25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Taksi Online Garap Wisata Danau Toba, Melayani Wisatawan dari Bandara ke Sejumlah Rute

Taksi Online.

TOBASA, SUMUTPOS.CO – Wisatawan dipastikan akan semakin mudah menjajal kawasan Danau Toba. Itu dikarenakan, taksi online sudah mulai menggarap Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) tersebut.

EXCECUTIVE Director Grab Indonesia, Ongki Kurniawan mengatakan, saat ini pihaknya sedang uji coba di Bandara Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara. “Karena flight-nya belum banyak, yang penting sudah kita sediakan suplai. Bahkan kita sediakan di bandaranya dulu dari pada di kotanya,” ungkap Ongki Kurniawan saat ditemui di Medan, Senin (18/3).

Menurut dia, beroperasinya taksi online di kawasan danau terbesar se-Asia Tenggara itu akan meningkatkan kinjungan praiwisata. Karena, akan menambah aksesibilitas yang menjadi syarat penting dari pariwisata. “Jadi memang dengan adanya bandara, justru membangun demand untuk kotanya sendiri. Sangat positif untuk mendukung pariwisata Indonesia,” ungkapnya.

Seringkali kemunculan taksi online di daerah menimbulkan konflik horizontal. Khususnya dengan taksi-taksi konvensional atau milik pribadin

“Justru kita merangkul. Kami sadar bahwa ini semua bagaimana menciptakan ekosistem yang sehat,” tegasnya.

Kehaditan taksi online di kawasan pariwisata memang sangat penting. Bahkan Kementerian Pariwisata merangkul vendor taksol dengan co-branding wonderful Indonesia. Danau Toba juga terus mengalami pengembangan.

Kementerian melalui Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) baru membangun nomadic tourism di kawasan Sibisa, Kabupaten Toba Samosir. Pembangunan Danau Toba dilakukan untuk mencapai target satu juta wisatawan. Masuknya transportasi online ke kawasan Danau Toba ini disambut baik oleh BPODT. Menurut Direktur Utama BPODT, Arie Prasetyo hadirnya transportasi online itu memecahkan masalah transportasi disana.

“Tentunya kita menyambut ini dengan baik, karena memang salah satu kendala yang dirasakan saat ini adalah kurangnya transport last miles yang mengantarkan wisatawan ke tujuan mereka. Baik itu ke atraksi-atraksi maupun amenitas,” ujar Dirut BPODT Arie Prasetyo.

Selain taksol, saat ini Danau Toba juga memiliki Damri. Angkutan Damri menjadi shuttle bus yang melayani penumpang dari Bandara Silangit menuju sejumlah rute. “Seiring peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Danau Toba, maka hal ini akan sangat membantu,” pungkasnya.

Menanti Pengakuan UNESCO

Danau Toba kini tengah menanti hasil penilaian Badan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Dunia (Unesco) untuk mendapatkan titel taman bumi global atau Unesco Global Geopark. Dikutip dari laman Unesco, Senin (18/3), lembar penilaian terakhir terhadap Danau Toba dilakukan pada 21 Februari 2019 atas nama Katrien An Heirman, seorang peneliti bidang ilmu kebumian dan penurunan risiko bahaya kebumian Unesco.

Dalam dokumen tersebut, estimasi skor dari penguji dilakukan terhadap tujuh aspek yakni wilayah, konservasi geologi, warisan alam dan kebudayaan, struktur manajemen, dan informasi serta pendidikan lingkungan. Sisanya, wisata kebumian dan ekonomi daerah yang berkelanjutan.

Adapun, dari tujuh aspek tersebut, aspek struktur manajemen mendapat perkiraan nilai Unesco yang terendah yakni dengan skor 723 dari 1.000. Pada aspek struktur manajemen, pertanyaan mengenai manajemen wilayah mulai dari ketersediaan rencana induk hingga strategi pemasaran dan promosi.

Berdasarkan lembar penilaian tersebut, Danau Toba mendapatkan skor rendah untuk struktur manajemen karena rencana induk masih berupa rancangan.

Dengan demikian, detail rencana induk yang mencakup pembangunan infrastruktur, strategi pemasaran hingga keterlibatan komunitas tak bisa memberikan skor tambahan. Padahal, dalam hal struktur manajemen, terdapat empat geolog yang khusus untuk memonitor Danau Toba dan 17 orang mewakili berbagai disiplin dari mitra Pemerintah.

