30 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Modal Inti BPR Harus Rp3 Miliar

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya menjaga kesehatan industri finansial. Salah satunya, bank perkreditan rakyat (BPR) atau BPR syariah (BPRS). Fundamental BPR menjadi perhatian untuk menghadapi ancaman resesi global.

Kepala Kantor Wilayah OJK Regional IV Jatim Bambang Mukti Riyadi mengatakan, kecukupan modal BPR dan BPRS sebenarnya sudah baik. Rata-rata rasio kecukupan modal (CAR) untuk 258 BPR di provinsi tersebut sudah mencapai 43,59 persen.

“BPRS pun rasionya cukup baik. Sekitar 23,3 persen,” jelasnya dalam evaluasi kinerja BPR-BPRS 2022 Selasa (13/12). Sebagai informasi, CAR dengan angka di atas 12 persen dianggap sudah sangat sehat.

Meski demikian, ancaman perlambatan ekonomi global dapat mengganggu industri finansial. Karena itu, salah satu strategi mempertahankannya adalah menjalankan kembali program penguatan modal inti.

Untuk bank umum, OJK sudah memberikan ultimatum mencapai modal inti sebanyak Rp 3 triliun tahun depan. Sedangkan BPR sendiri harus mencapai Rp 3 miliar tahun ini. Sedangkan, pada 2024, bank skala kecil itu harus punya modal di atas Rp6 miliar.

“Salah satu upaya mitigasi kami adalah menguatkan fundamental. Sehingga, saat ada kejadian tak terduga, BPR yang paling dekat dengan masyarakat ini tidak akan tumbang,” paparnya.

Selain modal, OJK mendorong adanya good governance pada BPR dan BPRS. Artinya, setiap bank harus mempunyai struktur lengkap hingga tata kelola yang baik. Dia mengatakan, proses penting seperti audit harus menjadi salah satu perhatian dari pengelola BPR. (jpc/ram)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya menjaga kesehatan industri finansial. Salah satunya, bank perkreditan rakyat (BPR) atau BPR syariah (BPRS). Fundamental BPR menjadi perhatian untuk menghadapi ancaman resesi global.

Kepala Kantor Wilayah OJK Regional IV Jatim Bambang Mukti Riyadi mengatakan, kecukupan modal BPR dan BPRS sebenarnya sudah baik. Rata-rata rasio kecukupan modal (CAR) untuk 258 BPR di provinsi tersebut sudah mencapai 43,59 persen.

“BPRS pun rasionya cukup baik. Sekitar 23,3 persen,” jelasnya dalam evaluasi kinerja BPR-BPRS 2022 Selasa (13/12). Sebagai informasi, CAR dengan angka di atas 12 persen dianggap sudah sangat sehat.

Meski demikian, ancaman perlambatan ekonomi global dapat mengganggu industri finansial. Karena itu, salah satu strategi mempertahankannya adalah menjalankan kembali program penguatan modal inti.

Untuk bank umum, OJK sudah memberikan ultimatum mencapai modal inti sebanyak Rp 3 triliun tahun depan. Sedangkan BPR sendiri harus mencapai Rp 3 miliar tahun ini. Sedangkan, pada 2024, bank skala kecil itu harus punya modal di atas Rp6 miliar.

“Salah satu upaya mitigasi kami adalah menguatkan fundamental. Sehingga, saat ada kejadian tak terduga, BPR yang paling dekat dengan masyarakat ini tidak akan tumbang,” paparnya.

Selain modal, OJK mendorong adanya good governance pada BPR dan BPRS. Artinya, setiap bank harus mempunyai struktur lengkap hingga tata kelola yang baik. Dia mengatakan, proses penting seperti audit harus menjadi salah satu perhatian dari pengelola BPR. (jpc/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/