SUMUTPOS.CO – Sektor bisnis diperkirakan sangat berkepentingan menggunakan data percakapan yang terekam televisi pintar seperti Samsung lewat fitur pengenalan suara setelah terungkap bahwa percakapan di depan televisi dapat diteruskan ke pihak ketiga.
Pendapat itu disampaikan oleh pengamat gadget di Jakarta, Frenavit Putra.
“Yang paling sederhana itu adalah perusahaan atau sektor bisnis. Karena apa? Mereka juga ingin mengumpulkan data, customer (konsumen) ini sukanya apa?”
Praktik seperti ini sudah lazim dilakukan untuk merekam aktivitas pengguna di internet, seperti yang dilakukan oleh Google. Bedanya, televisi pintar mengambil data percakapan.
“Mungkin Samsung pun ingin tahu apa yang dibicarakan konsumen ketika ia menonton televisi, ketika ada iklan, misalnya A.
“Data itu bisa dijual ke pengiklan atau ke perusahaan lain,” tambah Frenavit yang mengelola situs gadget, idgeeks.net tersebut.
Di samping itu, badan-badan intelijen mungkin juga dapat memanfaatkan informasi percakapan di depan layar televisi.
Beberapa waktu lalu Samsung mengeluarkan peringatan bahwa informasi dalam bentuk percakapan dapat diteruskan ke pihak ketiga bila fitur voice recognition atau pengenalan suara diaktifkan tatkala televisi terhubung ke internet.
Di balik dampak negatif, fitur pengenalan suara yang ada di televisi pintar mampu melakukan banyak fungsi.
“Saya bisa memintanya memindahkan saluran, menawarkan rekomendasi saluran. Saya bisa memintanya mematikan sementera televisi atau memutar ulang. Jadi bisa melakukan banyak fungsi,” tutur Peter Kent, seorang pengguna televisi Samsung di Inggris.
Peringatan bahwa percakapan di depan televisi mungkin direkam dan kemudian diteruskan ke pihak ketiga sebenarnya sudah dicantumkan pula di syarat-syarat dan ketentuan setiap pembelian produk televisi pintar Samsung.
Namun rata-rata konsumen tidak sampai membaca rincian sejauh itu, seperti dialami oleh Peter Kent.
“Baru pertama kali ini saya mendengar mengenai hal itu. Ini sedikit aneh karena generasi saya terbiasa menjaga privasi dan khawatir akan penyebaran informasi. Pada saat yang sama, saya tidak suka informasi jatuh ke pihak ketiga.”
Lagi pula, lanjutnya, tidak praktis untuk senantiasa mengingat kapan harus menghidupkan dan mematikan fitur pengenalan suara. Dalam keadaan tidak aktif, pengenalan suara tidak berfungsi.
Samsung bukan produsen pertama televisi pintar yang menghadapi masalah dengan pengumpulan data. Pada 2013 lalu ditemukan bahwa televisi LG juga mengumpulkan data tentang kebiasaan menonton konsumen. (BBC)