26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bank Syariah BUMN Bakal Merger

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah mulai membahas rencana merger bank syariah entitas badan usaha milik negara (BUMN). Merger tersebut akan dilakukan PT Bank BNI Syariah dengan unit usaha syariah (UUS) milik PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), yaitu BTN Syariah.

Hal itu membuat PT Bank Syariah Mandiri (BSM) harus bersiap menghadapi persaingan yang diprediksi makin ketat.

’’Persaingan bakal makin seru. Artinya, kalau nanti sama-sama jadi BUKU (bank umum kelompok usaha) 3, kami harus siap menghadapinya,’’ kata Komisaris Utama BSM Mulya Effendi Siregar, Jumat (8/12).

Saat ini, BSM merupakan satu-satunya bank syariah yang berstatus BUKU 3. Modal intinya mencapai Rp 7 triliun.

Sementara itu, BNI Syariah merupakan BUKU 2 dengan modal inti Rp 2,69 triliun.

Induk usaha BNI Syariah, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), berencana menyuntikkan modal tambahan Rp 1 triliun.

Di sisi lain, BTN Syariah belum menjadi bank umum syariah (BUS).

Jika BNI Syariah dan BTN Syariah bergabung, diharapkan BNI Syariah menjadi induk usaha dari BTN Syariah.

Keduanya lantas ditargetkan ’’naik kelas’’ menjadi BUKU 3. Secara tidak langsung, BSM akan mendapat pesaing baru.

Menurut Mulya, BSM saat ini bersiap menerima suntikan modal dari induk usahanya, PT Bank Mandiri Tbk.

Tujuannya, memperkuat buffering BSM dalam menyalurkan pembiayaan.

’’Bank Mandiri sudah memperoleh persetujuan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk menambah modal BSM Rp 500 miliar,’’ ujarnya.

Dalam jangka menengah, dia berharap BSM bisa ’’naik kelas’’ menjadi BUKU 4 ketika nanti ada BUKU 3 lain.

Saat ini BSM masih berfokus pada peningkatan modal yang bakal memperkuat rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan.

CAR BSM yang saat ini 14 persen akan naik menjadi 16,5 persen seiring penambahan modal.

Dengan CAR yang lebih kuat, BSM menargetkan pertumbuhan pembiayaan 12 persen secara year-on-year (yoy) tahun depan.

Hingga kuartal ketiga tahun ini, pertumbuhan pembiayaan BSM tercatat 10,23 persen (yoy). (rin/c14/fal/jpnn/ram)

 

 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah mulai membahas rencana merger bank syariah entitas badan usaha milik negara (BUMN). Merger tersebut akan dilakukan PT Bank BNI Syariah dengan unit usaha syariah (UUS) milik PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), yaitu BTN Syariah.

Hal itu membuat PT Bank Syariah Mandiri (BSM) harus bersiap menghadapi persaingan yang diprediksi makin ketat.

’’Persaingan bakal makin seru. Artinya, kalau nanti sama-sama jadi BUKU (bank umum kelompok usaha) 3, kami harus siap menghadapinya,’’ kata Komisaris Utama BSM Mulya Effendi Siregar, Jumat (8/12).

Saat ini, BSM merupakan satu-satunya bank syariah yang berstatus BUKU 3. Modal intinya mencapai Rp 7 triliun.

Sementara itu, BNI Syariah merupakan BUKU 2 dengan modal inti Rp 2,69 triliun.

Induk usaha BNI Syariah, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), berencana menyuntikkan modal tambahan Rp 1 triliun.

Di sisi lain, BTN Syariah belum menjadi bank umum syariah (BUS).

Jika BNI Syariah dan BTN Syariah bergabung, diharapkan BNI Syariah menjadi induk usaha dari BTN Syariah.

Keduanya lantas ditargetkan ’’naik kelas’’ menjadi BUKU 3. Secara tidak langsung, BSM akan mendapat pesaing baru.

Menurut Mulya, BSM saat ini bersiap menerima suntikan modal dari induk usahanya, PT Bank Mandiri Tbk.

Tujuannya, memperkuat buffering BSM dalam menyalurkan pembiayaan.

’’Bank Mandiri sudah memperoleh persetujuan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk menambah modal BSM Rp 500 miliar,’’ ujarnya.

Dalam jangka menengah, dia berharap BSM bisa ’’naik kelas’’ menjadi BUKU 4 ketika nanti ada BUKU 3 lain.

Saat ini BSM masih berfokus pada peningkatan modal yang bakal memperkuat rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan.

CAR BSM yang saat ini 14 persen akan naik menjadi 16,5 persen seiring penambahan modal.

Dengan CAR yang lebih kuat, BSM menargetkan pertumbuhan pembiayaan 12 persen secara year-on-year (yoy) tahun depan.

Hingga kuartal ketiga tahun ini, pertumbuhan pembiayaan BSM tercatat 10,23 persen (yoy). (rin/c14/fal/jpnn/ram)

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/