30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Proyek Kereta Cepat Shinkansen Dianggap Belum Perlu

JAKARTA- Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan menilai pembangunan proyek kereta cepat, Shinkansen dianggap belum perlu. Pasalnya proyek itu akan menghabiskan dana ratusan triliun rupiah.

PENUMPANG: Sejumlah penumpang kereta api  yang baru saja tiba di stasiun kedatangan.//ILMI YANFA'UNNAS/RADAR CIREBON
PENUMPANG: Sejumlah penumpang kereta api yang baru saja tiba di stasiun kedatangan.//ILMI YANFA’UNNAS/RADAR CIREBON

“Itu kalau Jakarta-Surabaya paling kurang biayanya Rp 200 triliun sampai Rp 300 triliun. Nah pertanyaan saya, perlu nggak dibikin kereta cepat itu? Kalau menurut saya sih belum perlu,” ujar Jonan di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Rabu (5/3).

Menurut dia, dana sebesar itu lebih baik digunakan untuk pemerataan pembangunan di luar Jawa. Pria berusia 51 tahun ini berpandangan bahwa infrastruktur jangan hanya dibangun di pulau Jawa saja, melainkan juga di pulau-pulau lain di Indonesia.

“Kenapa dana itu tidak digunakan untuk membangun infrastruktur di luar Jawa? Menurut saya seharusnya bangun infrastruktur di luar Jawa, supaya pemerataan pembangunannya lebih baik,” papar Jonan.

Di samping itu, waktu untuk membangun proyek kereta cepat juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Yakni memakan waktu lebih dari 10 tahun untuk merampungkan proyek itu, terlebih jaraknya yang mencapai sekitar 700 km.

“Kalau elevated itu makan waktu. Lebih dari 10 tahun saya kira. Konstruksi di tengah jalur ganda itu tantangannya luar biasa, kecuali keretanya (double track) mau berhenti semua,” tambahnya.

Dia lantas mencontohkan pembangunan Bandung raya urban railway serta double track Cikarang-Manggarai yang hingga kini tak terlihat hasilnya. “Proyek-proyek itu selama 10 tahun mana? Nggak ada realisasinya,” tukas Jonan. (chi/jpnn/uma)

JAKARTA- Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan menilai pembangunan proyek kereta cepat, Shinkansen dianggap belum perlu. Pasalnya proyek itu akan menghabiskan dana ratusan triliun rupiah.

PENUMPANG: Sejumlah penumpang kereta api  yang baru saja tiba di stasiun kedatangan.//ILMI YANFA'UNNAS/RADAR CIREBON
PENUMPANG: Sejumlah penumpang kereta api yang baru saja tiba di stasiun kedatangan.//ILMI YANFA’UNNAS/RADAR CIREBON

“Itu kalau Jakarta-Surabaya paling kurang biayanya Rp 200 triliun sampai Rp 300 triliun. Nah pertanyaan saya, perlu nggak dibikin kereta cepat itu? Kalau menurut saya sih belum perlu,” ujar Jonan di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Rabu (5/3).

Menurut dia, dana sebesar itu lebih baik digunakan untuk pemerataan pembangunan di luar Jawa. Pria berusia 51 tahun ini berpandangan bahwa infrastruktur jangan hanya dibangun di pulau Jawa saja, melainkan juga di pulau-pulau lain di Indonesia.

“Kenapa dana itu tidak digunakan untuk membangun infrastruktur di luar Jawa? Menurut saya seharusnya bangun infrastruktur di luar Jawa, supaya pemerataan pembangunannya lebih baik,” papar Jonan.

Di samping itu, waktu untuk membangun proyek kereta cepat juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Yakni memakan waktu lebih dari 10 tahun untuk merampungkan proyek itu, terlebih jaraknya yang mencapai sekitar 700 km.

“Kalau elevated itu makan waktu. Lebih dari 10 tahun saya kira. Konstruksi di tengah jalur ganda itu tantangannya luar biasa, kecuali keretanya (double track) mau berhenti semua,” tambahnya.

Dia lantas mencontohkan pembangunan Bandung raya urban railway serta double track Cikarang-Manggarai yang hingga kini tak terlihat hasilnya. “Proyek-proyek itu selama 10 tahun mana? Nggak ada realisasinya,” tukas Jonan. (chi/jpnn/uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/