu hanya segelintir atau sekelompok kecil masyarakat saja,” aku Katarina.

Katarina juga mengakui sosialisasi yang dilakukan belum maksimal, namun harapan perusahaan agar masyarakat setempat bisa memaklumi hal itu.
Dijelaskannya lagi, pemasangan pipa tersebut, ditargekan akan selesai dalam dua pekan pengerjaan. “Perusahaan berharap selama masa pemasangan pipa ini,  tidak ada kendala lagi agar tambang bisa segera berproduksi,” tambahnya lagi.(ari/ran-smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/