29 C
Medan
Friday, January 31, 2025

Bulog Sumut Terima 10.000 Ton Lagi Beras Impor

Ia menambahkan, di petani binaan Bulog ada proses pemeliharaan kualitas beras setiap dua sampai tiga bulan sekali. Salah satu tujuannya untuk menghilangkan kutu dalam beras.

Sementara, pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan, sebenarnya yang menjadi masalah itu ketika membuat kebijakan (impor) tidak memiliki data yang valid atau akurat. Banyak pihak yang menyebutkan surplus beras, tetapi faktanya tidak demikian. Hal itu bisa dilihat dari harga beras yang saat ini masih terbilang mahal.

“Kalau banyak pihak yang memperdebatkan kita itu surplus beras dan memasuki musim panen, tapi kenapa harga berasnya masih mahal. Maka dari itu, ini menjadi suatu pertanyaan besar. Sebab, bila dilihat berdasarkan hukum ekonomi bahwa ketika harga beras naik disebabkan tingginya permintaan berarti stok tidak ada. Itulah mekanisme pasar yang terjadi selama ini,” ujarnya.

Disampaikan Gunawan, selama ini tidak ada mencari tahu faktor penyebab pasti dan terperinci dari masalah kenaikan harga beras. Apakah itu dikarenakan panennya atau distribusi pasokan, tidak ada record yang membicarakan detail mengenai hal tersebut. Sehingga, dengan demikian pemerintah mengambil kebijakan untuk impor beras.

“Perlu diketahui, saat ini sedang masuk musim panen di daerah Tanjung Ledong, Kabupaten Asahan. Akan tetapi, harga beras justru masih naik sekitar Rp500 hingga Rp1.000 jenis beras medium ke atas. Jadi, lagi-lagi timbul pertanyaan dimana masalah sebenarnya,” cetus Gunawan.

Meski demikian, ia mengakui memang pasokan kebutuhan beras Sumut itu sendiri tidak berasal dari Sumut. Melainkan juga, dari Aceh dan Cianjur. “Pada dasarnya, jika harga beras di bawah HET maka bisa dikatakan surplus beras,” pungkasnya. (ris/ram)

 

Ia menambahkan, di petani binaan Bulog ada proses pemeliharaan kualitas beras setiap dua sampai tiga bulan sekali. Salah satu tujuannya untuk menghilangkan kutu dalam beras.

Sementara, pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan, sebenarnya yang menjadi masalah itu ketika membuat kebijakan (impor) tidak memiliki data yang valid atau akurat. Banyak pihak yang menyebutkan surplus beras, tetapi faktanya tidak demikian. Hal itu bisa dilihat dari harga beras yang saat ini masih terbilang mahal.

“Kalau banyak pihak yang memperdebatkan kita itu surplus beras dan memasuki musim panen, tapi kenapa harga berasnya masih mahal. Maka dari itu, ini menjadi suatu pertanyaan besar. Sebab, bila dilihat berdasarkan hukum ekonomi bahwa ketika harga beras naik disebabkan tingginya permintaan berarti stok tidak ada. Itulah mekanisme pasar yang terjadi selama ini,” ujarnya.

Disampaikan Gunawan, selama ini tidak ada mencari tahu faktor penyebab pasti dan terperinci dari masalah kenaikan harga beras. Apakah itu dikarenakan panennya atau distribusi pasokan, tidak ada record yang membicarakan detail mengenai hal tersebut. Sehingga, dengan demikian pemerintah mengambil kebijakan untuk impor beras.

“Perlu diketahui, saat ini sedang masuk musim panen di daerah Tanjung Ledong, Kabupaten Asahan. Akan tetapi, harga beras justru masih naik sekitar Rp500 hingga Rp1.000 jenis beras medium ke atas. Jadi, lagi-lagi timbul pertanyaan dimana masalah sebenarnya,” cetus Gunawan.

Meski demikian, ia mengakui memang pasokan kebutuhan beras Sumut itu sendiri tidak berasal dari Sumut. Melainkan juga, dari Aceh dan Cianjur. “Pada dasarnya, jika harga beras di bawah HET maka bisa dikatakan surplus beras,” pungkasnya. (ris/ram)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/