Setelah Osama Tewas
KEMATIAN Osama bin Laden di Abbotabad, Pakistan, Minggu malam (1/5), membuat pamor presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama melambung.
Keberhasilan menewaskan Osama itu sekaligus berarti suami Michelle tersebut memenuhi janjinya pada masa kampanye dulu. Ketika itu, dia menegaskan bahwa menangkap atau melenyapkan Osama bakal menjadi prioritasnya.
Karena itu, dalam pidatonya kemarin yang ditayangkan langsung dari East Wing Gedung Putih, Obama memperlihatkan betul perannya dalam penyergapan Osama. Mulai pembahasan operasi hingga perintah langsung penyergapan.
Tapi, Obama mesti ingat, popularitas itu bisa jadi hanya jebakan sesaat. Sebab, sejak dirinya memerintah, berbagai jajak pendapat secara konsisten menunjukkan bahwa keamanan nasional bukan lagi isu menarik bagi warga AS. Yang justru menjadi konsen utama rakyat Negeri Paman Sam itu adalah ekonomi. Rapor Obama di sektor ekonomi pun sejauh ini masih merah.
Kematian Osama juga berdampak terhadap sektor ekonomi global. Harga minyak menurun 3 persen kemarin (2/5). Itu terjadi karena muncul ekspektasi risiko serangan kelompok Islam radikal bakal berkurang dan tensi di Timur Tengah menurun.
Harga minyak mentah Brent menurun USD4,22 menjadi USD121,67 per barel, meski akhirnya kembali ke level USD124,40. Bulan lalu, Brent sempat menyentuh level tertinggi, yaitu USD127 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah AS menurun USD1,25 menjadi USD112,68.
Tapi, diperkirakan pengaruh itu tak akan lama. “Sebab, kenyataannya, konflik di Libya dan negara-negara Timur Tengah masih terus berlangsung sampai kini,” kata Carsten Fritsch, analis komoditas di Commerzbank, Frankfurt, kepada Reuters.
Belum lagi munculnya kekhawatiran serangan balasan atas kematian Osama. Namun, para analis minyak berkeyakinan, kalaupun terjadi, hal itu tak akan sampai mengganggu suplai minyak. Al Qaeda hanya pernah sekali menyerang industri minyak, yaitu pada 2006 di Arab Saudi.
Tewasnya Osama juga berdampak positif terhadap bursa saham. Sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal, harga saham di bursa Jepang dan Korea Selatan naik drastis serta berhasil mengatrol saham di Australia yang selama lima pekan terakhir terpuruk. Saham di Bursa Saham Nikkei, Jepang, naik 1,6 persen menjadi 10.004,20 yang berarti melonjak 10 ribu poin untuk kali pertama sejak 14 Maret. Di bursa saham Kospi Korea Selatan, harga saham naik 1,7 persen.
Ada pun pasar saham di Tiongkok, Hongkong, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam kemarin tutup karena hari libur. “Tidak berarti terorisme akan berakhir. Tapi, ini jelas insentif perdagangan yang positif karena kematian Osama bin Laden,” kata Kazuhiro Takahashi, General Manager di Daiwa Securities, Tokyo. (c5/ttg/jpnn)