SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo ingin perubahan. Sebab dalam sistem politik di Indonesia masih banyak bertebaran aturan yang menghambat iklim inovasi.
Hal itu disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan dalam menyikapi
Transformasi Media di Era Digital di ruang
redaksi Jawa Pos (grup Sumut Pos), di Surabaya, Minggu (8/10).
Joko Widodo mengatakan, Indonesia
harusnya terlibat dalam kejar-kejaran inovasi. “Saya senang ada inovasi mobil listrik. Itu harus kita kejar, tapi negara kita ini kebanyakan regulasi,” ujarnya.
Jokowi lantas mengungkapkan, dia pernah menghitung, ada 42 ribu regulasi. Mulai dari undang-undang sampai perwali. Berbagai regulasi itu yang menyebabkan Indonesia tak bisa bergerak cepat mengejar ketertinggalan inovasi. Regulasi itu juga berpotensi menjerat mereka yang mencoba berinovasi.
“Kita ini lucu banget. Ada orang yang inovatif, ingin melakukan inovasi. Yang namanya inovasi atau percobaan itukan bisa berhasil juga bisa gagal. Waktu gagal dipermasalahkan. Bagaimana ini coba?” ujar pria asal Solo itu.
Apa yang disampaikan Jokowi itu memang tergambar pada sejumlah perkara di dalam negeri. Misalnya saja kasus pembuatan prototipe mobil listrik yang dilakukan Dasep Ahmadi untuk keperluan APEC 2013. Wanprestasi yang terjadi dalam kontrak pembuatan prototipe itu justru diarahkan pada ranah pidana korupsi. Kasus itu tak hanya menyeret Dasep. Tapi juga Dahlan Iskan yang dianggap turut serta hanya karena inisiator mobil listrik.
Menurut Jokowi, legislatif sudah saatnya
tidak membuat banyak aturan baru. Namun lebih banyak melakukan revisi. Tujuannya
adalah membuat adanya percepatan pada
inovasi. “Sehingga kita tidak sekedar orien-
tasinya prosedur, tapi juga berorientasi pada
hasil,” katanya.
Pemerintah sendiri pernah memangkas
sejumlah regulasi yang dianggap menghambat inovasi dan pembangunan. Namun, justru pemangkasan regulasi itu dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK).
“Kita harus obrak-abrik yang seperti ini agar
kita bisa berlomba melakukan inovasi,” pesan Jokowi.
Pada perguruan tinggi, Jokowi ingin mereka ikut bertransformasi. Caranya, dengan merancang kurikulum yang bisa menjawab
persoalan bangsa. Misalnya dengan membentuk jurusan-jurusan atau fakultas yang sesuai perkembangan zaman.
Jokowi juga menaruh harapan pada para
pengusaha agar ikut andil dalam memberikan ruang pada para inovator dalam negeri. “Apa yang dilakukan Pak Dahlan ini bagus,” imbuhnya.
Sebelum memberikan pengarahan di hadapan para direksi dan pimpinan Jawa
Pos Grup, Jokowi memang sempat melihat
langsung sejumlah inovasi karya anak negeri yang dibina Dahlan Iskan. Misalnya mobil listrik Selo karya Ricky Elson dan
Kupu-kupu Malam Jogjakarta.
Selain mobil, ada juga motor listrik DI
Molik besutan Duta Jaya Mobil dan Himpunan Bengkel Binaan YDBA Jawa Timur. Serta motor listrik TakeRun yang dirakit SMK Takeran Magetan.
Selain kendaraan listrik, Dahlan juga tengah membina inovasi tenaga Thorium. Teknologi itu sedang dikembangkan untuk generator dan peralatan sterilisasi. Inovatornya ialah Yudi Utomo, seorang ilmuwan nuklir Indonesia.
Setiba di Graha Pena Jawa Pos, Jokowi
memang terlihat antusias dengan berbagai karya inovasi anak negeri yang dipajang di lobi. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu tak langsung naik ke tempat acara. Warna kuning ngejreng mobil listrik Selo rupanya cukup menarik perhatian Jokowi. Saat mengamati Selo, Jokowi sempat berbincang dan menanyakan pengembangan kendaraan listrik pada Dahlan.
Langkah Jokowi juga terhenti ketika melihat tiga motor listrik yang dipajang di lobi dalam Graha Pena. Di sana memang dipamerkan tiga motor listrik. Antara lain TakeRun, DI Molik dan Gesits (karya tim kendaraan listrik Institut Teknologi 10 November Surabaya).
Jokowi mengatakan, perubahan teknologi yang sangat cepat tidak bisa dihindari.
Inovasi-inovasi yang terjadi secara global
akan membawa sejumlah perubahan lanskap. Mulai perubahan lanskap politik,
ekonomi sampai interaksi sosial.
Pada Jokowi, Dahlan sempat memaparkan sejumlah kegiatan inovator dalam negeri yang tengah dibinanya. Juga menceritakan sejumlah kendalanya. Misalnya soal pengembangan rancangan reaktor nuklir
yang kemungkinan sulit mendapatkan izin
di Indonesia.
Dahlan menceritakan pula soal pengembangan inovasi tenaga thorium untuk sterilisasi. Menurut Dahlan selama ini proses sterilisasi dilakukan di Cikarang. Barang-barang dari Jatim selama ini harus diangkut ke Cikarang dulu untuk sterilisasi baru dibalikkan lagi ke daerah asal. “Ini ruwet sekali dan saya tahu Pak Presiden benci sekali dengan keruwetan seperti ini,” katanya. (gun/sep/deb/eko/ang/jpg)