29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Gas 3 Kg Langka di Belawan

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
HITUNG: Pekerja sedang menghitung gas Elpiji 3kg yang diturunkan dari truk ke pangkalan di Jalan Tanjung Mulia Medan, Kamis (5/10). Hingga kini, di beberapa daerah di Sumut gas sulit ditemui.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Distribusi gas ukuran 3 kilogram (Kg) yang dipasarkan diatas harga eceran tetap (HET) mengalami kelangkaan di kawasan Kecamatan Medan Belawan, Senin (10/12).

Seorang warga, Simon Barus (49) mengatakan, sejak dua bulan belakangan ini, kesulitan mencari gas 3 kg di pangkalan yang tak jauh dari rumahnya. Pria yang menetap di Gang 13, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan bisa memperoleh gas bersubsidi harus membeli ke pengecer yang dijual diatas harga tetap.

“Kalau istri saya beli gas itu di pangkalan, selalu dibilang habis. Karena, gas itu bukan dijual ke rumah tangga, tapi dijual ke pengecer, sehingga gas yang kita beli di pengecer mahal diatas harga tetap mencapai Rp 21 ribu hingga Rp 22 ribu,” ungkap Simon.

Kelangkaan gas 3 kg yang sulit diperoleh di pangkalan, karena adanya permainan yang dilakukan pengkalan untuk memperoleh untung besar dari pengecer yang akan menjual ke masyarakat.

“Fungsi pangkalan itu bukan menjual ke pengecer, tapi untuk memasarkan ke masyarakat kecil. Buktinya, pangkalan di sebelah rumah saya selalu bilang habis. Kalau pangkalan jual ke pengecer, bisa untung besar dari harga eceran tetap dari untung Rp 2 ribu bisa untung Rp 4 ribu dari pengecer,” beber Simon.

Senada juga dikatakan, Tokoh Pemuda Belawan, Abdul Rahman yang akrab disapa Atan mengungkapkan, berdasarkan data yang diperolehnya, Belawan dengan memiliki 6 kelurahan telah tersebar sebanyak 27 pangkalan gas, artinya secara kuota sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Hanya saja, kata Ketua Karang Taruna Belawan ini, ada dugaan permainan yang dilakukan pangkalan untuk mengambil keuntungan besar sehingga menimbulkan kelangkaan dan harga tinggi di masyarakat. Seharusnya pangkalan memasarkan kepada masyarakat kecil, bukan kepada pengecer, pelaksanaan ini menyelahi aturan.

“Lihatlah di lapangan, pangkalan sekarang lebih prioritas kepada pengecer dan pemilik usaha, jadi masyarakat yang jadi korban. Kita minta kepada Pertamina untuk tegas melakuka pengawasan agar memerintahkan kepada agen menindak pangkalan nakal. Kalau ini dibiarkan terus, maka masyarakat bakal menjerit dengan harga tinggi dan kelangkaan yang terjadi,” tegas Atan.

Menyikapi itu, Manager Humas PT Pertamina, Rudi Arifianto menegaskan, fungsi pangkalan adalah untuk memasarkan gas 3 kg kepada masyarakat miskin dan usaha menengah ke bawah, bukan kepada pengecer. Hal itu sudah menyalahi, untuk itu pihaknya meminta kepada masyarakat untuk melaporkan secara online dan call center PT Pertamina.

“Silahkan laporkan, kalau ada pangkalan nakal. Apa nama pangkalannya dan pelanggaran apa yang dilakukan, bila terbukti akan segera kita tindak. Selama ini, distribusi gas sudah sesuai kuota, bahkan kita tidak pernah mengurangi kuota, yang ada penambahan,” ungkap Rudi.

Dijelaskan Rudi, selama ini Pertamina tegas menindak indikasi pelanggaran di lapangan, hanya saja mengharapkan kordinasi fungsi pengawasan dari pemerintah setempat dan aparat kepolisian ikut turun tangan. Agar, ditindak sesuai undang-undang migas.

