MEDAN- Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sumut membuka kesempatan untuk berinvestasi di Nigeria. Selain jumlah penduduk yang besar, Sumber Daya Bumi seperti Minyak Bumi dan Gas di negara benua Afrika itu juga kaya, sehingga memudahkan bagi pelaku usaha untuk melakukan produksi.
Untuk investasi di Nigeria yang paling menarik adalah produk perkebunan, seperti kokoa, kelapa sawit, dan lainnya. “Produk perkebunan sangat potensial. Karena di negara kami sangat membutuhkan produk perkebunan,” ujar Ambassador Change d’affeires ad interim (Pelaksana Tugas) Regina C Edzuwah dalam acara sosialisasi perdagangan Indonesia-Nigeria di Home Attaya Medan, Selasa (5/6).
Acara yang diselenggarakan Kadin ini, juga membahas berbagai kemungkinan yang akan dihadapi saat membuka pasar di Nigeria. Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Sumut Bidang Investasi, Jonner Napitupulu, membuka pasar ke Nigeria sangat potensial dan menjanjikan. Mengingat berbagai kemudahan yang ditawarkan negara ini. Seperti keamanan, lahan, perizinan, hingga margin yang akan di peroleh. Menurut berbagai perusahaan Indonesia yang telah mendirikan pabrik di negara tersebut, seperti Kalbe, Indofood, dan lainnya.
Keamanan merupakan standar, sama seperti di Indonesia, hanya perlu waspada. “Kalau dari keamanan standar, tapi lebih aman bila di bagian selatan dibandingkan daerah utara,” ungkap Jonner. Sedangkan untuk perizinan, negara ini bahkan bisa memberikan kesempatan untuk menyewa tanah hingga 90 tahun.
Dengan biaya sewa US$ 1 per kontrak. “Tapi kalau biaya kontrak ini disesuaikan atau bisa dikatakan relatif. Ada yang lebih mahal, dan ada yang lebih murah. Kalau uang tersebut, biasanya daerah perkotaan,” tambah Jonner. Untuk sewa lahan ini, menurut Jonner tidak akan menimbulkan masalah, asal kan ada kepastian hukum nya. Sehingga tidak menimbulkan masalah kedepannya.
Sedangkan untuk margin, dipastikan akan memperoleh lebih tinggi. Dikarenakan, negara ini masih dalam type berkembang. “Kalau dinegara berkembang seperti Indonesia, dan Nigeria akan lebih dalam mendapatkan margin. Beda bila dinegara yang maju seperti Singapura dan Hongkong,” tambahnya.
Margin ini juga akan lebih mudah didapat mengingat produsen nya di Nigeria memiliki banyak penduduk. “Dalam satu area, jumlah penduduk nya sebanyak 170 juta jiwa. Sedangkan Indonesia jumlah penduduknya sebesar 250 juta dari Sabang hingga Merauke,” lanjutnya.
Selain produk perkebunan, pasar yang cukup menjanjikan di Nigeria menurut Jonner adalah makanan, dan obat-obatan. “Kalau makanan, masyarakat setempat sangat menyukai chinese food. Kalau obat-obatan, karena pada umumnya negara berkembang. Jadi, sangat membutuhkan obat-obatan,” lanjutnya.
Untuk cost produksi disini juga dipastikan lebih murah dibandingkan di Sumut. “Di Sumut, gas dan listrik sangat sulit. Sedangkan disana sangat kaya. Jadi sangat memudahkan untuk produksi. Dan pasti memudahkan dalam biaya,” papar Jonner. Agenda sosialisasi Indonesia-Nigeria yang telah berlangsung sejak 1 tahun yang lalu. (ram)