32.8 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Di Tengah Pandemi Covid-19, Budidaya Serai Wangi dan Minyak Atsiri Sangat Menjanjikan

LABUHANBATU, SUMUTPOS.CO – Usaha yang diyakini bertahan kokoh saat badai pandemi Corona Virus Disaese 2019 (Covid-19) di antaranya, agribisnis dan UKM. Konon pula, keduanya dikolaborasikan dalam satu kegiatan usaha.

bUDIDAYA: uSAHA budidaya serai wangi dan penyulingan minyak atsiri diyakini ber tahan kokoh saat badai Pandemi Corona Virus Disaese 2019.

Terbukti, sejumlah warga di Desa Damuli, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), mampu melalui hari-hari kecemasan di bawah bayang-bayang terpapar Covid-19.

Kondisi sebaran pandemi Covid-19 yang kala itu mulai dirasakan dampaknya, membuat sekelompok petani berfikir sebaliknya. Tidak membuat mereka lemah, bahkan menjadi pemicu semangat merubah ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Menepis ketakutan sosial itu, warga di sana melakoni usaha budidaya tanaman serai wangi dan produksi minyak atsiri.

Usaha itu dilakukan masyarakat lokal setempat sekitar 7 bulan lalu. Dimulai pembentukan kelompok tani bernama Bersama, sekitar 10 warga memulainya dengan menanam serai wangi.

Keyakinan warga, 6 bulan kedepan tanaman serai wangi itu menjanjikan dan potensial di bidang ekonomi. Tanaman rimbunan itu, akan dapat dipanen dan disuling untuk mengambil minyaknya.

Rebusan batang tanaman rumput tersebut dengan proses suling menghasilkan minyak Atsiri yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Usaha yang cukup menjanjikan dengan pemasukan hingga Rp12,5 juta per hari. Masih ada senyum sumringah di tengah wabah. Keberhasilan itu, tidak diperoleh dengan mudah, diperlukan keyakinan dan keuletan dalam bekerjasama.

Misalnya, A Yaluad (47) salah seorang pengelola sulingan minyak serai wangi peserta kelompok tani (Koptan) Bersama Damuli, Rabu (6/1) menceritakan, saat ini terdapat lahan sekitar 7 hektare layak panen hasil pengelolaan dia dengan Heru Pandiga (33), Dodo (36) dan rekan lainnya. Tanaman sekitar tujuh bulan lalu itupun, secara bertahap telah disuling sebagian.

“Sudah sekitar dua bulan dipanen untuk disuling minyaknya. Hasilnya, sehari menghasilkan sekitar 5 liter, sesuai ketersediaan alat,” terangnya.

Dari hasil amatan, petani penyuling minyak serai wangi itu, perkiraan setiap hektarnya akan diperoleh sekitar 15.000 rumpun/tumpukan. Dari setiap 30 rumpunnya, akan direbus ke dalam wadah dan alat hasil rakitan. Setiap rebusan dengan waktu hampir 1 jam, akan menghasilkan minyak Atsiri 0,8 liter.

Usaha yang ditekuni tersebutpun, wajar jika menghasilkan. Seperti yang telah laku terjual, untuk ukuran terkecil 10 mililiter, dibanderol dikisaran Rp10 ribu hingga Rp25 ribu per botol. Berarti satu liter mereka meraup duit Rp1 juta hingga Rp2,5 juta. Dengan 5 liter sehari mereka meraup Rp5 juta hingga Rp12,5 juta. Harga yang dipatok juga dikarenakan minyak olahan mereka dapat dikatakan murni/asli serta terdaftar dan memiliki izin.

Laris manisnya minyak olahan petani di Desa Damuli, disebabkan memiliki berbagai manfaat seperti melindungi bayi dari gigitan nyamuk, menghilangkan gatal dikulit, meredakan nyeri otot/pegal linu, menyembuhkan masuk angin/kembung untuk anak dan orang dewasa.

