31.7 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Percepat Pemulihan Bisnis, AP II Pilih Strategi Pemanfaatan Aset

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Angkasa Pura (AP) II, pengelola 20 bandara di Indonesia, memilih strategi ‘Asset Recycling’ atau pemanfaatan aset lama guna menghasilkan aset baru dalam meningkatkan pendapatan serta mengakselerasi pemulihan bisnis di tengah pandemi Covid-19.

President Director AP II, Muhammad Awaluddin mengatakan strategi Asset Recycling dijalankan melalui tiga program.

“AP II melakukan pemanfaatan aset melalui tiga program yakni Asset Optimization program (brown field asset), Asset Acceleration program (asset under construction) dan Asset Utilization program (green field asset) sebagai strategi mempercepat pemulihan bisnis di tengah pandemi,” ujarnya, Kamis (3/3).

Adapun, lanjutnya, untuk Program Asset Optimization, membuat aset eksisting yang sudah menghasilkan pendapatan, bisa memiliki nilai tambah untuk meningkatkan pendapatan. Sementara, Asset Acceleration untuk membuat aset yang tengah dibangun dan sudah disiapkan untuk menghasilkan pendapatan sebelum konstruksi 100 persen selesai.

Kemudian, tambah Awaluddin, Asset Utilization, adalah aset eksisting idle yang akan dikembangkan untuk meraih pendapatan baru. “Pemanfaatan aset dapat dilakukan secara organik dan anorganik,” imbuhnya.

Dijelaskannya, pemanfaatan aset secara organik melibatkan 5 anak usaha, yaitu PT Angkasa Pura Solusi, PT Angkasa Kargo, PT Angkasa Pura Propertindo, PT Angkasa Pura Aviasi, dan PT Gapura Angkasa, serta perusahaan terafiliasi.

“Sedangkan, pemanfaatan aset secara anorganik dilakukan melalui kemitraan bisnis serta kemitraan strategis dengan pihak eksternal (corporate action),” jelasnya.

Dalam hal ini, sebutnya, kemitraan bisnis dan kemitraan strategis yang dilakukan AP II selaku pengelola bandara harus mendatangkan 3E, yakni Expansion the traffic (mendatangkan lalu lintas penerbangan), Expertise sharing (adanya transfer knowledge) dan Equity partnership (pemenuhan kebutuhan pendanaan).

Selain itu, papar Awaluddin, manfaat yang didatangkan dari kemitraan strategis antara lain adanya dividend cash, upfront payment, revenue sharing, serta pembangunan aset baru dgn pola BOT.

“Kerja sama dengan eksternal dapat membuat AP II mereduksi modal kerja dan modal investasi dalam operasional dan pengembangan bandara, serta meningkatkan pendapatan,” bebernya.

Diketahui, AP II telah menggandeng GMR Airport Consortium dalam melakukan kemitraan strategis untuk pengelolaan dan pengembangan Bandara Kualanamu di Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut).

Rencana selanjutnya, adalah kemitraan strategis antara AP II dengan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau dikenal juga dengan Indonesia Investment Authority (INA) sebagai sovereign wealth fund asal Indonesia. Kemitraan strategis AP II dan INA rencananya akan dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta dan juga kawasan Cargo Village Bandara Soekarno-Hatta.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI, Novie Riyanto mengatakan, kerja sama di sektor kebandarudaraan telah didukung berbagai regulasi di antaranya adalah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2021 tentang Kegiatan Pengusahaan di Bandara Udara.

Dia menuturkan salah satu poin di dalam PM 81/2021 adalah Kerja Sama di Bandara Udara dapat dilakukan antara Pemerintah dengan Badan Usaha berbentuk KSP (Kerja Sama Pemanfaatan), KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha), HPT (Hak Pengelolaan Terbatas) atau BUMN/BUMD dengan Badan Usaha dengan bentuk sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan BUMN/BUMD.

Sekjen MHU, Anggia Rukmasari menambahkan, pengembangan kebandarudaraan nasional akan terus dilakukan hingga tahun-tahun mendatang, didukung dengan telah ditetapkannya Arah Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Transportasi Udara 2020-2024.

