26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Omicron Belum Ada di Sumut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – KEPALA Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkas Sumut) drg Ismail Lubis melalui Sekretaris Dinkes Sumut dr Aris Yudhariansyah menyatakan, sejauh ini varian Omicron belum ada ditemukan di Sumut. “Sampai sejauh ini virus corona jenis itu (Omicron) belum ada kita temukan,” ujarnya, Senin (29/11).

Menurut Aris, varian baru virus corona terus bermunculan. Diantaranya, varian Delta Plus AY.4.2, varian Mu, varian Covid-19 India atau B.1.617 dan sebagainya. “Varian baru Covid-19 ada terus, virus corona ini terus bermutasi. Seingat saya, ada varian baru ditemukan di Afrika Selatan (Omicron), dan beberapa negara lain. Jadi, yang namanya virus itu tetap bermutasi,” katanya.

Aris mengimbau, kepada masyarakat agar terus mewaspadai penularan Covid-19 dengan tetap konsisten menerapkan protokol kesehatan (prokes) dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Selalu gunakan masker, rajin mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak, hindari kerumunan dan kurangi mobilitas. Di samping itu, juga mengikuti vaksinasi Covid-19. “Walau angka kasus aktif Covid-19 di Sumut telah jauh menurun, disiplin menjalankan prokes harus tetap dilakukan dan juga mengikuti vaksinasi bagi yang belum. Jangan sedikitpun lengah dengan prokes,” tegasnya.

Terpisah, berdasarkan data yang disampaikan Kemenkes RI pada Senin ini, Sumut kembali disebutkan menambah 6 kasus konfirmasi positif baru, sehingga akumulasinya menjadi 106.032 orang dari sebelumnya 106.026 orang. Sedangkan kasus sembuh bertambah 5 kasus menjadi 103.032 orang dari sebelumnya 103.027 orang. Kemudian, untuk kasus kematian tetap bertahan di angka 2.889 orang. Karena itu, dari data tersebut, maka kasus aktif Covid-19 Sumut kini menjadi 111 orang.

Untuk diketahui, dikonfirmasi jumlah kasus baru Covid-19 meningkat drastis di Afrika Selatan dalam beberapa pekan terakhir, dan ini bersamaan dengan penemuan varian Omicron. Selain itu, WHO mengatakan, varian baru tersebut memiliki jumlah besar mutasi. Bukti menunjukkan, varian Omicron meningkatkan risiko reinfeksi jika dibandingkan dengan varian lain. Varian baru ini ditemukan di sejumlah negara, mulai dari Afrika Selatan hingga Prancis.

“Varian baru ini memang sudah dideteksi dalam beberapa minggu ke belakang. Dari laporan yang sudah ada itu ditemukan pertama kali di Botswana,” ungkap Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Prof Amin Soebandrio.

“Kalau kita lihat, di Botswana itu kasusnya sedang menurun. Sedangkan di Afrika Selatan sedang naik. Karena biasanya, varian baru itu muncul pada awal timbulnya puncak, mulai dari pertama, kedua dan ketiga. Tapi di Botswana ini justru munculnya di akhir,” lanjutnya.

Meski demikian, Prof Amin mengatakan varian baru ini dilaporkan belum masuk dan terdeteksi di Indonesia. “Saya sudah cek belum ada varian baru ini yang masuk ke Indonesia,” tegasnya.

Walau belum terdeteksi di Indonesia, Prof Amin mengatakan pemerintah perlu lakukan antisipasi guna mencegah penularan varian baru tersebut. “Saya kira langkah yang diambil Pemerintah sudah tepat ya. Artinya kita mencegah jangan sampai ada virus tersebut yang terbawa dari orang luar negeri. Jadi, buat mereka yang datang ke sini harus dilakukan screening secara lebih ketat. Itu sebabnya masa karantina perlu diperpanjang, dan beberapa prosedur PCR juga diperkuat,” pungkasnya. (ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – KEPALA Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkas Sumut) drg Ismail Lubis melalui Sekretaris Dinkes Sumut dr Aris Yudhariansyah menyatakan, sejauh ini varian Omicron belum ada ditemukan di Sumut. “Sampai sejauh ini virus corona jenis itu (Omicron) belum ada kita temukan,” ujarnya, Senin (29/11).

