25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Kanker Paru Intai Perokok, Sering Datang ke Dokter saat Sudah Stadium Lanjut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bagi perokok harap berhati-hati karena bisa terkena penyakit kanker paru. Kebiasaan buruk merokok paling banyak yang menimbulkan kanker paru. Menurut dokter spesialis paru yang bertugas di RSUP H Adam Malik, dr Ade Rahmaini MKed(Paru) SpP(K), secara definisi kanker paru adalah kanker yang berasal dari jaringan epitel bronkus (saluran napas) yang tidak normal akibat sel tumbuh tidak terkontrol dan akhirnya menyebar ke tempat lain.

ILUSTRASI: Seorang dokter menunjukkan hasil rontgen paru-parunya yang terkena kanker paru.

“Faktor risiko terjadinya kanker paru disebabkan kebiasaan merokok, baik perokok aktif atau first hand smoker, second hand smoker (perokok pasif). Kemudian third hand smoker (yang kena dari ruangan yang terpapar asap rokok), fourth hand smoker (paparan dari ibu hamil perokok ke janinnya),” ungkap Ade baru-baru ini.

Dikatakannya, kebiasaan buruk merokok paling banyak yang menimbulkan kanker paru. Namun, selain itu bisa juga dari faktor genetik Misalnya, ada riwayat keluarga yang terkena kanker, dan paling sering ditemukan pada kanker paru usia muda. “Tanda gejala kanker paru itu hampir sama dengan gejala respirasi pada penyakit paru lainnya. Gejalanya bisa ada batuk ataupun batuk darah, sesak napas maupun nyeri dada,” jelas Ade.

Dia menyebutkan, ada juga gejala lain dari penyakit paru seperti keluhan sakit menelan, ataupun sampai ke nyeri kepala (jika sampai ke otak). “Terkadang gejala seperti batuk saja untuk para perokok, maka akan menganggap batuknya adalah batuk biasa karena merokok. Padahal, mungkin itu adalah gejala awalnya namun tidak ada yang mau memeriksakan detail kesehatannya hanya dengan keluhan batuk ringan,” sebutnya.

Karena itu, lanjut Ade, pasien kanker paru dengan gejala yang sudah berat seringkali datang ke rumah sakit. Bahkan, kanker paru yang ditemukan seringnya sudah stadium lanjut. Artinya, sudah ada penyebaran ke organ lain. “Tingginya penyakit kanker paru di Indonesia membuat negeri ini berada di nomor 3 untuk kasus kanker paru di seluruh negara. Bahkan Indonesia peringkat ke 3 pada seluruh jenis kelamin,” ujarnya.

Ade menuturkan, kanker paru tidak hanya diderita kaum pria tetapi wanita juga bisa. “Wanita yang terkena paparan asap rokok bisa terkena kanker paru. Makanya, pria yang merokok harus tahu ini dan sadar diri,” tuturnya.

Untuk mengantisipasi agar terhindar dari kanker paru, Ade menyarankan agar berperilaku hidup sehat, berhenti merokok, olahraga teratur, dan nutrisi makanan yang cukup gizinya. “Itu semua bisa mencegah terjadinya kanker paru. Selain itu, ada baiknya pemeriksaan kesehatan minimal setahun sekali untuk screening kanker paru,” sarannya.

Ade menambahkan, pengobatan untuk kanker paru tergantung jenis kankernya. Pilihannya bisa kemoterapi dengan obatan yang masuk dari infus, target terapi (makan obat tablet saja sepanjang hidupnya), operasi (tindakan bedah) masih bisa jikalau stadium masih di awal (I atau II). Di samping itu, pengobatan dengan imunoterapi juga mulai dikembangkan untuk kanker paru. (ris/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bagi perokok harap berhati-hati karena bisa terkena penyakit kanker paru. Kebiasaan buruk merokok paling banyak yang menimbulkan kanker paru. Menurut dokter spesialis paru yang bertugas di RSUP H Adam Malik, dr Ade Rahmaini MKed(Paru) SpP(K), secara definisi kanker paru adalah kanker yang berasal dari jaringan epitel bronkus (saluran napas) yang tidak normal akibat sel tumbuh tidak terkontrol dan akhirnya menyebar ke tempat lain.

ILUSTRASI: Seorang dokter menunjukkan hasil rontgen paru-parunya yang terkena kanker paru.

“Faktor risiko terjadinya kanker paru disebabkan kebiasaan merokok, baik perokok aktif atau first hand smoker, second hand smoker (perokok pasif). Kemudian third hand smoker (yang kena dari ruangan yang terpapar asap rokok), fourth hand smoker (paparan dari ibu hamil perokok ke janinnya),” ungkap Ade baru-baru ini.

Dikatakannya, kebiasaan buruk merokok paling banyak yang menimbulkan kanker paru. Namun, selain itu bisa juga dari faktor genetik Misalnya, ada riwayat keluarga yang terkena kanker, dan paling sering ditemukan pada kanker paru usia muda. “Tanda gejala kanker paru itu hampir sama dengan gejala respirasi pada penyakit paru lainnya. Gejalanya bisa ada batuk ataupun batuk darah, sesak napas maupun nyeri dada,” jelas Ade.

Dia menyebutkan, ada juga gejala lain dari penyakit paru seperti keluhan sakit menelan, ataupun sampai ke nyeri kepala (jika sampai ke otak). “Terkadang gejala seperti batuk saja untuk para perokok, maka akan menganggap batuknya adalah batuk biasa karena merokok. Padahal, mungkin itu adalah gejala awalnya namun tidak ada yang mau memeriksakan detail kesehatannya hanya dengan keluhan batuk ringan,” sebutnya.

Karena itu, lanjut Ade, pasien kanker paru dengan gejala yang sudah berat seringkali datang ke rumah sakit. Bahkan, kanker paru yang ditemukan seringnya sudah stadium lanjut. Artinya, sudah ada penyebaran ke organ lain. “Tingginya penyakit kanker paru di Indonesia membuat negeri ini berada di nomor 3 untuk kasus kanker paru di seluruh negara. Bahkan Indonesia peringkat ke 3 pada seluruh jenis kelamin,” ujarnya.

Ade menuturkan, kanker paru tidak hanya diderita kaum pria tetapi wanita juga bisa. “Wanita yang terkena paparan asap rokok bisa terkena kanker paru. Makanya, pria yang merokok harus tahu ini dan sadar diri,” tuturnya.

Untuk mengantisipasi agar terhindar dari kanker paru, Ade menyarankan agar berperilaku hidup sehat, berhenti merokok, olahraga teratur, dan nutrisi makanan yang cukup gizinya. “Itu semua bisa mencegah terjadinya kanker paru. Selain itu, ada baiknya pemeriksaan kesehatan minimal setahun sekali untuk screening kanker paru,” sarannya.

Ade menambahkan, pengobatan untuk kanker paru tergantung jenis kankernya. Pilihannya bisa kemoterapi dengan obatan yang masuk dari infus, target terapi (makan obat tablet saja sepanjang hidupnya), operasi (tindakan bedah) masih bisa jikalau stadium masih di awal (I atau II). Di samping itu, pengobatan dengan imunoterapi juga mulai dikembangkan untuk kanker paru. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/