32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Jokowi: Itu Business to Business

AFP PHOTO / MOHD RASFAN Jokowi dalam kunjungan ke Malaysia.
AFP PHOTO / MOHD RASFAN
Jokowi dalam kunjungan ke Malaysia.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Polemik seputar mobil nasional (mobnas) Proton terus bergulir. Banyak telunjuk lantas mengarah ke Presiden Joko Widodo (Jokowi), menanyakan komitmennya pada pengembangan produk asli dalam negeri.

Jokowi pun mencoba meluruskan isu yang simpang siur. Menurut dia, penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Proton Holdings Bhd dan PT Adiperkasa Citra Lestari, tidak melibatkan pemerintah Malaysia dan Indonesia. ‘Itu business to business (kerjasama antar perusahaan),’ ujarnya sebagaimana keterangan resmi yang dirilis Sekretariat Kabinet kemarin (9/2).

Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi di sela kunjungannya di Manila, Filipina, yang merupakan rangkaian lawatan ke tiga negara, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina. Tengah malam tadi, Jokowi baru tiba di Tanah Air.

Jokowi menyebut, kehadirannya dalam penandatanganan MoU dua perusahaan tersebut dalam rangka memenuhi undangan oleh mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad dan PM Malaysia saat ini, Najib Tun Abdul Razak. ‘Saya diundang Doktor Mahathir dan Pak PM Najib, makanya saya datang,’ katanya.

Lalu, apakah benar Proton akan digandeng PT Adiperkasa Citra Lestari untuk memproduksi mobil nasional (mobnas) di Indonesia” Menurut Jokowi, program Mobnas butuh persiapan matang. Bahkan, studi kelayakan pun belum dilakukan oleh Proton dan ACL. ‘Jadi sama sekali belum siap,’ ucapnya.

Mantan walikota Solo yang pernah mempopulerkan mobil Esemka itu mengakui, dirinya pun tidak mengetahui detil kerjasama yang akan dilakukan Proton dan ACL karena kerjasama tersebut memang murni antara dua perusahaan. Sehingga, masih jauh jika dikaitkan dengan program mobil nasional. ‘Ditanyakan saja ke sana (pihak ACL, Red),’ ujarnya.

Yang jelas, lanjut Jokowi, pemerintah akan mendukung siapa saja pelaku usaha yang ingin berinvestasi di Indonesia. Karena itu, rencana investasi Proton dari Malaysia, ataupun produsen otomotif lain dari Korea, Jepang, maupun negara-negara lain akan disambut positif. ‘Sebab, kita memang butuh investasi,’ katanya.

A.M. Hendropriyono selaku chairman PT Adiperkasa Citra Lestari mengakui, penandatanganan MoU perusahaannya dengan Proton merupakan kerjasama antara dua perusahaan yang bersifat business to business. ‘Kami swasta, Proton kini juga swasta,’ ujarnya.

Kehadiran Presiden Jokowi dan PM Malaysia Najib Razak dalam penandatanganan MoU tersebut, kata dia, merupakan bentuk kepedulian kedua pimpinan pada kerjasama bisnis pelaku usaha dari masing-masing negara. Dia pun mencontohkan kehadiran Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama saat penandatanganan pembelian pesawat Boeing oleh Lion Air di Bali beberapa waktu lalu. ‘Pemerintah memang harus memacu semangat rakyatnya,’ ucapnya.

Menurut mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu, perusahaannya akan menggandeng Proton untuk mengembangkan industri otomotif di Indonesia. Kerjasama itu mencakup research and development atau penelitian dan pengembangan, produksi mobil, jaringan pemasaran, hingga layanan purnajual. ‘Ini industri padat karya, setidaknya akan menyerap 6 ribu tenaga kerja,’ jelasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan bahwa Proton belum tercatat dalam ijin investasi manufaktur. Hingga saat ini, ijin investasi yang dimiliki perusahaan otomotif asal negeri Jiran hanya investasi distributor.

“Kalau Proton untuk ijin investasi manufaktur tidak tercatat. Adanya memang lebih pada distribusi. Hanya dalam koridor itu saja,”ujar Franky di kantornya, kemarin.