Menurut Aris, varian baru virus corona terus bermunculan. Diantaranya, varian Delta Plus AY.4.2, varian Mu, varian Covid-19 India atau B.1.617 dan sebagainya. “Varian baru Covid-19 ada terus, virus corona ini terus bermutasi. Seingat saya, ada varian baru ditemukan di Afrika Selatan (Omicron), dan beberapa negara lain. Jadi, yang namanya virus itu tetap bermutasi,” katanya.

Aris mengimbau, kepada masyarakat agar terus mewaspadai penularan Covid-19 dengan tetap konsisten menerapkan protokol kesehatan (prokes) dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Selalu gunakan masker, rajin mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak, hindari kerumunan dan kurangi mobilitas. Di samping itu, juga mengikuti vaksinasi Covid-19. “Walau angka kasus aktif Covid-19 di Sumut telah jauh menurun, disiplin menjalankan prokes harus tetap dilakukan dan juga mengikuti vaksinasi bagi yang belum. Jangan sedikitpun lengah dengan prokes,” tegasnya.

Terpisah, berdasarkan data yang disampaikan Kemenkes RI pada Senin ini, Sumut kembali disebutkan menambah 6 kasus konfirmasi positif baru, sehingga akumulasinya menjadi 106.032 orang dari sebelumnya 106.026 orang. Sedangkan kasus sembuh bertambah 5 kasus menjadi 103.032 orang dari sebelumnya 103.027 orang. Kemudian, untuk kasus kematian tetap bertahan di angka 2.889 orang. Karena itu, dari data tersebut, maka kasus aktif Covid-19 Sumut kini menjadi 111 orang.

Untuk diketahui, dikonfirmasi jumlah kasus baru Covid-19 meningkat drastis di Afrika Selatan dalam beberapa pekan terakhir, dan ini bersamaan dengan penemuan varian Omicron. Selain itu, WHO mengatakan, varian baru tersebut memiliki jumlah besar mutasi. Bukti menunjukkan, varian Omicron meningkatkan risiko reinfeksi jika dibandingkan dengan varian lain. Varian baru ini ditemukan di sejumlah negara, mulai dari Afrika Selatan hingga Prancis.

“Varian baru ini memang sudah dideteksi dalam beberapa minggu ke belakang. Dari laporan yang sudah ada itu ditemukan pertama kali di Botswana,” ungkap Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Prof Amin Soebandrio.

“Kalau kita lihat, di Botswana itu kasusnya sedang menurun. Sedangkan di Afrika Selatan sedang naik. Karena biasanya, varian baru itu muncul pada awal timbulnya puncak, mulai dari pertama, kedua dan ketiga. Tapi di Botswana ini justru munculnya di akhir,” lanjutnya.

Meski demikian, Prof Amin mengatakan varian baru ini dilaporkan belum masuk dan terdeteksi di Indonesia. “Saya sudah cek belum ada varian baru ini yang masuk ke Indonesia,” tegasnya.

Walau belum terdeteksi di Indonesia, Prof Amin mengatakan pemerintah perlu lakukan antisipasi guna mencegah penularan varian baru tersebut. “Saya kira langkah yang diambil Pemerintah sudah tepat ya. Artinya kita mencegah jangan sampai ada virus tersebut yang terbawa dari orang luar negeri. Jadi, buat mereka yang datang ke sini harus dilakukan screening secara lebih ketat. Itu sebabnya masa karantina perlu diperpanjang, dan beberapa prosedur PCR juga diperkuat,” pungkasnya. (ris)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/