“Juga sebagai aroma terapi untuk meredakan rasa cemas, hangatnya bertahan lama serta baik digunakan oleh anak-anak dan tahan lama. Kita memiliki legalitas, asli atau murni. Makanya kita banderol dikisaran angka sebegitu,” papar A Yaluad. (fdh)

LABUHANBATU, SUMUTPOS.CO – Usaha yang diyakini bertahan kokoh saat badai pandemi Corona Virus Disaese 2019 (Covid-19) di antaranya, agribisnis dan UKM. Konon pula, keduanya dikolaborasikan dalam satu kegiatan usaha.

bUDIDAYA: uSAHA budidaya serai wangi dan penyulingan minyak atsiri diyakini ber tahan kokoh saat badai Pandemi Corona Virus Disaese 2019.

Terbukti, sejumlah warga di Desa Damuli, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), mampu melalui hari-hari kecemasan di bawah bayang-bayang terpapar Covid-19.

Kondisi sebaran pandemi Covid-19 yang kala itu mulai dirasakan dampaknya, membuat sekelompok petani berfikir sebaliknya. Tidak membuat mereka lemah, bahkan menjadi pemicu semangat merubah ekonomi untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Menepis ketakutan sosial itu, warga di sana melakoni usaha budidaya tanaman serai wangi dan produksi minyak atsiri.

Usaha itu dilakukan masyarakat lokal setempat sekitar 7 bulan lalu. Dimulai pembentukan kelompok tani bernama Bersama, sekitar 10 warga memulainya dengan menanam serai wangi.

Keyakinan warga, 6 bulan kedepan tanaman serai wangi itu menjanjikan dan potensial di bidang ekonomi. Tanaman rimbunan itu, akan dapat dipanen dan disuling untuk mengambil minyaknya.

Rebusan batang tanaman rumput tersebut dengan proses suling menghasilkan minyak Atsiri yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Usaha yang cukup menjanjikan dengan pemasukan hingga Rp12,5 juta per hari. Masih ada senyum sumringah di tengah wabah. Keberhasilan itu, tidak diperoleh dengan mudah, diperlukan keyakinan dan keuletan dalam bekerjasama.

Misalnya, A Yaluad (47) salah seorang pengelola sulingan minyak serai wangi peserta kelompok tani (Koptan) Bersama Damuli, Rabu (6/1) menceritakan, saat ini terdapat lahan sekitar 7 hektare layak panen hasil pengelolaan dia dengan Heru Pandiga (33), Dodo (36) dan rekan lainnya. Tanaman sekitar tujuh bulan lalu itupun, secara bertahap telah disuling sebagian.

“Sudah sekitar dua bulan dipanen untuk disuling minyaknya. Hasilnya, sehari menghasilkan sekitar 5 liter, sesuai ketersediaan alat,” terangnya.

Dari hasil amatan, petani penyuling minyak serai wangi itu, perkiraan setiap hektarnya akan diperoleh sekitar 15.000 rumpun/tumpukan. Dari setiap 30 rumpunnya, akan direbus ke dalam wadah dan alat hasil rakitan. Setiap rebusan dengan waktu hampir 1 jam, akan menghasilkan minyak Atsiri 0,8 liter.

Usaha yang ditekuni tersebutpun, wajar jika menghasilkan. Seperti yang telah laku terjual, untuk ukuran terkecil 10 mililiter, dibanderol dikisaran Rp10 ribu hingga Rp25 ribu per botol. Berarti satu liter mereka meraup duit Rp1 juta hingga Rp2,5 juta. Dengan 5 liter sehari mereka meraup Rp5 juta hingga Rp12,5 juta. Harga yang dipatok juga dikarenakan minyak olahan mereka dapat dikatakan murni/asli serta terdaftar dan memiliki izin.

Laris manisnya minyak olahan petani di Desa Damuli, disebabkan memiliki berbagai manfaat seperti melindungi bayi dari gigitan nyamuk, menghilangkan gatal dikulit, meredakan nyeri otot/pegal linu, menyembuhkan masuk angin/kembung untuk anak dan orang dewasa.

“Juga sebagai aroma terapi untuk meredakan rasa cemas, hangatnya bertahan lama serta baik digunakan oleh anak-anak dan tahan lama. Kita memiliki legalitas, asli atau murni. Makanya kita banderol dikisaran angka sebegitu,” papar A Yaluad. (fdh)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/