28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Bulog Gelontorkan 100 000 Ton Beras Medium

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
BERAS: Pekerja mengangkat karung beras dan menyusun nya ke truk di Gudang Bulog Jalan Mustafa Medan, belum lama ini.

Harga beras di pasaran khususnya Sumatera Utara (Sumut) hingga kini masih dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu Rp9.950 per kilogram (kg). Guna menekan harga beras tersebut, Bulog Divre Sumut siap menggelontorkan 100.000 ton beras medium.

Kepala Bulog Divre Sumut Benhur Ngkaimi mengakui kondisi di lapangan memang harga relatif stabil tetapi hampir di seluruh wilayah termasuk Sumut masih di atas HET. Oleh sebab itu, untuk menekan harga beras tersebut maka dilakukan stabilisasi ketersediaan beras medium.

“Stabilisasi harga yang dilakukan dengan menggelontorkan beras medium sebanyak 100.000 ton. Harga yang dijual tentunya di bawah HET yaitu Rp8.600 (beras curah) dan Rp9.050 (dalam kemasan),” ungkap Benhur, Selasa (4/9).

Diutarakan Benhur, pihaknya sudah menyampaikan kepada pengecer untuk menjualnya beras medium maksimal seharga Rp9.450 per kg. “Beras medium ini tidak hanya di Medan tetapi juga di seluruh wilayah Sumut ke pasar-pasar tradisional hingga ke perkampungan masyarakat,” sebut dia.

Menurut Benhur, masih tingginya harga beras banyak faktor yang mempengaruhi. Misalnya, masyarakat yang cenderung mengkonsumsi beras di pasaran yang harganya di atas HET. Padahal, secara kualitas beras yang digelontorkan ini cukup bagus atau tidak kalah bersaing dengan impor.

“Sejauh ini masih tingginya harga beras karena mekanisme pasar dan tidak bisa kita lakukan intervensi terlalu keras. Tugas kita adalah bagaimana menjaga ketersediaan pasokannya dan stabilisasi harga sesuai dengan kebutuhan,” terangnya.

Disinggung adanya dugaan penimbunan mengakibatkan harga masih tetap tinggi, Benhur berpendapat sangat kecil kemungkinannya. Sebab, kalau menimbun siap-siap harus menanggung risiko rugi dan juga sanksi hukum pidana. Karena, tim Satgas Pangan terus melakukan pengawasan.

“Tingginya harga jual beras masih menjadi pekerjaan rumah kita dan instansi terkait. Makanya, bersama tim Satgas Pangan sedang menelusuri dan mengkaji apa yang menjadi penyebab utama,” tukasnya.

Sementara, Sinta, salah seorang pedagang beras di Pasar Simpang Limun, mengaku harga beras yang dijual di atas Rp10.000 per kg. “Masih tinggi harganya ada yang Rp12.500 (cap Antik), Rp11.500 (cap Mawar, cap Gentong dan cap Nanas) bahkan Rp13.000 (cap Kuku Balam),” tuturnya sembari berharap agar harga beras bisa diturunkan. (ris/ram)

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
BERAS: Pekerja mengangkat karung beras dan menyusun nya ke truk di Gudang Bulog Jalan Mustafa Medan, belum lama ini.

Harga beras di pasaran khususnya Sumatera Utara (Sumut) hingga kini masih dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu Rp9.950 per kilogram (kg). Guna menekan harga beras tersebut, Bulog Divre Sumut siap menggelontorkan 100.000 ton beras medium.

Kepala Bulog Divre Sumut Benhur Ngkaimi mengakui kondisi di lapangan memang harga relatif stabil tetapi hampir di seluruh wilayah termasuk Sumut masih di atas HET. Oleh sebab itu, untuk menekan harga beras tersebut maka dilakukan stabilisasi ketersediaan beras medium.

“Stabilisasi harga yang dilakukan dengan menggelontorkan beras medium sebanyak 100.000 ton. Harga yang dijual tentunya di bawah HET yaitu Rp8.600 (beras curah) dan Rp9.050 (dalam kemasan),” ungkap Benhur, Selasa (4/9).

Diutarakan Benhur, pihaknya sudah menyampaikan kepada pengecer untuk menjualnya beras medium maksimal seharga Rp9.450 per kg. “Beras medium ini tidak hanya di Medan tetapi juga di seluruh wilayah Sumut ke pasar-pasar tradisional hingga ke perkampungan masyarakat,” sebut dia.

Menurut Benhur, masih tingginya harga beras banyak faktor yang mempengaruhi. Misalnya, masyarakat yang cenderung mengkonsumsi beras di pasaran yang harganya di atas HET. Padahal, secara kualitas beras yang digelontorkan ini cukup bagus atau tidak kalah bersaing dengan impor.

“Sejauh ini masih tingginya harga beras karena mekanisme pasar dan tidak bisa kita lakukan intervensi terlalu keras. Tugas kita adalah bagaimana menjaga ketersediaan pasokannya dan stabilisasi harga sesuai dengan kebutuhan,” terangnya.

Disinggung adanya dugaan penimbunan mengakibatkan harga masih tetap tinggi, Benhur berpendapat sangat kecil kemungkinannya. Sebab, kalau menimbun siap-siap harus menanggung risiko rugi dan juga sanksi hukum pidana. Karena, tim Satgas Pangan terus melakukan pengawasan.

“Tingginya harga jual beras masih menjadi pekerjaan rumah kita dan instansi terkait. Makanya, bersama tim Satgas Pangan sedang menelusuri dan mengkaji apa yang menjadi penyebab utama,” tukasnya.

Sementara, Sinta, salah seorang pedagang beras di Pasar Simpang Limun, mengaku harga beras yang dijual di atas Rp10.000 per kg. “Masih tinggi harganya ada yang Rp12.500 (cap Antik), Rp11.500 (cap Mawar, cap Gentong dan cap Nanas) bahkan Rp13.000 (cap Kuku Balam),” tuturnya sembari berharap agar harga beras bisa diturunkan. (ris/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/