31.7 C
Medan
Thursday, May 30, 2024

Inflasi Mulai Melandai

Inflasi-Ilustrasi
Inflasi-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Meredanya cuaca ekstrem sepanjang Februari lalu rupanya berkorelasi dengan meredanya kenaikan harga barang/jasa. Hal ini terlihat dari inflasi Februari yang sudah mulai melandai di level 0,26 persen.

Deputi Bidang Statistik dan Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lumaksono mengatakan, meski sudah turun dibanding inflasi periode Januari yang mencapai 1,07 persen, namun masih terdapat beberapa komoditas yang menunjukkan tren kenaikan harga. ‘Terutama bahan pangan, seperti beras,’ ujarnya kemarin (3/3).

Data BPS menunjukkan, dari 82 kota di Indonesia, 55 kota tercatat mengalami inflasi dan 27 kota mengalami deflasi. Pontianak tercatat sebagai kota dengan inflasi tertinggi hingga 2,73 persen, adapun Sibolga tercatat mengalami deflasi terendah hingga 2,43 persen.

Dengan inflasi Februari yang sebesar 0,26 persen, maka inflasi tahun kalender (Januari – Februari) tercatat sebesar 1,33 persen, adapun inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 7,75 persen.

Adi menyebut, inflasi sepanjang Februari lalu terjadi karena adanya kenaikan harga kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,43 persen, lalu kelompok bahan makanan 0,36 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,17 persen, serta kelompok sandang 0,57 persen.

Landainya inflasi Februari ini mendapat respons positif dari Menteri Keuangan Chatib Basri. Menurut dia, rendahnya inflasi menunjukkan bahwa langkah pemerintah untuk mengamankan pasokan dan distribusi bahan pangan selama masa cuaca ekstrem berjalan cukup baik. ‘Kita harap inflasi bisa terus dijaga di bulan-bulan berikutnya,’ katanya.

Chatib menyebut, inflasi year on year yang di level 7,75 persen juga di bawah perkiraan banyak pihak. Karena itu, pemerintah pun optimistis target inflasi yang dipatok dalam APBN 2014 sebesar 5,5 persen akan bisa dicapai. ‘Kisaran itu masih realistis,’ ucapnya.

Ekonom Citibank Asia Pacific Helmi Arman mengatakan, realisasi inflasi yea on year Februari yang hanya 7,75 persen memang ada di bawah perkiraan konsensus para ekonom yang memperkirakan angka 7,94 persen. ‘Kami di Citibank memproyeksi angka 7,81 persen,’ ujarnya.

Menurut dia, rendahnya kenaikan harga disebabkan karena harga-harga bahan pangan sudah melonjak tinggi sepanjang Januari lalu. Selain itu, harga bahan bakar elpiji 3 kilogram yang pada Januari lalu sempat naik akibat terpengaruh kenaikan elpiji 12 kilogram, pada Februari lalu sudah turun seiring direvisinya kenaikan elpiji 12 kilogram. ‘Itu menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi harga makanan,’ katanya. (owi)

Inflasi-Ilustrasi
Inflasi-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Meredanya cuaca ekstrem sepanjang Februari lalu rupanya berkorelasi dengan meredanya kenaikan harga barang/jasa. Hal ini terlihat dari inflasi Februari yang sudah mulai melandai di level 0,26 persen.

Deputi Bidang Statistik dan Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lumaksono mengatakan, meski sudah turun dibanding inflasi periode Januari yang mencapai 1,07 persen, namun masih terdapat beberapa komoditas yang menunjukkan tren kenaikan harga. ‘Terutama bahan pangan, seperti beras,’ ujarnya kemarin (3/3).

Data BPS menunjukkan, dari 82 kota di Indonesia, 55 kota tercatat mengalami inflasi dan 27 kota mengalami deflasi. Pontianak tercatat sebagai kota dengan inflasi tertinggi hingga 2,73 persen, adapun Sibolga tercatat mengalami deflasi terendah hingga 2,43 persen.

Dengan inflasi Februari yang sebesar 0,26 persen, maka inflasi tahun kalender (Januari – Februari) tercatat sebesar 1,33 persen, adapun inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 7,75 persen.

Adi menyebut, inflasi sepanjang Februari lalu terjadi karena adanya kenaikan harga kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,43 persen, lalu kelompok bahan makanan 0,36 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,17 persen, serta kelompok sandang 0,57 persen.

Landainya inflasi Februari ini mendapat respons positif dari Menteri Keuangan Chatib Basri. Menurut dia, rendahnya inflasi menunjukkan bahwa langkah pemerintah untuk mengamankan pasokan dan distribusi bahan pangan selama masa cuaca ekstrem berjalan cukup baik. ‘Kita harap inflasi bisa terus dijaga di bulan-bulan berikutnya,’ katanya.

Chatib menyebut, inflasi year on year yang di level 7,75 persen juga di bawah perkiraan banyak pihak. Karena itu, pemerintah pun optimistis target inflasi yang dipatok dalam APBN 2014 sebesar 5,5 persen akan bisa dicapai. ‘Kisaran itu masih realistis,’ ucapnya.

Ekonom Citibank Asia Pacific Helmi Arman mengatakan, realisasi inflasi yea on year Februari yang hanya 7,75 persen memang ada di bawah perkiraan konsensus para ekonom yang memperkirakan angka 7,94 persen. ‘Kami di Citibank memproyeksi angka 7,81 persen,’ ujarnya.

Menurut dia, rendahnya kenaikan harga disebabkan karena harga-harga bahan pangan sudah melonjak tinggi sepanjang Januari lalu. Selain itu, harga bahan bakar elpiji 3 kilogram yang pada Januari lalu sempat naik akibat terpengaruh kenaikan elpiji 12 kilogram, pada Februari lalu sudah turun seiring direvisinya kenaikan elpiji 12 kilogram. ‘Itu menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi harga makanan,’ katanya. (owi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/