Franky melanjutkan, terkait kerjasama antara Proton dan perusahaan milik Hendropriyono tersebut yang berniat melakukan investasi manufaktur, maka keduanya harus mendapatkan ijin dari pihaknya. Sebab, status investasi tersebut Penanaman Modal Asing (PMA). “Kalau itu mereka (keduanya) harus lapor. Karena statusnya kan PMA,”kata Franky. (owi/ken/wir)

AFP PHOTO / MOHD RASFAN Jokowi dalam kunjungan ke Malaysia.
AFP PHOTO / MOHD RASFAN
Jokowi dalam kunjungan ke Malaysia.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Polemik seputar mobil nasional (mobnas) Proton terus bergulir. Banyak telunjuk lantas mengarah ke Presiden Joko Widodo (Jokowi), menanyakan komitmennya pada pengembangan produk asli dalam negeri.

Jokowi pun mencoba meluruskan isu yang simpang siur. Menurut dia, penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Proton Holdings Bhd dan PT Adiperkasa Citra Lestari, tidak melibatkan pemerintah Malaysia dan Indonesia. ‘Itu business to business (kerjasama antar perusahaan),’ ujarnya sebagaimana keterangan resmi yang dirilis Sekretariat Kabinet kemarin (9/2).

Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi di sela kunjungannya di Manila, Filipina, yang merupakan rangkaian lawatan ke tiga negara, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina. Tengah malam tadi, Jokowi baru tiba di Tanah Air.

Jokowi menyebut, kehadirannya dalam penandatanganan MoU dua perusahaan tersebut dalam rangka memenuhi undangan oleh mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad dan PM Malaysia saat ini, Najib Tun Abdul Razak. ‘Saya diundang Doktor Mahathir dan Pak PM Najib, makanya saya datang,’ katanya.

Lalu, apakah benar Proton akan digandeng PT Adiperkasa Citra Lestari untuk memproduksi mobil nasional (mobnas) di Indonesia” Menurut Jokowi, program Mobnas butuh persiapan matang. Bahkan, studi kelayakan pun belum dilakukan oleh Proton dan ACL. ‘Jadi sama sekali belum siap,’ ucapnya.

Mantan walikota Solo yang pernah mempopulerkan mobil Esemka itu mengakui, dirinya pun tidak mengetahui detil kerjasama yang akan dilakukan Proton dan ACL karena kerjasama tersebut memang murni antara dua perusahaan. Sehingga, masih jauh jika dikaitkan dengan program mobil nasional. ‘Ditanyakan saja ke sana (pihak ACL, Red),’ ujarnya.

Yang jelas, lanjut Jokowi, pemerintah akan mendukung siapa saja pelaku usaha yang ingin berinvestasi di Indonesia. Karena itu, rencana investasi Proton dari Malaysia, ataupun produsen otomotif lain dari Korea, Jepang, maupun negara-negara lain akan disambut positif. ‘Sebab, kita memang butuh investasi,’ katanya.

A.M. Hendropriyono selaku chairman PT Adiperkasa Citra Lestari mengakui, penandatanganan MoU perusahaannya dengan Proton merupakan kerjasama antara dua perusahaan yang bersifat business to business. ‘Kami swasta, Proton kini juga swasta,’ ujarnya.

Kehadiran Presiden Jokowi dan PM Malaysia Najib Razak dalam penandatanganan MoU tersebut, kata dia, merupakan bentuk kepedulian kedua pimpinan pada kerjasama bisnis pelaku usaha dari masing-masing negara. Dia pun mencontohkan kehadiran Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama saat penandatanganan pembelian pesawat Boeing oleh Lion Air di Bali beberapa waktu lalu. ‘Pemerintah memang harus memacu semangat rakyatnya,’ ucapnya.

Menurut mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu, perusahaannya akan menggandeng Proton untuk mengembangkan industri otomotif di Indonesia. Kerjasama itu mencakup research and development atau penelitian dan pengembangan, produksi mobil, jaringan pemasaran, hingga layanan purnajual. ‘Ini industri padat karya, setidaknya akan menyerap 6 ribu tenaga kerja,’ jelasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan bahwa Proton belum tercatat dalam ijin investasi manufaktur. Hingga saat ini, ijin investasi yang dimiliki perusahaan otomotif asal negeri Jiran hanya investasi distributor.

“Kalau Proton untuk ijin investasi manufaktur tidak tercatat. Adanya memang lebih pada distribusi. Hanya dalam koridor itu saja,”ujar Franky di kantornya, kemarin.

Franky melanjutkan, terkait kerjasama antara Proton dan perusahaan milik Hendropriyono tersebut yang berniat melakukan investasi manufaktur, maka keduanya harus mendapatkan ijin dari pihaknya. Sebab, status investasi tersebut Penanaman Modal Asing (PMA). “Kalau itu mereka (keduanya) harus lapor. Karena statusnya kan PMA,”kata Franky. (owi/ken/wir)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/