Untuk penilaian pada aspek lain yakni informasi dan pendidikan lingkungan juga konservasi geologi pun masuk dalam tiga aspek dengan penilaian terendah. Berdasarkan lembar penilaian, pada aspek informasi dan pendidikan lingkungan, Danau Toba tak bisa mengumpulkan skor untuk penyediaan program bagi mahasiswa, penyediaan informasi berbasis internet seperti buletin digital dan kalender kegiatan termutakhir.

Pada aspek informasi dan pendidikan lingkungan, Danau Toba mendapat skor 790 dari skor maksimal 1.000. Kemudian, untuk aspek konservasi geologi, Danau Toba mendapatkan skor 810 dari 1.000. Adapun, aspek yang membuat Danau Toba belum bisa mendapat skor maksimal yakni ketersediaan regulasi yang melindungi keseluruhan wilayah Danau Toba.

Sisanya, untuk aspek wilayah, Danau Toba memeroleh skor 860 dari 1.000 karena 16 situs kebumian, kekhasan fitur geologi dan geomorfologi sehingga Danau Toba tak memiliki pembanding di taman bumi lain.

Kemudian, aspek wisata kebumian, Danau Toba mendapat nilai 870 dari 1.000, aspek warisan alam dan kebudayaan dengan skor 925 dari 1.000 juga ekonomi daerah yang berkelanjutan dengan skor tertinggi yaitu 970 dari 1.000.

Pada aspek wisata kebumian, Danau Toba mendapatkan skor untuk beberapa hal termasuk ketersediaan angkutan umum untuk mengakses lokasi namun belum mengakomodasi perjalanan bagi pelancong yang memiliki minat di bidang geologi dan geomorfologi juga penyandang disabilitas.

Lalu, pada aspek warisan alam dan kebudayaan, Danau Toba mendapatkan penunjukkan secara nasional dan regional dari sisi alam dan kebudayaannya.

Terakhir, untuk aspek ekonomi daerah yang berkelanjutan, Danau Toba telah mengembangkan cinderamata khas dan label khusus produk-produk lokal. Namun untuk beberapa hal seperti inisiatif mempromosikan melalui replika geologi masih dalam proses sehingga belum memberikan skor tambahan.

Penilaian dari Unesco tentang masuknya Danau Toba ke jaringan taman bumi global menjadi tumpuan Pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Seperti diketahui, Pemerintah Pusat menargetkan agar kunjungan wisatawan mancanegara bisa menyentuh 1 juta pertahun sementara Pemerintah Provinsi Sumatra Utara menargetkan 500.000 kunjungan pertahun. (pra/jpg/bbs)

Taksi Online.

TOBASA, SUMUTPOS.CO – Wisatawan dipastikan akan semakin mudah menjajal kawasan Danau Toba. Itu dikarenakan, taksi online sudah mulai menggarap Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) tersebut.

EXCECUTIVE Director Grab Indonesia, Ongki Kurniawan mengatakan, saat ini pihaknya sedang uji coba di Bandara Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara. “Karena flight-nya belum banyak, yang penting sudah kita sediakan suplai. Bahkan kita sediakan di bandaranya dulu dari pada di kotanya,” ungkap Ongki Kurniawan saat ditemui di Medan, Senin (18/3).

Menurut dia, beroperasinya taksi online di kawasan danau terbesar se-Asia Tenggara itu akan meningkatkan kinjungan praiwisata. Karena, akan menambah aksesibilitas yang menjadi syarat penting dari pariwisata. “Jadi memang dengan adanya bandara, justru membangun demand untuk kotanya sendiri. Sangat positif untuk mendukung pariwisata Indonesia,” ungkapnya.

Seringkali kemunculan taksi online di daerah menimbulkan konflik horizontal. Khususnya dengan taksi-taksi konvensional atau milik pribadin

“Justru kita merangkul. Kami sadar bahwa ini semua bagaimana menciptakan ekosistem yang sehat,” tegasnya.

Kehaditan taksi online di kawasan pariwisata memang sangat penting. Bahkan Kementerian Pariwisata merangkul vendor taksol dengan co-branding wonderful Indonesia. Danau Toba juga terus mengalami pengembangan.