(rel/dwi/ram)

“Termasuk antara lain dukungan bandara pada daerah terisolir, perbatasan dan rawan bencana, lalu dukungan bandara pada kawasan strategis, KEK dan KI, kemudian implementasi Eco-Airport, Implementasi Smart Airport dan pengembangan bandara super hub,” katanya. (rel/dwi/ram)

 

 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Angkasa Pura (AP) II, pengelola 20 bandara di Indonesia, memilih strategi ‘Asset Recycling’ atau pemanfaatan aset lama guna menghasilkan aset baru dalam meningkatkan pendapatan serta mengakselerasi pemulihan bisnis di tengah pandemi Covid-19.

President Director AP II, Muhammad Awaluddin mengatakan strategi Asset Recycling dijalankan melalui tiga program.

“AP II melakukan pemanfaatan aset melalui tiga program yakni Asset Optimization program (brown field asset), Asset Acceleration program (asset under construction) dan Asset Utilization program (green field asset) sebagai strategi mempercepat pemulihan bisnis di tengah pandemi,” ujarnya, Kamis (3/3).

Adapun, lanjutnya, untuk Program Asset Optimization, membuat aset eksisting yang sudah menghasilkan pendapatan, bisa memiliki nilai tambah untuk meningkatkan pendapatan. Sementara, Asset Acceleration untuk membuat aset yang tengah dibangun dan sudah disiapkan untuk menghasilkan pendapatan sebelum konstruksi 100 persen selesai.

Kemudian, tambah Awaluddin, Asset Utilization, adalah aset eksisting idle yang akan dikembangkan untuk meraih pendapatan baru. “Pemanfaatan aset dapat dilakukan secara organik dan anorganik,” imbuhnya.

Dijelaskannya, pemanfaatan aset secara organik melibatkan 5 anak usaha, yaitu PT Angkasa Pura Solusi, PT Angkasa Kargo, PT Angkasa Pura Propertindo, PT Angkasa Pura Aviasi, dan PT Gapura Angkasa, serta perusahaan terafiliasi.

“Sedangkan, pemanfaatan aset secara anorganik dilakukan melalui kemitraan bisnis serta kemitraan strategis dengan pihak eksternal (corporate action),” jelasnya.

Dalam hal ini, sebutnya, kemitraan bisnis dan kemitraan strategis yang dilakukan AP II selaku pengelola bandara harus mendatangkan 3E, yakni Expansion the traffic (mendatangkan lalu lintas penerbangan), Expertise sharing (adanya transfer knowledge) dan Equity partnership (pemenuhan kebutuhan pendanaan).

Selain itu, papar Awaluddin, manfaat yang didatangkan dari kemitraan strategis antara lain adanya dividend cash, upfront payment, revenue sharing, serta pembangunan aset baru dgn pola BOT.

“Kerja sama dengan eksternal dapat membuat AP II mereduksi modal kerja dan modal investasi dalam operasional dan pengembangan bandara, serta meningkatkan pendapatan,” bebernya.

Diketahui, AP II telah menggandeng GMR Airport Consortium dalam melakukan kemitraan strategis untuk pengelolaan dan pengembangan Bandara Kualanamu di Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut).

Rencana selanjutnya, adalah kemitraan strategis antara AP II dengan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau dikenal juga dengan Indonesia Investment Authority (INA) sebagai sovereign wealth fund asal Indonesia. Kemitraan strategis AP II dan INA rencananya akan dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta dan juga kawasan Cargo Village Bandara Soekarno-Hatta.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI, Novie Riyanto mengatakan, kerja sama di sektor kebandarudaraan telah didukung berbagai regulasi di antaranya adalah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2021 tentang Kegiatan Pengusahaan di Bandara Udara.

Dia menuturkan salah satu poin di dalam PM 81/2021 adalah Kerja Sama di Bandara Udara dapat dilakukan antara Pemerintah dengan Badan Usaha berbentuk KSP (Kerja Sama Pemanfaatan), KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha), HPT (Hak Pengelolaan Terbatas) atau BUMN/BUMD dengan Badan Usaha dengan bentuk sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan BUMN/BUMD.

Sekjen MHU, Anggia Rukmasari menambahkan, pengembangan kebandarudaraan nasional akan terus dilakukan hingga tahun-tahun mendatang, didukung dengan telah ditetapkannya Arah Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Transportasi Udara 2020-2024.

(rel/dwi/ram)

“Termasuk antara lain dukungan bandara pada daerah terisolir, perbatasan dan rawan bencana, lalu dukungan bandara pada kawasan strategis, KEK dan KI, kemudian implementasi Eco-Airport, Implementasi Smart Airport dan pengembangan bandara super hub,” katanya. (rel/dwi/ram)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/