30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Indonesia Masih Ketergantungan Gula Impor

KE PABRIK GULA: Petani mengangkat tebu ke atas truk untuk dibawa ke pabrik gula usai panen di Desa Sidodi, Candi, belum lama ini.
SURYANTO/RADAR SIDOARJO

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Hingga beberapa tahun mendatang, Indonesia belum bisa terlepas dari ketergantungan atas impor gula konsumsi. Kenyataan ini lantaran banyak petani yang mengalihkan lahan tebunya ke tanaman lain.

Hal itu diungkapkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita kepada wartawan, Senin (16/1). Menurutnya, selain itu lahan tebu terus menyusut, dan berubah menjadi perumahan.

Enggar menjelaskan, kebutuhan gula konsumsi setiap tahun mencapai 3,2 juta ton. Sedangkan pabrik gula dalam negeri hanya mampu memproduksi 2,2 juta ton. Sementara sisanya sebesar 1 juta ton dipenuhi dari impor

Dia tak dapat memastikan hingga kapan ketergantungan tersebut bahal terjadi. ”Itu belum bisa dicapai karena gula tebu masih kekurangan lahan untuk penanaman,” katanya.

Dia mengatakan, bila ingin menginvestasi dalam bentuk membangun pabrik gula,  berapa pun nilainya tak menjadi soal. ”Mau Rp 1 triliun atau Rp3 triliun, tak masalah,” imbuhnya.

Yang jadi soal, kata Enggar adalah bahan baku. Dia mencontohkan kampungnya di Cirebon yang pernah memiliki 5 pabrik gula, tepatnya di Ciledug, Karangsuwung, Majalenka, dan Kadipaten. Namun berkurang jadi 3. Bahkan kini tinggal 1 pabrik gula.

Alih fungsi lahan tebu, menurut Enggar, tak lepas dari pendapatan petani tebu yang jauh dari layak akibat rendahnya rendemen pabrik gula. Petani disebut tidak mendapatkan imbal yang cukup, hingga rendemennya terkadang ditipu.

Menyikapi soal nasib petani tersebut, Enggar mengatakan pihaknya tengah menyusun roadmap-nya dengan Menko Ekonomi. ”Selain itu lahan tebu sudah jadi real estate,” kata mantan Ketua Real Estate Indonesia (REI) ini. (bbs/yaa)

 

KE PABRIK GULA: Petani mengangkat tebu ke atas truk untuk dibawa ke pabrik gula usai panen di Desa Sidodi, Candi, belum lama ini.
SURYANTO/RADAR SIDOARJO

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Hingga beberapa tahun mendatang, Indonesia belum bisa terlepas dari ketergantungan atas impor gula konsumsi. Kenyataan ini lantaran banyak petani yang mengalihkan lahan tebunya ke tanaman lain.

Hal itu diungkapkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita kepada wartawan, Senin (16/1). Menurutnya, selain itu lahan tebu terus menyusut, dan berubah menjadi perumahan.

Enggar menjelaskan, kebutuhan gula konsumsi setiap tahun mencapai 3,2 juta ton. Sedangkan pabrik gula dalam negeri hanya mampu memproduksi 2,2 juta ton. Sementara sisanya sebesar 1 juta ton dipenuhi dari impor

Dia tak dapat memastikan hingga kapan ketergantungan tersebut bahal terjadi. ”Itu belum bisa dicapai karena gula tebu masih kekurangan lahan untuk penanaman,” katanya.

Dia mengatakan, bila ingin menginvestasi dalam bentuk membangun pabrik gula,  berapa pun nilainya tak menjadi soal. ”Mau Rp 1 triliun atau Rp3 triliun, tak masalah,” imbuhnya.

Yang jadi soal, kata Enggar adalah bahan baku. Dia mencontohkan kampungnya di Cirebon yang pernah memiliki 5 pabrik gula, tepatnya di Ciledug, Karangsuwung, Majalenka, dan Kadipaten. Namun berkurang jadi 3. Bahkan kini tinggal 1 pabrik gula.

Alih fungsi lahan tebu, menurut Enggar, tak lepas dari pendapatan petani tebu yang jauh dari layak akibat rendahnya rendemen pabrik gula. Petani disebut tidak mendapatkan imbal yang cukup, hingga rendemennya terkadang ditipu.

Menyikapi soal nasib petani tersebut, Enggar mengatakan pihaknya tengah menyusun roadmap-nya dengan Menko Ekonomi. ”Selain itu lahan tebu sudah jadi real estate,” kata mantan Ketua Real Estate Indonesia (REI) ini. (bbs/yaa)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/