25 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

PTPN 3 Sediakan Rp10 M untuk Peternakan

Melirik Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangke

MEDAN- Selain membangun kawasan industri kelapa sawit Sei Mangke, PTPN 3 juga akan menyediakan lahan peternakan sapi di daerah tersebut. Karena mayoritas penduduk di daerah sekitar Sei Mangke banyak yang beternak sapi.

“Kita sediakan lahan untuk ternak, karena dari penelitian kita, kurang lebih 5000 sapi ada di daerah tersebut,” ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN 3 Khairul Muluk, saat ditemui baru-baru ini.
Dengan terbukanya lahan ternak ini, sebutnya, akan mempermudah masyarakat setempat untuk menjaga dan memelihara ternak mereka, sehingga tidak perlu berkeliaran di sekitar perkebunan. “Nantinya kita akan sebut program ini dengan SaSa (Sapi Sawit),” tambah Khairul.

Rencananya, sekitar 100 Ha lahan akan disediakan untuk kandang sapi, dengan dana yang dikeluarkan sekitar Rp10 M, maka program SaSa ini dapat meningkatkan pengetahuan dan taraf hidup masyarakat setempat. Cara satu-satunya dalam pemberian makanan bagi sapi. “Biasanya, sapi akan sembarangan makan rumput atau dedaunan, tetapi di SaSa, sapi akan makan ampas PKM (Palm Kenel Meal),” tambah Khairul.

Walaupun merupakan ampas PKM, lanjutnya, tetapi ampas tersebut mengandung protein, mineral, dan lemak yang tinggi. PKM sendiri merupakan ampas dari inti sawit. Jadi, selain proses pengembangan sapi, SaSa juga menjadi program penggemukkan sapi.

Seperti diketahui, kehadiran ternak dalam perkebunan sudah menjadi kewajaran, padahal ini memberikan kerugian bagi perkebunan. Misalnya, daun yang dimakan oleh ternak, yang ditengarai mempercepat sebaran hama ganoderma di areal perkebunan dan menurunkan produksi dan produktifitas kebun. “Karena itu, untuk menghindari hal tersebut, kita menyediakan lahan khusus ternak penduduk. Dengan lahan yang disediakan, maka memungkinkan setiap keluarga di daerah itu bisa memelihara sapi 15-20 ekor,” paparnya.

Program SaSa ini, sebutnya, bukan hanya mengguntungkan pihak PTPN3, tetapi juga penduduk. Dan dengan program penggemukan sapi, dapat memenuhi kebutuhan sapi, sehingga tidak perlu lagi untuk impor daging sapi.  Nantinya, masyarakat hanya akan membayar uang sewa untuk kandang saja. Dalam hal ini, pihak PTPN3 dan penduduk akan duduk bersama guna mendapatkan kata sepakat. “Kita usahakan untuk duduk bersama, sehingga mendapatkan kata sepakat,” ungkap Khairul.

Sementara itu, untuk saat ini, mengubah Sei Mangke menjadi KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) hampir final, hanya tinggal menunggu Kepres. “Kita sudah 95 persen untuk KEK, sisanya 5 persen tinggal Kepres, semoga tahun ini dapat keluar,” sambung Direktur Utama PTPN3 Amri Siregar.

Sementara itu, Dekan Ekonomi USU Jhon Tafbu Ritonga menambahkan, banyak alasan menjadikan Sei Mangke sebagai KEK. Salah satunya, sistem perekonomian yang saat ini harus disesuaikan dengan Sumber Daya Alam (SDA). “SDA menjadi faktor penting dalam perekonomian, dan Sei Mangke memiliki hal tersebut, jadi pantas bila dijadikan KEK,” ungkapnya saat ditemui terpisah.

Kawasan Sei Mangke yang dekat dengan kebun sawit dan karet, katanya, mempermudah dan mempermurah biaya transportasi. Selain itu, Sei Mangke juga sangat dekat dengan pelabuhan Kuala Tanjung yang terletak di Kabupaten Batubara (38 Km).

