JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah berencana membatasi pembangunan pabrik semen. Kebijakan itu diambil untuk menyikapi oversupply atau kelebihan pasokan semen domestik. Pembatasan tersebut dilakukan dalam jangka waktu 3 tahun mendatang.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyatakan, pembangunan pabrik semen dibatasi hingga kebutuhan semen mencapai 80 juta ton. ”Mekanisme secara jelasnya masih belum dipastikan apakah moratorium atau seperti apa. Masih kami diskusikan,” ujarnya setelah perayaan HUT Ke-4 PT Semen Indonesia di Gresik, Jawa Timur, kemarin (9/1).
Menperin menyebutkan, kapasitas terpasang industri semen di dalam negeri tahun ini mencapai 102 juta ton. Kebutuhan semen hanya 65 juta ton. ”Dibutuhkan waktu sekitar 3 tahun agar konsumsi semen bisa berada di angka 80 juta ton,” katanya.
Dia menjelaskan, selain menggenjot permintaan di sektor ritel, regulator mendorong investasi di sektor industri untuk memacu permintaan semen dalam negeri. Selain itu, pihaknya meniadakan impor clinker (bahan utama semen) lantaran sudah terpenuhi lokal.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengungkapkan, pihaknya sejak lama meminta pemerintah melakukan moratorium terhadap pendirian pabrik semen. ”Oversupply semen di dalam negeri telah mencapai 25-30 persen dari konsumsi yang mencapai 65 juta ton. Untuk menyeimbangkan utilisasi, banyak produsen yang melakukan ekspor,” terangnya. Ekspor semen dari Indonesia pada 2016 pun meningkat hingga 50 persen.
PT Semen Indonesia Tbk menyetujui rencana pembatasan pembangunan pabrik tersebut. Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk Agung Wiharto menuturkan bahwa kelebihan pasokan semen tidak dialami perseroan. ”Utilisasi kami hampir 100 persen. Dengan kapasitas terpasang 30 juta ton, penjualan bisa mencapai 29,2 juta ton,” jelasnya.
Selama ini kelebihan pasokan terbesar terjadi di Jawa. Kebutuhan semen di Jawa mencapai 35 juta ton. Total produksi semen di pulau tersebut berkapasitas 52,6 juta ton. Dia mengungkapkan bahwa beberapa daerah bahkan masih kekurangan pasokan seperti wilayah Nusa Tenggara, Halmahera, dan Papua yang tidak memiliki pabrik semen. Selain itu, pembatasan tidak berlaku bagi pabrik yang siap beroperasi.
Semen Indonesia tahun ini terus melanjutkan proyek perseroan. Yakni, pembangunan pabrik di Aceh, Kupang, maupun mengoÂperasikan pabrik semen di Indarung dan Rembang. ”Kami juga terus memperkuat posisi di kawasan regional dengan pabrik di Vietnam serta ada peluang di Sri Lanka,” ungkap Agung. Beroperasinya pabrik perseroan di Rembang dan Indarung pada tahun ini membuat perseroan menjadi produsen semen terbesar di ASEAN dengan kapasitas produksi sekitar 37,8 juta ton.(jpg/ram)