Soal berangkat ke Pekanbaru, Ari mengaku sudah menyerah. Dia memilih melakukan refund untuk mendapatkan uang Rp 1,6 juta buat tiket pergi pulang. Dia pun menyesalkan respons petugas Garuda yang kurang tanggap. Banyak penumpang yang dibiarkan saja jika tak menuntut. “Untuk refund, kami harus tanya sana-sini untuk proses. Makan malam saja kami harus protes, baru akhirnya diantarkan ke lounge. Yang kasihan yang diam dan pasrah itu. Karena mereka tak membuat pengumuman soal kompensasi,” terangnya.
Namun, Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia Ikhsan Rosan menampik anggapan bahwa delay itu merupakan rentetan delay sejak Minggu lalu. Menurut dia, hal tersebut hanya akibat masalah teknis yang terjadi di beberapa penerbangan. Hal itu diakui sudah lumrah terjadi. “OTP (on time performance) Garuda tercatat 85 persen. Dengan total penerbangan 500 sampai 700 per hari, sudah pasti ada beberapa yang delay dan batal. Hanya, masyarakat mengaitkannya dengan peristiwa kemarin,” papar dia.
Ikhsan tak menampik bahwa memang ada beberapa penerbangan yang tertunda lama. Berdasar catatan terakhirnya, ada sebelas jadwal yang tercatat delay. Kebanyakan adalah penerbangan domestik seperti tujuan Surabaya atau Palembang. Namun, dia menegaskan bahwa hal itu tidak berarti Garuda kewalahan menghadapi dampak kebakaran di terminal 2E. “Kami terus berusaha mengakomodasi penumpang. Kemarin kami sudah mengeluarkan dana refund sebanyak Rp 300 juta. Juga mengakomodasi penginapan bagi 600 penumpang,” ungkapnya. (bil/c9/kim/jpnn/rbb)