25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Peluang Investasi Kilang Terbuka Lebar

Kilang minyak-Ilustrasi
Kilang minyak-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah terus berusaha menggaet investor yang berminat membangun kilang di Indonesia. Itu dilakukan melalui menyatakan membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin membangun kilang di Indonesia. Pemerintah pun berjanji memberikan insentif bagi Indonesia.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Edy Hermantoro mengatakan, pihaknya terus menawarkan pihak swasta untuk membangun kilang olahan BBM dan petrokimia. Dalam penawaran tersebut, pihaknya juga mengeluarkan komitmen soal insentif mempermudah proyek. Bedanya, pihaknya hanya tak menyediakan lahan proyek.

“Kalau investor punya lahan sendiri, kami akan tawarkan insentif yang sama dengan proyek kilang KPS (Kerjasama Pemerintah Swasta) kali ini. Sehingga, proyeknya bisa ekonomis,” jelasnya kemarin (12/8).

Dia menjelaskan, aspek keekonomian proyek memang menjadi salah satu faktor penting dalam proyek ini. Banyak investor yang urung merealisasikan minatnya karena proyek di Indonesia tak mempunyai insentif untuk membantu keekonomian proyek. “Padahal, pembangunan kilang sangat penting untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Terakhir kali kilang minyak dibangun tahun 70-an,” jelasnya.

Saat ini, kapasitas kilang Indonesia mencapai” 1,1157 juta bph. Antara lain,kilang milik PT Pertamina yaitu kilang Dumai, Sungai Pakning, Plaju, Cepu, Balikpapan, Kasim, Cilacap dan Balongan. Ditambah lagi, kilang milik swasta yaitu Tuban/TPPI dan TWU. “Satu” kilang swasta juga dalam proses pembangunan yaitu TWU II. Kemudian, ada rencana pembangunan kilang RFCC Cilacap,” ungkapnya.

Dia mengaku, Indonesia sampai saat ini memerlukan dua kilang minyak baru untuk mengatasi defisit BBM” 608 ribu bph. Kebutuhan BBM dalam negeri sendiri mencapai 1,257 juta bph.

“Untuk tahun 2015, kapasitas kilang Indonesia diperkirakan mencapai 1,167 juta bph. Kemudian, produksi minyak yang bisa diolah sebesar 719 ribu bph. Dengan kebutuhan BBM sekitar 1,359 juta bph, proyeksi defisit yang terjadi tahun depan 640 ribu bph,” ungkapnya.

Dalam jangka panjang, kapasitas kilang ditargetkan bisa mencapai 2,067 juta bph pada 2025. Sementara itu, produksi minyak yang dapat diolah sekitar 1,384 juta barel. Dengan konsumsi BBM 2,012 juta bph, defisit yang ditargetkan masih bisa dipertahankan di angka 628 juta bph.

Untuk mencapai itu, pemerintah harus menepati target pembangunan kilang baru di Bontang. Edy menerangkan, saat ini memang pihaknya sedang mempersiapakan untuk melangsungkan tahap awal lelang KPS tersebut.

“Kami sedang menetapkan lembaga konsultan internasional. Setelah ditetapkan, kami akan berkoordinasi dengan konsultan internasional terkait spesifikasi teknis kilang. Jika selesai, pemerintah bakal menetapkan dokumen penawaran untuk calon investor. September nanti kami akan mengajak investor untuk meninjau lahan kilang,” ungkapnya. (bil)

Kilang minyak-Ilustrasi
Kilang minyak-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah terus berusaha menggaet investor yang berminat membangun kilang di Indonesia. Itu dilakukan melalui menyatakan membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin membangun kilang di Indonesia. Pemerintah pun berjanji memberikan insentif bagi Indonesia.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Edy Hermantoro mengatakan, pihaknya terus menawarkan pihak swasta untuk membangun kilang olahan BBM dan petrokimia. Dalam penawaran tersebut, pihaknya juga mengeluarkan komitmen soal insentif mempermudah proyek. Bedanya, pihaknya hanya tak menyediakan lahan proyek.

“Kalau investor punya lahan sendiri, kami akan tawarkan insentif yang sama dengan proyek kilang KPS (Kerjasama Pemerintah Swasta) kali ini. Sehingga, proyeknya bisa ekonomis,” jelasnya kemarin (12/8).

Dia menjelaskan, aspek keekonomian proyek memang menjadi salah satu faktor penting dalam proyek ini. Banyak investor yang urung merealisasikan minatnya karena proyek di Indonesia tak mempunyai insentif untuk membantu keekonomian proyek. “Padahal, pembangunan kilang sangat penting untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Terakhir kali kilang minyak dibangun tahun 70-an,” jelasnya.

Saat ini, kapasitas kilang Indonesia mencapai” 1,1157 juta bph. Antara lain,kilang milik PT Pertamina yaitu kilang Dumai, Sungai Pakning, Plaju, Cepu, Balikpapan, Kasim, Cilacap dan Balongan. Ditambah lagi, kilang milik swasta yaitu Tuban/TPPI dan TWU. “Satu” kilang swasta juga dalam proses pembangunan yaitu TWU II. Kemudian, ada rencana pembangunan kilang RFCC Cilacap,” ungkapnya.

Dia mengaku, Indonesia sampai saat ini memerlukan dua kilang minyak baru untuk mengatasi defisit BBM” 608 ribu bph. Kebutuhan BBM dalam negeri sendiri mencapai 1,257 juta bph.

“Untuk tahun 2015, kapasitas kilang Indonesia diperkirakan mencapai 1,167 juta bph. Kemudian, produksi minyak yang bisa diolah sebesar 719 ribu bph. Dengan kebutuhan BBM sekitar 1,359 juta bph, proyeksi defisit yang terjadi tahun depan 640 ribu bph,” ungkapnya.

Dalam jangka panjang, kapasitas kilang ditargetkan bisa mencapai 2,067 juta bph pada 2025. Sementara itu, produksi minyak yang dapat diolah sekitar 1,384 juta barel. Dengan konsumsi BBM 2,012 juta bph, defisit yang ditargetkan masih bisa dipertahankan di angka 628 juta bph.

Untuk mencapai itu, pemerintah harus menepati target pembangunan kilang baru di Bontang. Edy menerangkan, saat ini memang pihaknya sedang mempersiapakan untuk melangsungkan tahap awal lelang KPS tersebut.

“Kami sedang menetapkan lembaga konsultan internasional. Setelah ditetapkan, kami akan berkoordinasi dengan konsultan internasional terkait spesifikasi teknis kilang. Jika selesai, pemerintah bakal menetapkan dokumen penawaran untuk calon investor. September nanti kami akan mengajak investor untuk meninjau lahan kilang,” ungkapnya. (bil)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/