Sementara keuntungan untuk berinvstasi di Sei Mangke adalah bebas fiskal, dan peraturan dalam 1 pintu. “Kemudahan inilah yang menjadi daya tarik berinvestasi di Sei mangke,” tutp Khairul. (ram)

Melirik Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangke

MEDAN- Selain membangun kawasan industri kelapa sawit Sei Mangke, PTPN 3 juga akan menyediakan lahan peternakan sapi di daerah tersebut. Karena mayoritas penduduk di daerah sekitar Sei Mangke banyak yang beternak sapi.

“Kita sediakan lahan untuk ternak, karena dari penelitian kita, kurang lebih 5000 sapi ada di daerah tersebut,” ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN 3 Khairul Muluk, saat ditemui baru-baru ini.
Dengan terbukanya lahan ternak ini, sebutnya, akan mempermudah masyarakat setempat untuk menjaga dan memelihara ternak mereka, sehingga tidak perlu berkeliaran di sekitar perkebunan. “Nantinya kita akan sebut program ini dengan SaSa (Sapi Sawit),” tambah Khairul.

Rencananya, sekitar 100 Ha lahan akan disediakan untuk kandang sapi, dengan dana yang dikeluarkan sekitar Rp10 M, maka program SaSa ini dapat meningkatkan pengetahuan dan taraf hidup masyarakat setempat. Cara satu-satunya dalam pemberian makanan bagi sapi. “Biasanya, sapi akan sembarangan makan rumput atau dedaunan, tetapi di SaSa, sapi akan makan ampas PKM (Palm Kenel Meal),” tambah Khairul.

Walaupun merupakan ampas PKM, lanjutnya, tetapi ampas tersebut mengandung protein, mineral, dan lemak yang tinggi. PKM sendiri merupakan ampas dari inti sawit. Jadi, selain proses pengembangan sapi, SaSa juga menjadi program penggemukkan sapi.

Seperti diketahui, kehadiran ternak dalam perkebunan sudah menjadi kewajaran, padahal ini memberikan kerugian bagi perkebunan. Misalnya, daun yang dimakan oleh ternak, yang ditengarai mempercepat sebaran hama ganoderma di areal perkebunan dan menurunkan produksi dan produktifitas kebun. “Karena itu, untuk menghindari hal tersebut, kita menyediakan lahan khusus ternak penduduk. Dengan lahan yang disediakan, maka memungkinkan setiap keluarga di daerah itu bisa memelihara sapi 15-20 ekor,” paparnya.

Program SaSa ini, sebutnya, bukan hanya mengguntungkan pihak PTPN3, tetapi juga penduduk. Dan dengan program penggemukan sapi, dapat memenuhi kebutuhan sapi, sehingga tidak perlu lagi untuk impor daging sapi.  Nantinya, masyarakat hanya akan membayar uang sewa untuk kandang saja. Dalam hal ini, pihak PTPN3 dan penduduk akan duduk bersama guna mendapatkan kata sepakat. “Kita usahakan untuk duduk bersama, sehingga mendapatkan kata sepakat,” ungkap Khairul.

Sementara itu, untuk saat ini, mengubah Sei Mangke menjadi KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) hampir final, hanya tinggal menunggu Kepres. “Kita sudah 95 persen untuk KEK, sisanya 5 persen tinggal Kepres, semoga tahun ini dapat keluar,” sambung Direktur Utama PTPN3 Amri Siregar.

Sementara itu, Dekan Ekonomi USU Jhon Tafbu Ritonga menambahkan, banyak alasan menjadikan Sei Mangke sebagai KEK. Salah satunya, sistem perekonomian yang saat ini harus disesuaikan dengan Sumber Daya Alam (SDA). “SDA menjadi faktor penting dalam perekonomian, dan Sei Mangke memiliki hal tersebut, jadi pantas bila dijadikan KEK,” ungkapnya saat ditemui terpisah.

Kawasan Sei Mangke yang dekat dengan kebun sawit dan karet, katanya, mempermudah dan mempermurah biaya transportasi. Selain itu, Sei Mangke juga sangat dekat dengan pelabuhan Kuala Tanjung yang terletak di Kabupaten Batubara (38 Km).

Sementara keuntungan untuk berinvstasi di Sei Mangke adalah bebas fiskal, dan peraturan dalam 1 pintu. “Kemudahan inilah yang menjadi daya tarik berinvestasi di Sei mangke,” tutp Khairul. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/