30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Transaksi Nontunai Masih Terfokus di Medan, Dorong Stakeholder untuk Membangun Fasilitas

istimewa
TOL: Pengendara mobil sedang membayar tol dengan menggunakan kartu. Saat ini, pemerintah sedang menggalakkan transaksi nontunai.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penggunaan uang elektronik di Sumatera Utara (Sumut), tertinggi masih di Kota Medan. Pada umumnya, transaksi ini dilakukan saat berbelanja, transportasi hingga makan dan minum.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat, mengungkapkan pergerakan uang elektronik masih terpusat di Kota Medan. Dari catatan, terdapat transaksi senilai Rp300 Miliar lebih di akhir tahun 2018.

“Kalau di Sumut sendiri terutama di Medan masih digunakan terkait jalan tol dan digunakan dalam beberapa alat transportasi misalnya dari kereta bandara. Namun itu masih kecil ya,” sebut Wiwiek kepada wartawan di Medan, Selasa (17/7) siang.

Wiwiek menjelaskan transaksi nontunai sangat potensial di daerah pariwisata, misalnya di Danau Toba. Tak hanya di daerah pariwisata penggunaan uang elektronik menurutnya juga bisa dilakukan dalam transaksi yang terkait dengan penerimaan dari pemerintah daerah.

“Sehingga penggunaan fasilitas-fasilitas nontunai ini juga akan menambah penggunaan dari uang elektronik itu,” tutur Wiwiek.

Ia mengatakan BI Sumut akan terus mendorong masyarakat untuk melakukan transaksi menggunakan uang elektronik dalam kehidupan sehari-hari. Kini, pengembangan tersebut, akan mengarah ke dunia pendidikan.

“Kita juga akan identifikasi beberapa daerah yang bisa juga masuk dalam fasilitas nontunai seperti SPP anak sekolah kan bisa menggunakan uang elektronik. Begitupun kita jajaki dulu semoga kita lebih bisa memasyarakatkan penggunaan uang elektronik ini. Karena masih cukup besar potensinya dan akan kita coba ya kondisikan dan koordinasikan dengan stakeholder di Sumut,” tandasnya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menuturkan bila ingin menggerakkan masyarakat Sumut menggunakan uang elektronik maka dikembangkanlah industri-industri seperti transportasi online. Sebab pada transportasi online ini menggunakan uang elektronik dalam hal ini Go Pay tapi tidak disuarakan.

“Kalau kita lihat ya kontribusi transportasi online ini ada sekitar 1,7 Triliun untuk pertumbuhan ekonomi di Sumut. Nah, UKM di Sumut yang jual melalui media sosial dan kirim melalui transportasi online otomatis transportasi online ini sebagai inkubatornya. Tapi BI kadang-kadang melihat uang elektronik ini sebatas tol dan saja padahal tidak,” terangnya.

Sehingga pertumbuhan uang elektronik ke depannya akan naik dengan bantuan stand up layanan transaksi uang elektronik. Butuhnya sosialisasi kepada masyarakat dan tentunya peran BI dengan membangun infrastrukturnya sehingga akan lebih banyak mengedukasi masyarakat.

“Begitu juga perusahaan jasa telekomunikasi membangun infrastrukturnya dan mengarahkan masyarakat menggunakan uang elektronik tersebut,” pungkasnya. (gus/ram)

istimewa
TOL: Pengendara mobil sedang membayar tol dengan menggunakan kartu. Saat ini, pemerintah sedang menggalakkan transaksi nontunai.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penggunaan uang elektronik di Sumatera Utara (Sumut), tertinggi masih di Kota Medan. Pada umumnya, transaksi ini dilakukan saat berbelanja, transportasi hingga makan dan minum.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat, mengungkapkan pergerakan uang elektronik masih terpusat di Kota Medan. Dari catatan, terdapat transaksi senilai Rp300 Miliar lebih di akhir tahun 2018.

“Kalau di Sumut sendiri terutama di Medan masih digunakan terkait jalan tol dan digunakan dalam beberapa alat transportasi misalnya dari kereta bandara. Namun itu masih kecil ya,” sebut Wiwiek kepada wartawan di Medan, Selasa (17/7) siang.

Wiwiek menjelaskan transaksi nontunai sangat potensial di daerah pariwisata, misalnya di Danau Toba. Tak hanya di daerah pariwisata penggunaan uang elektronik menurutnya juga bisa dilakukan dalam transaksi yang terkait dengan penerimaan dari pemerintah daerah.

“Sehingga penggunaan fasilitas-fasilitas nontunai ini juga akan menambah penggunaan dari uang elektronik itu,” tutur Wiwiek.

Ia mengatakan BI Sumut akan terus mendorong masyarakat untuk melakukan transaksi menggunakan uang elektronik dalam kehidupan sehari-hari. Kini, pengembangan tersebut, akan mengarah ke dunia pendidikan.

“Kita juga akan identifikasi beberapa daerah yang bisa juga masuk dalam fasilitas nontunai seperti SPP anak sekolah kan bisa menggunakan uang elektronik. Begitupun kita jajaki dulu semoga kita lebih bisa memasyarakatkan penggunaan uang elektronik ini. Karena masih cukup besar potensinya dan akan kita coba ya kondisikan dan koordinasikan dengan stakeholder di Sumut,” tandasnya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menuturkan bila ingin menggerakkan masyarakat Sumut menggunakan uang elektronik maka dikembangkanlah industri-industri seperti transportasi online. Sebab pada transportasi online ini menggunakan uang elektronik dalam hal ini Go Pay tapi tidak disuarakan.

“Kalau kita lihat ya kontribusi transportasi online ini ada sekitar 1,7 Triliun untuk pertumbuhan ekonomi di Sumut. Nah, UKM di Sumut yang jual melalui media sosial dan kirim melalui transportasi online otomatis transportasi online ini sebagai inkubatornya. Tapi BI kadang-kadang melihat uang elektronik ini sebatas tol dan saja padahal tidak,” terangnya.

Sehingga pertumbuhan uang elektronik ke depannya akan naik dengan bantuan stand up layanan transaksi uang elektronik. Butuhnya sosialisasi kepada masyarakat dan tentunya peran BI dengan membangun infrastrukturnya sehingga akan lebih banyak mengedukasi masyarakat.

“Begitu juga perusahaan jasa telekomunikasi membangun infrastrukturnya dan mengarahkan masyarakat menggunakan uang elektronik tersebut,” pungkasnya. (gus/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/