26.7 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Harga Gas Tak Jelas

FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS ELPIJI: Seorang pekerja mengangkat tabung gas elpiji di salah satu pengecer di Jalan Brigjen Katamso Medan, Senin (6/1).
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
ELPIJI: Seorang pekerja mengangkat tabung gas elpiji di salah satu pengecer di Jalan Brigjen Katamso Medan, Senin (6/1).

MEDAN-Dua hari seteleh direvisinya harga gas Elpiji ukuran 12 Kilogram (kg) tak serta-merta membuat harga di lapangan turun seketika. Pantauan Sumut Pos, masih ada pengecer tetap menjual di atas Rp100 ribu per tabung. Alasan mereka tetap sama, yakni masih mempunyai stok laman
Manajer Agen Gas Elpiji  PT Karya Elgas yang berada di Jalan Brigjen Katamso Medan, Sari mengatakan revisi harga gas elpiji 12 kg belum mempengaruhi masyarakat untuk membelinya. Masyarakat masih banyak yang mencari gas elpiji ukuran 3 kg sehingga pihaknya hingga hari ini telah kehabisan stok gas elpiji 3 kg. Masyarakat yang membeli gas Elpiji 3 kg selalu dengan jumlah yang banyak, sehingga agen sering kehabisan stok.

Berbeda, Faisal, pemilik toko di Jalan Samanhudi ini mengaku, menjual Elpiji 12 kg dengan harga Rp135 ribu per tabung. Ia juga mengaku telah mengetahui tentang revisi harga yang terjadi.

“Aneh saja, saya belum menerima surat keputusan, terus harganya harus saya sesuaikan dengan yang telah direvisi, apa Pertamina mau ganti rugi,” ungkapnya.

Terombang-ambingnya harga ini jelas meresahkan. Dan hal mendapat perhatian dari Anggota Komisi 1 DPR RI yang juga Pimpinan Fraksi Partai Golkar MPR-RI, Meutya Hafid. Menurut mantan wartawati yang pernah disandera di Iraq tersebut, keadaan ini ujung-ujungnya menjadikan masyarakat sebagai korban. “Lemahnya koordinasi membuat masyarakat terombang-ambing terkait kenaikan harga elpiji. Pemerintah sendiri tampak bingung karena tidak satu suara terkait kenaikan harga ini, hingga akhirnya pada hari Minggu lalu Presiden membuat konferensi pers dan kementerian-kementerian serta Pertamina berunding hari ini untuk memutuskan penurunan harga elpiji 12 kg. Koordinasi pemerintah tampak lemah, hingga presiden harus ‘memaksa’ Pertamina untuk berunding,” ujarnya.

Meutya meminta pemerintah untuk mengecek harga komoditas di pasar yang terimbas kenaikan harga elpiji. “Kenaikan harga elpiji 12 kg pada 1 Januari 2014 sudah membuat kenaikan komoditi-komoditi di pasar. Pemerintah sebaiknya kembali melakukan pengecekan harga untuk mengembalikan harga-harga yang sudah naik setelah kenaikan elpiji 12 kg lalu,” tegasnya.

Meutya juga meminta Pertamina maupun pemerintah untuk melakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum membuat suatu kebijakan. “Mengapa sosialisasi mengenai kenaikan elpiji 12 kg ke masyarakat tidak dilakukan sebelumnya baik oleh Pertamina maupun pemerintah? Pertanyaan ini bisa dijawab jika kenaikan ini memang sudah direncanakan sebelumnya dan adanya koordinasi yang baik antara pemerintah dengan lembaga-lembaga terkait,” jelasnya.

Wakil Gubernur Sumatera Utara HT Erry Nuradi pun meminta Pertamina untuk melakukan pengawasan ketat terhadap peredaran gas elpiji subsidi ukuran 3 kilogram. “Pengawasan ini sangat penting karena saat ini elpiji ukuran 3 Kg mulai dimainkan para spekulan menyusul membubungnya harga gas 12 Kg sehingga banyak warga beralih ke gas tabung hijau,” ujar Erry pada wartawan Selasa (8/1), usai menerima audensi PT Pertamina di Kantor Pemprovsu Jalan Dipenogoro Medan.

