25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Pemerintah: Bensin Rp6.500, Solar Rp5.500 per liter

JAKARTA- Tanda-tanya terkait berapa besaran kenaikan harga BBM bersubsidi akhirnya terkuak. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alishjabana mengatakan, besaran angka kenaikan harga BBM bersubsidi sudah mengerucut. “Premium (naik) Rp2 ribu (per liter) dan Solar (naik) Rp1 ribu (per liter),” ujarnya saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian kemarin (13/5).
Dengan besaran kenaikan tersebut, bensin/premium bersubsidi yang sekarang Rp4.500 per liter naik menjadi Rp6.500 per liter. Solar bersubsidi yang saat ini Rp4.500 per liter akan naik menjadi Rp5.500 per liter.

Menurut Armida, rencana kenaikan harga BBM bersubsidi akan terus dimatangkan di internal pemerintah melalui forum sidang kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hasil sidang kabinet itulah yang akan dituangkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2013 untuk diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). “Rencananya besok (diserahkan ke DPR),” katanya.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, solar ditetapkan lebih murah mengingat BBM jenis ini banyak digunakan untuk keperluan transportasi, misalnya bus maupun truk pengangkut barang. “Ini menyangkut logistik kita, jadi lebih rendah,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Hatta, solar juga menjadi bahan bakar utama yang dibutuhkan kapal nelayan. Nah, nelayan dinilai masih menjadi masyarakat berpenghasilan rendah sehingga akan memberatkan mereka jika harga Solar naik tinggi. “Jadi, perlu dilindungi,” katanya.

Armida menambahkan, pemerintah juga terus mematangkan program kompensasi untuk masyarakat miskin yang akan terkena imbas kenaikan harga BBM bersubsidi. “Salah satunya melalui BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat),” sebutnya.

BLSM ini merupakan adaptasi dari skema Bantuan Langsung Tunai (BLT), namun hanya diberikan dalam jangka 5 bulan saja, sehingga diberi embel-embel sementara.”Besarnya sekitar Rp 150 ribu (per KK) untuk 15,5 juta rumah tangga sasaran,” jawab Armida.(owi/jpnn)

JAKARTA- Tanda-tanya terkait berapa besaran kenaikan harga BBM bersubsidi akhirnya terkuak. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alishjabana mengatakan, besaran angka kenaikan harga BBM bersubsidi sudah mengerucut. “Premium (naik) Rp2 ribu (per liter) dan Solar (naik) Rp1 ribu (per liter),” ujarnya saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian kemarin (13/5).
Dengan besaran kenaikan tersebut, bensin/premium bersubsidi yang sekarang Rp4.500 per liter naik menjadi Rp6.500 per liter. Solar bersubsidi yang saat ini Rp4.500 per liter akan naik menjadi Rp5.500 per liter.

Menurut Armida, rencana kenaikan harga BBM bersubsidi akan terus dimatangkan di internal pemerintah melalui forum sidang kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hasil sidang kabinet itulah yang akan dituangkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2013 untuk diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). “Rencananya besok (diserahkan ke DPR),” katanya.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, solar ditetapkan lebih murah mengingat BBM jenis ini banyak digunakan untuk keperluan transportasi, misalnya bus maupun truk pengangkut barang. “Ini menyangkut logistik kita, jadi lebih rendah,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Hatta, solar juga menjadi bahan bakar utama yang dibutuhkan kapal nelayan. Nah, nelayan dinilai masih menjadi masyarakat berpenghasilan rendah sehingga akan memberatkan mereka jika harga Solar naik tinggi. “Jadi, perlu dilindungi,” katanya.

Armida menambahkan, pemerintah juga terus mematangkan program kompensasi untuk masyarakat miskin yang akan terkena imbas kenaikan harga BBM bersubsidi. “Salah satunya melalui BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat),” sebutnya.

BLSM ini merupakan adaptasi dari skema Bantuan Langsung Tunai (BLT), namun hanya diberikan dalam jangka 5 bulan saja, sehingga diberi embel-embel sementara.”Besarnya sekitar Rp 150 ribu (per KK) untuk 15,5 juta rumah tangga sasaran,” jawab Armida.(owi/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/