25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bank Tumbuh Lamban di Indonesia Timur

Gerai ATM. Perbankan dinilai lambat bertumbuh di Indonesia Timur.
Gerai ATM. Perbankan dinilai lambat bertumbuh di Indonesia Timur.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemberian insentif kepada bank agar mau berekspansi ke wilayah Indonesia Timur hingga kini belum menampakkan hasil signifikan. Pertumbuhan kantor cabang bank di area tersebut masih tergolong lamban dibandingkan akselerasi di Pulau Jawa. Padahal, insentif berupa keringanan modal inti diberikan agar bank semakin agresif menggarap pasar kawasan timur.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, sejak 2012 hingga akhir Juni 2014, peningkatan kantor cabang bank rata-rata hanya satu kantor di wilayah Indonesia Timur. Hal tersebut berbanding terbalik dengan agresivitas bank yang setidaknya menambah tiga kantor cabang setiap tahunnya di Pulau Jawa.

Tidak pelak, wilayah yang minim akses keuangan di kawasan timur Indonesia masih cukup banyak. Misalnya jumlah kantor cabang di daerah Gorontalo yang hanya 18 unit hingga Juni 2014 dari akhir 2012 yang sebesar 16 unit. Sementara itu, pada periode yang sama, wilayah Sulawesi Barat yang hanya difasilitasi 16 kantor cabang, naik dari 14 unit pada 2012.

Apabila dibandingkan, jumlah kantor cabang tersebut sangat jauh ketimbang kondisi di Pulau Jawa. Contohnya wilayah Jawa Timur yang memiliki 428 unit kantor cabang per akhir semester pertama 2014. Sementara di Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing terdapat 330 unit dan 396 unit. Terbesar, wilayah DKI Jakarta, memiliki 576 kantor cabang bank hingga akhir paro pertama tahun ini.

Meski demikian, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis optimistis, pemberian insetif kepada bank untuk ekspansi ke wilayah Indonesia Timur cukup efektif. Insentif tersebut berupa keringanan ketersediaan alokasi modal inti sesuai lokasi dan jenis kantor bank. Surat Edaran Bank Indonesia (BI) Nomor 15 Tahun 2013 yang membagi enam zona ekspansi.

Zona 1 merupakan wilayah paling jenuh, sebaliknya zona 6 adalah wilayah paling tidak jenuh. Apabila bank melakukan ekspansi ke zona 6, maka angka pengali modal inti sangat rendah hanya 0,5 saja. Sebaliknya, angka pengali untuk di wilayah jenuh mencapai 5. Beberapa wilayah tidak jenuh itu antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Tengah (Sulteng), Gorontalo, Sulawesi Barat (Sulbar), Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. “Sekarang lumayan banyak bank yang buka di Indonesia Timur. Bank yang melakukan relokasi juga ada. Kebanyakan bank BUKU 3 dan 4,” ujarnya.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad pernah mengatakan, pihaknya berupaya untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam akses ke produk dan layanan keuangan. Merujuk data survei Bank Dunia 2011, hanya 20 persen orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan resmi. Posisi tersebut bahkan di bawah Filiphina (27 persen), Malaysia (66 persen), Thailand (73 persen), dan Singapura (98 persen). (gal/agm)

Gerai ATM. Perbankan dinilai lambat bertumbuh di Indonesia Timur.
Gerai ATM. Perbankan dinilai lambat bertumbuh di Indonesia Timur.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemberian insentif kepada bank agar mau berekspansi ke wilayah Indonesia Timur hingga kini belum menampakkan hasil signifikan. Pertumbuhan kantor cabang bank di area tersebut masih tergolong lamban dibandingkan akselerasi di Pulau Jawa. Padahal, insentif berupa keringanan modal inti diberikan agar bank semakin agresif menggarap pasar kawasan timur.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, sejak 2012 hingga akhir Juni 2014, peningkatan kantor cabang bank rata-rata hanya satu kantor di wilayah Indonesia Timur. Hal tersebut berbanding terbalik dengan agresivitas bank yang setidaknya menambah tiga kantor cabang setiap tahunnya di Pulau Jawa.

Tidak pelak, wilayah yang minim akses keuangan di kawasan timur Indonesia masih cukup banyak. Misalnya jumlah kantor cabang di daerah Gorontalo yang hanya 18 unit hingga Juni 2014 dari akhir 2012 yang sebesar 16 unit. Sementara itu, pada periode yang sama, wilayah Sulawesi Barat yang hanya difasilitasi 16 kantor cabang, naik dari 14 unit pada 2012.

Apabila dibandingkan, jumlah kantor cabang tersebut sangat jauh ketimbang kondisi di Pulau Jawa. Contohnya wilayah Jawa Timur yang memiliki 428 unit kantor cabang per akhir semester pertama 2014. Sementara di Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing terdapat 330 unit dan 396 unit. Terbesar, wilayah DKI Jakarta, memiliki 576 kantor cabang bank hingga akhir paro pertama tahun ini.

Meski demikian, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis optimistis, pemberian insetif kepada bank untuk ekspansi ke wilayah Indonesia Timur cukup efektif. Insentif tersebut berupa keringanan ketersediaan alokasi modal inti sesuai lokasi dan jenis kantor bank. Surat Edaran Bank Indonesia (BI) Nomor 15 Tahun 2013 yang membagi enam zona ekspansi.

Zona 1 merupakan wilayah paling jenuh, sebaliknya zona 6 adalah wilayah paling tidak jenuh. Apabila bank melakukan ekspansi ke zona 6, maka angka pengali modal inti sangat rendah hanya 0,5 saja. Sebaliknya, angka pengali untuk di wilayah jenuh mencapai 5. Beberapa wilayah tidak jenuh itu antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Tengah (Sulteng), Gorontalo, Sulawesi Barat (Sulbar), Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. “Sekarang lumayan banyak bank yang buka di Indonesia Timur. Bank yang melakukan relokasi juga ada. Kebanyakan bank BUKU 3 dan 4,” ujarnya.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad pernah mengatakan, pihaknya berupaya untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam akses ke produk dan layanan keuangan. Merujuk data survei Bank Dunia 2011, hanya 20 persen orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan resmi. Posisi tersebut bahkan di bawah Filiphina (27 persen), Malaysia (66 persen), Thailand (73 persen), dan Singapura (98 persen). (gal/agm)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/