Menurut Erry, setiap ada perbedaan harga menjadi peluang bagi spekulan yang melakukan pengoplosan gas elpiji subsidi 3 Kg ke tabung ukuran 12 Kg. “Saya khawatir ini akhirnya menyebabkan kelangkaan elpiji 3 Kg yang harusnya untuk masyarakat menengah ke bawah,” bebernya.

Untuk itu, sambung Erry, Pemerintah Provisni Sumatera Utara,  berharap agar PT Pertamina berkerja sama dengan pemkab/pemko juga aparat kepolisian memperketat pengawasan di jalur distribusi.

General Manager Pertamina Regional Sumbagut  Julami yang ditemani Marketing Operational Sumbagut, Manager RFM Nurhadiyah,  Manager Domestik Gas Budhi Bustaman dan Manager Customer External Relation Fitri Erika dalam audiensinya mengatakan, pihaknya tak menampik kalau spekulan mendapat peluang untuk mengambil keuntungan lebih besar lagi. Sebab perbedaan harga gas 3 Kg dibandingkan dengan 12 Kg memunculkan keuntungan hingga 2 kali lipat.”Sudah pasti dengan perbedaan harga tersebut membuat sepekulan semakin memburu gas subsidi 3 Kg tersebut,”paparnya.

Untuk itu, lanjutnya, Pertamina Regional Sumbagut  melakukan sosialisasi harga sejumlah agen dan SPBU yang juga menjual gas. Setiap agen Pertamina sudah membuat patokan harga misalnya di Medan Rp90.700 per tabung untuk gas 12 Kg.

Sedangkan untuk daerah lain Pertamina mengaku menetapkan harga sesuai dengan jarak tempuh (radius). “Misalnya di Kabupaten Serdang Bedagai harga gas ukuran 12 Kg dijual Rp92 ribuan. Dan harga ini kita cantumkan di spanduk Pertamina di setiap SPBU se-Sumatera lengkap dengan harga yang sudah disesuaikan dengan jarak tempuh,”jelas Jumali. (rud/tri/ila/rbb)

FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS ELPIJI: Seorang pekerja mengangkat tabung gas elpiji di salah satu pengecer di Jalan Brigjen Katamso Medan, Senin (6/1).
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
ELPIJI: Seorang pekerja mengangkat tabung gas elpiji di salah satu pengecer di Jalan Brigjen Katamso Medan, Senin (6/1).

MEDAN-Dua hari seteleh direvisinya harga gas Elpiji ukuran 12 Kilogram (kg) tak serta-merta membuat harga di lapangan turun seketika. Pantauan Sumut Pos, masih ada pengecer tetap menjual di atas Rp100 ribu per tabung. Alasan mereka tetap sama, yakni masih mempunyai stok laman
Manajer Agen Gas Elpiji  PT Karya Elgas yang berada di Jalan Brigjen Katamso Medan, Sari mengatakan revisi harga gas elpiji 12 kg belum mempengaruhi masyarakat untuk membelinya. Masyarakat masih banyak yang mencari gas elpiji ukuran 3 kg sehingga pihaknya hingga hari ini telah kehabisan stok gas elpiji 3 kg. Masyarakat yang membeli gas Elpiji 3 kg selalu dengan jumlah yang banyak, sehingga agen sering kehabisan stok.

Berbeda, Faisal, pemilik toko di Jalan Samanhudi ini mengaku, menjual Elpiji 12 kg dengan harga Rp135 ribu per tabung. Ia juga mengaku telah mengetahui tentang revisi harga yang terjadi.

“Aneh saja, saya belum menerima surat keputusan, terus harganya harus saya sesuaikan dengan yang telah direvisi, apa Pertamina mau ganti rugi,” ungkapnya.

