26 C
Medan
Saturday, February 22, 2025
spot_img

Calo Gas Harus Hilang

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
TABUNG GAS: Seorang pekerja menyusun tabung gas elpiji 3 Kg di salah satu distributor yang berada di Jalan Brigjen Katamso Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Harga gas di Indonesia masih sangat mahal dibanding negara tetangga. Salah satu penyebab, masih beroperasinya trader gas tanpa fasilitas yang menguasai alokasi gas. Calo gas harus diberangus supaya harga gas tidak lagi selangit. Salah satunya, yang ada di Medan, Sumatera Utara.

Saat ini, sudah menjadi rahasia umum kalau industri di Medan harus membayar gas dengan harga mahal. Salah satu yang dikeluhkan adalah, Pertagas Niaga karena mengutip harga USD 1,55 per MMBTU. Angka itu dianggap terlalu tinggi karena anak usaha Pertamina itu tidak memiliki pipa gas.

Ketua Komisi B DPRD Sumatera Utara, Roby Agusman Harahap mengatakan, hal seperti itu harusnya tidak boleh terjadi. Sebab, tanpa ada infrastruktur berarti mirip dengan calo. ’’Industri di Medan sudah lama mengeluhkan ini. Pemerintah tidak boleh kalah dengan calo gas,’’ terangnya.

Wakil Ketua Komisi B, Jenny Luciana Berutu berharap agar pemerintah bisa memperbaiki tata kelola gas bumi. Terutama, terkait dengan masalah alokasi gas bumi. Dia menganggap kalau Kementerian ESDM sudah terlalu lama memberikan alokasi gas ke badan usaha yang tidak punya infrastruktur.

’’Di Medan, ada PGN yang punya pipa gas langsung ke industri. Tapi tidak dapat alokasi gas,’’ terangnya. Kondisi itu, disebutnya makin buruk karena ada praktek ilegal penjualan LNG (gas alam cair). Diungkapkannya, ada badan usaha yang menjual LNG pakai truk tanpa izin.

Dia meminta agar aktivitas ilegal itu dihentikan karena merugikan. Apalagi, Pertamina sudah mati-matian membangun pipa gas dari Arun ke Belawan ratusan kilometer. ’’Ada truk LNG, pipa tersebut nggak kepakai, ngapain dulu pemerintah minta pipa gas Arun-Belawan dibangun,’’ keluhnya. (jpg/ram)

 

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
TABUNG GAS: Seorang pekerja menyusun tabung gas elpiji 3 Kg di salah satu distributor yang berada di Jalan Brigjen Katamso Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Harga gas di Indonesia masih sangat mahal dibanding negara tetangga. Salah satu penyebab, masih beroperasinya trader gas tanpa fasilitas yang menguasai alokasi gas. Calo gas harus diberangus supaya harga gas tidak lagi selangit. Salah satunya, yang ada di Medan, Sumatera Utara.

Saat ini, sudah menjadi rahasia umum kalau industri di Medan harus membayar gas dengan harga mahal. Salah satu yang dikeluhkan adalah, Pertagas Niaga karena mengutip harga USD 1,55 per MMBTU. Angka itu dianggap terlalu tinggi karena anak usaha Pertamina itu tidak memiliki pipa gas.

Ketua Komisi B DPRD Sumatera Utara, Roby Agusman Harahap mengatakan, hal seperti itu harusnya tidak boleh terjadi. Sebab, tanpa ada infrastruktur berarti mirip dengan calo. ’’Industri di Medan sudah lama mengeluhkan ini. Pemerintah tidak boleh kalah dengan calo gas,’’ terangnya.

Wakil Ketua Komisi B, Jenny Luciana Berutu berharap agar pemerintah bisa memperbaiki tata kelola gas bumi. Terutama, terkait dengan masalah alokasi gas bumi. Dia menganggap kalau Kementerian ESDM sudah terlalu lama memberikan alokasi gas ke badan usaha yang tidak punya infrastruktur.

’’Di Medan, ada PGN yang punya pipa gas langsung ke industri. Tapi tidak dapat alokasi gas,’’ terangnya. Kondisi itu, disebutnya makin buruk karena ada praktek ilegal penjualan LNG (gas alam cair). Diungkapkannya, ada badan usaha yang menjual LNG pakai truk tanpa izin.

Dia meminta agar aktivitas ilegal itu dihentikan karena merugikan. Apalagi, Pertamina sudah mati-matian membangun pipa gas dari Arun ke Belawan ratusan kilometer. ’’Ada truk LNG, pipa tersebut nggak kepakai, ngapain dulu pemerintah minta pipa gas Arun-Belawan dibangun,’’ keluhnya. (jpg/ram)

 

spot_img

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

spot_imgspot_imgspot_img

Artikel Terbaru

/