26.7 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

BI, BNM dan BoT Kurangi Dolar

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), dan Bank of Thailand (BoT) berusaha mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Tiga bank sentral itu sudah menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal (local currency settlement framework).

Dengan kesepakatan tersebut, tiga bank sentral itu mendorong transaksi dan investasi dalam mata uang lokal. Selama ini, ketergantungan mata uang pihak ketiga seperti USD, euro (EUR), dan renminbi cukup besar dalam perdagangan antarnegara.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan, inisiatif tersebut merupakan upaya berkelanjutan untuk mendorong penggunaan mata uang rupiah (IDR), ringgit Malaysia (MYR), dan baht Thailand (THB) secara lebih luas. Terutama dalam transaksi perdagangan dan investasi antara ketiga negara.

’’Ini dilakukan supaya ada perluasan currency pada perdagangan dan diversifikasi agar risiko currency terjaga,’’ ujar Agus, Senin (11/12).

Secara rata-rata tahunan, nilai perdagangan Indonesia dan Malaysia pada 2010–2016 mencapai USD 19,5 miliar. Sebanyak USD 9,3 miliar merupakan perdagangan ekspor dan USD 10,2 miliar adalah impor. Indonesia menjalin kerja sama perdagangan senilai USD 14 miliar dengan Thailand pada 2010–2016.

Perinciannya, USD 8,5 miliar adalah perdagangan impor dan sisanya, USD 5,5 miliar, merupakan ekspor.

’’Kalau melihat dari sisi ekspor, 94 persen perdagangan Indonesia masih dilakukan dalam mata uang USD. Dari sisi impor, 78 persen menggunakan USD,’’ jelasnya.

Nah, dengan LCS framework tersebut, diharapkan mata uang untuk transaksi ekspor dan impor di Indonesia bisa lebih beragam.

Untuk operasionalisasi LCS framework IDR-MYR, BI dan BNM menunjuk enam bank di Indonesia dan lima bank di Malaysia.

Bank-bank dari Indonesia adalah BRI, Bank Mandiri, BCA, BNI, CIMB Niaga, dan Maybank Indonesia.

Perwakilan dari Malaysia terdiri atas CIMB Bank, Hong Leong Bank, Malayan Banking, Public Bank, dan RHB Bank.

Sementara itu, untuk operasionalisasi LCS framework IDR-THB, BI dan BoT memilih lima bank di Indonesia dan Thailand.

Di Indonesia, bank yang ditunjuk adalah BRI, Bank Mandiri, BCA, BNI, dan Bangkok Bank.

Thailand menunjuk Bangkok Bank, Bank of Ayudhya, Kasikornbank, Krung Thai Bank, dan Siam Commercial Bank.

’’Rencananya, kerja sama LCS ini ditambah dan diperluas ke sepuluh negara melalui kerja sama perdagangan tertinggi dengan Indonesia. Itu ada Tiongkok, AS, Eropa,’’ kata Agus.

Gubernur BNM Muhammad bin Ibrahim mengungkapkan, perdagangan antara Malaysia dan Thailand telah menggunakan LCS.

Dia berharap masuknya Indonesia dalam kerja sama LCS tersebut bisa membuat hubungan perdagangan antarnegara makin baik.

’’Ini dapat mengurangi biaya dalam berbisnis. Pelaku usaha juga mempunyai banyak pilihan ketika menjalankan bisnisnya,’’ tuturnya. (rin/c14/fal/jpnn/ram)

 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), dan Bank of Thailand (BoT) berusaha mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Tiga bank sentral itu sudah menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal (local currency settlement framework).

Dengan kesepakatan tersebut, tiga bank sentral itu mendorong transaksi dan investasi dalam mata uang lokal. Selama ini, ketergantungan mata uang pihak ketiga seperti USD, euro (EUR), dan renminbi cukup besar dalam perdagangan antarnegara.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan, inisiatif tersebut merupakan upaya berkelanjutan untuk mendorong penggunaan mata uang rupiah (IDR), ringgit Malaysia (MYR), dan baht Thailand (THB) secara lebih luas. Terutama dalam transaksi perdagangan dan investasi antara ketiga negara.

’’Ini dilakukan supaya ada perluasan currency pada perdagangan dan diversifikasi agar risiko currency terjaga,’’ ujar Agus, Senin (11/12).

Secara rata-rata tahunan, nilai perdagangan Indonesia dan Malaysia pada 2010–2016 mencapai USD 19,5 miliar. Sebanyak USD 9,3 miliar merupakan perdagangan ekspor dan USD 10,2 miliar adalah impor. Indonesia menjalin kerja sama perdagangan senilai USD 14 miliar dengan Thailand pada 2010–2016.

Perinciannya, USD 8,5 miliar adalah perdagangan impor dan sisanya, USD 5,5 miliar, merupakan ekspor.

’’Kalau melihat dari sisi ekspor, 94 persen perdagangan Indonesia masih dilakukan dalam mata uang USD. Dari sisi impor, 78 persen menggunakan USD,’’ jelasnya.

Nah, dengan LCS framework tersebut, diharapkan mata uang untuk transaksi ekspor dan impor di Indonesia bisa lebih beragam.

Untuk operasionalisasi LCS framework IDR-MYR, BI dan BNM menunjuk enam bank di Indonesia dan lima bank di Malaysia.

Bank-bank dari Indonesia adalah BRI, Bank Mandiri, BCA, BNI, CIMB Niaga, dan Maybank Indonesia.

Perwakilan dari Malaysia terdiri atas CIMB Bank, Hong Leong Bank, Malayan Banking, Public Bank, dan RHB Bank.

Sementara itu, untuk operasionalisasi LCS framework IDR-THB, BI dan BoT memilih lima bank di Indonesia dan Thailand.

Di Indonesia, bank yang ditunjuk adalah BRI, Bank Mandiri, BCA, BNI, dan Bangkok Bank.

Thailand menunjuk Bangkok Bank, Bank of Ayudhya, Kasikornbank, Krung Thai Bank, dan Siam Commercial Bank.

’’Rencananya, kerja sama LCS ini ditambah dan diperluas ke sepuluh negara melalui kerja sama perdagangan tertinggi dengan Indonesia. Itu ada Tiongkok, AS, Eropa,’’ kata Agus.

Gubernur BNM Muhammad bin Ibrahim mengungkapkan, perdagangan antara Malaysia dan Thailand telah menggunakan LCS.

Dia berharap masuknya Indonesia dalam kerja sama LCS tersebut bisa membuat hubungan perdagangan antarnegara makin baik.

’’Ini dapat mengurangi biaya dalam berbisnis. Pelaku usaha juga mempunyai banyak pilihan ketika menjalankan bisnisnya,’’ tuturnya. (rin/c14/fal/jpnn/ram)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/