Terombang-ambingnya harga ini jelas meresahkan. Dan hal mendapat perhatian dari Anggota Komisi 1 DPR RI yang juga Pimpinan Fraksi Partai Golkar MPR-RI, Meutya Hafid. Menurut mantan wartawati yang pernah disandera di Iraq tersebut, keadaan ini ujung-ujungnya menjadikan masyarakat sebagai korban. “Lemahnya koordinasi membuat masyarakat terombang-ambing terkait kenaikan harga elpiji. Pemerintah sendiri tampak bingung karena tidak satu suara terkait kenaikan harga ini, hingga akhirnya pada hari Minggu lalu Presiden membuat konferensi pers dan kementerian-kementerian serta Pertamina berunding hari ini untuk memutuskan penurunan harga elpiji 12 kg. Koordinasi pemerintah tampak lemah, hingga presiden harus ‘memaksa’ Pertamina untuk berunding,” ujarnya.

Meutya meminta pemerintah untuk mengecek harga komoditas di pasar yang terimbas kenaikan harga elpiji. “Kenaikan harga elpiji 12 kg pada 1 Januari 2014 sudah membuat kenaikan komoditi-komoditi di pasar. Pemerintah sebaiknya kembali melakukan pengecekan harga untuk mengembalikan harga-harga yang sudah naik setelah kenaikan elpiji 12 kg lalu,” tegasnya.

Meutya juga meminta Pertamina maupun pemerintah untuk melakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum membuat suatu kebijakan. “Mengapa sosialisasi mengenai kenaikan elpiji 12 kg ke masyarakat tidak dilakukan sebelumnya baik oleh Pertamina maupun pemerintah? Pertanyaan ini bisa dijawab jika kenaikan ini memang sudah direncanakan sebelumnya dan adanya koordinasi yang baik antara pemerintah dengan lembaga-lembaga terkait,” jelasnya.

Wakil Gubernur Sumatera Utara HT Erry Nuradi pun meminta Pertamina untuk melakukan pengawasan ketat terhadap peredaran gas elpiji subsidi ukuran 3 kilogram. “Pengawasan ini sangat penting karena saat ini elpiji ukuran 3 Kg mulai dimainkan para spekulan menyusul membubungnya harga gas 12 Kg sehingga banyak warga beralih ke gas tabung hijau,” ujar Erry pada wartawan Selasa (8/1), usai menerima audensi PT Pertamina di Kantor Pemprovsu Jalan Dipenogoro Medan.

Menurut Erry, setiap ada perbedaan harga menjadi peluang bagi spekulan yang melakukan pengoplosan gas elpiji subsidi 3 Kg ke tabung ukuran 12 Kg. “Saya khawatir ini akhirnya menyebabkan kelangkaan elpiji 3 Kg yang harusnya untuk masyarakat menengah ke bawah,” bebernya.

Untuk itu, sambung Erry, Pemerintah Provisni Sumatera Utara,  berharap agar PT Pertamina berkerja sama dengan pemkab/pemko juga aparat kepolisian memperketat pengawasan di jalur distribusi.

General Manager Pertamina Regional Sumbagut  Julami yang ditemani Marketing Operational Sumbagut, Manager RFM Nurhadiyah,  Manager Domestik Gas Budhi Bustaman dan Manager Customer External Relation Fitri Erika dalam audiensinya mengatakan, pihaknya tak menampik kalau spekulan mendapat peluang untuk mengambil keuntungan lebih besar lagi. Sebab perbedaan harga gas 3 Kg dibandingkan dengan 12 Kg memunculkan keuntungan hingga 2 kali lipat.”Sudah pasti dengan perbedaan harga tersebut membuat sepekulan semakin memburu gas subsidi 3 Kg tersebut,”paparnya.

Untuk itu, lanjutnya, Pertamina Regional Sumbagut  melakukan sosialisasi harga sejumlah agen dan SPBU yang juga menjual gas. Setiap agen Pertamina sudah membuat patokan harga misalnya di Medan Rp90.700 per tabung untuk gas 12 Kg.

Sedangkan untuk daerah lain Pertamina mengaku menetapkan harga sesuai dengan jarak tempuh (radius). “Misalnya di Kabupaten Serdang Bedagai harga gas ukuran 12 Kg dijual Rp92 ribuan. Dan harga ini kita cantumkan di spanduk Pertamina di setiap SPBU se-Sumatera lengkap dengan harga yang sudah disesuaikan dengan jarak tempuh,”jelas Jumali. (rud/tri/ila/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/