“Kita selama ini terus melakukan pengawasan, hanya saja tugas pokok kita adalah pendistribusian untuk menyalurkan kepada masyarakat, makanya perlu adanya kerja sama dengan masyarakat dan pihak melakukan pengawsan terhadap pelanggaran di lapangan, kalau ada penjualan di luar harga tetap dan penyalahgunaan gas untuk komersil, silahkan laporkan untuk segera dilakukan penindakan,” ujar Rudi. (fac/ram)

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
HITUNG: Pekerja sedang menghitung gas Elpiji 3kg yang diturunkan dari truk ke pangkalan di Jalan Tanjung Mulia Medan, Kamis (5/10). Hingga kini, di beberapa daerah di Sumut gas sulit ditemui.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Distribusi gas ukuran 3 kilogram (Kg) yang dipasarkan diatas harga eceran tetap (HET) mengalami kelangkaan di kawasan Kecamatan Medan Belawan, Senin (10/12).

Seorang warga, Simon Barus (49) mengatakan, sejak dua bulan belakangan ini, kesulitan mencari gas 3 kg di pangkalan yang tak jauh dari rumahnya. Pria yang menetap di Gang 13, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan bisa memperoleh gas bersubsidi harus membeli ke pengecer yang dijual diatas harga tetap.

“Kalau istri saya beli gas itu di pangkalan, selalu dibilang habis. Karena, gas itu bukan dijual ke rumah tangga, tapi dijual ke pengecer, sehingga gas yang kita beli di pengecer mahal diatas harga tetap mencapai Rp 21 ribu hingga Rp 22 ribu,” ungkap Simon.

Kelangkaan gas 3 kg yang sulit diperoleh di pangkalan, karena adanya permainan yang dilakukan pengkalan untuk memperoleh untung besar dari pengecer yang akan menjual ke masyarakat.

“Fungsi pangkalan itu bukan menjual ke pengecer, tapi untuk memasarkan ke masyarakat kecil. Buktinya, pangkalan di sebelah rumah saya selalu bilang habis. Kalau pangkalan jual ke pengecer, bisa untung besar dari harga eceran tetap dari untung Rp 2 ribu bisa untung Rp 4 ribu dari pengecer,” beber Simon.

Senada juga dikatakan, Tokoh Pemuda Belawan, Abdul Rahman yang akrab disapa Atan mengungkapkan, berdasarkan data yang diperolehnya, Belawan dengan memiliki 6 kelurahan telah tersebar sebanyak 27 pangkalan gas, artinya secara kuota sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Hanya saja, kata Ketua Karang Taruna Belawan ini, ada dugaan permainan yang dilakukan pangkalan untuk mengambil keuntungan besar sehingga menimbulkan kelangkaan dan harga tinggi di masyarakat. Seharusnya pangkalan memasarkan kepada masyarakat kecil, bukan kepada pengecer, pelaksanaan ini menyelahi aturan.

“Lihatlah di lapangan, pangkalan sekarang lebih prioritas kepada pengecer dan pemilik usaha, jadi masyarakat yang jadi korban. Kita minta kepada Pertamina untuk tegas melakuka pengawasan agar memerintahkan kepada agen menindak pangkalan nakal. Kalau ini dibiarkan terus, maka masyarakat bakal menjerit dengan harga tinggi dan kelangkaan yang terjadi,” tegas Atan.

Menyikapi itu, Manager Humas PT Pertamina, Rudi Arifianto menegaskan, fungsi pangkalan adalah untuk memasarkan gas 3 kg kepada masyarakat miskin dan usaha menengah ke bawah, bukan kepada pengecer. Hal itu sudah menyalahi, untuk itu pihaknya meminta kepada masyarakat untuk melaporkan secara online dan call center PT Pertamina.

“Silahkan laporkan, kalau ada pangkalan nakal. Apa nama pangkalannya dan pelanggaran apa yang dilakukan, bila terbukti akan segera kita tindak. Selama ini, distribusi gas sudah sesuai kuota, bahkan kita tidak pernah mengurangi kuota, yang ada penambahan,” ungkap Rudi.

Dijelaskan Rudi, selama ini Pertamina tegas menindak indikasi pelanggaran di lapangan, hanya saja mengharapkan kordinasi fungsi pengawasan dari pemerintah setempat dan aparat kepolisian ikut turun tangan. Agar, ditindak sesuai undang-undang migas.

“Kita selama ini terus melakukan pengawasan, hanya saja tugas pokok kita adalah pendistribusian untuk menyalurkan kepada masyarakat, makanya perlu adanya kerja sama dengan masyarakat dan pihak melakukan pengawsan terhadap pelanggaran di lapangan, kalau ada penjualan di luar harga tetap dan penyalahgunaan gas untuk komersil, silahkan laporkan untuk segera dilakukan penindakan,” ujar Rudi. (fac/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/