Kementerian melalui Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) baru membangun nomadic tourism di kawasan Sibisa, Kabupaten Toba Samosir. Pembangunan Danau Toba dilakukan untuk mencapai target satu juta wisatawan. Masuknya transportasi online ke kawasan Danau Toba ini disambut baik oleh BPODT. Menurut Direktur Utama BPODT, Arie Prasetyo hadirnya transportasi online itu memecahkan masalah transportasi disana.

“Tentunya kita menyambut ini dengan baik, karena memang salah satu kendala yang dirasakan saat ini adalah kurangnya transport last miles yang mengantarkan wisatawan ke tujuan mereka. Baik itu ke atraksi-atraksi maupun amenitas,” ujar Dirut BPODT Arie Prasetyo.

Selain taksol, saat ini Danau Toba juga memiliki Damri. Angkutan Damri menjadi shuttle bus yang melayani penumpang dari Bandara Silangit menuju sejumlah rute. “Seiring peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Danau Toba, maka hal ini akan sangat membantu,” pungkasnya.

Menanti Pengakuan UNESCO

Danau Toba kini tengah menanti hasil penilaian Badan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Dunia (Unesco) untuk mendapatkan titel taman bumi global atau Unesco Global Geopark. Dikutip dari laman Unesco, Senin (18/3), lembar penilaian terakhir terhadap Danau Toba dilakukan pada 21 Februari 2019 atas nama Katrien An Heirman, seorang peneliti bidang ilmu kebumian dan penurunan risiko bahaya kebumian Unesco.

Dalam dokumen tersebut, estimasi skor dari penguji dilakukan terhadap tujuh aspek yakni wilayah, konservasi geologi, warisan alam dan kebudayaan, struktur manajemen, dan informasi serta pendidikan lingkungan. Sisanya, wisata kebumian dan ekonomi daerah yang berkelanjutan.

Adapun, dari tujuh aspek tersebut, aspek struktur manajemen mendapat perkiraan nilai Unesco yang terendah yakni dengan skor 723 dari 1.000. Pada aspek struktur manajemen, pertanyaan mengenai manajemen wilayah mulai dari ketersediaan rencana induk hingga strategi pemasaran dan promosi.

Berdasarkan lembar penilaian tersebut, Danau Toba mendapatkan skor rendah untuk struktur manajemen karena rencana induk masih berupa rancangan.

Dengan demikian, detail rencana induk yang mencakup pembangunan infrastruktur, strategi pemasaran hingga keterlibatan komunitas tak bisa memberikan skor tambahan. Padahal, dalam hal struktur manajemen, terdapat empat geolog yang khusus untuk memonitor Danau Toba dan 17 orang mewakili berbagai disiplin dari mitra Pemerintah.

Untuk penilaian pada aspek lain yakni informasi dan pendidikan lingkungan juga konservasi geologi pun masuk dalam tiga aspek dengan penilaian terendah. Berdasarkan lembar penilaian, pada aspek informasi dan pendidikan lingkungan, Danau Toba tak bisa mengumpulkan skor untuk penyediaan program bagi mahasiswa, penyediaan informasi berbasis internet seperti buletin digital dan kalender kegiatan termutakhir.

Pada aspek informasi dan pendidikan lingkungan, Danau Toba mendapat skor 790 dari skor maksimal 1.000. Kemudian, untuk aspek konservasi geologi, Danau Toba mendapatkan skor 810 dari 1.000. Adapun, aspek yang membuat Danau Toba belum bisa mendapat skor maksimal yakni ketersediaan regulasi yang melindungi keseluruhan wilayah Danau Toba.

Sisanya, untuk aspek wilayah, Danau Toba memeroleh skor 860 dari 1.000 karena 16 situs kebumian, kekhasan fitur geologi dan geomorfologi sehingga Danau Toba tak memiliki pembanding di taman bumi lain.

Kemudian, aspek wisata kebumian, Danau Toba mendapat nilai 870 dari 1.000, aspek warisan alam dan kebudayaan dengan skor 925 dari 1.000 juga ekonomi daerah yang berkelanjutan dengan skor tertinggi yaitu 970 dari 1.000.

Pada aspek wisata kebumian, Danau Toba mendapatkan skor untuk beberapa hal termasuk ketersediaan angkutan umum untuk mengakses lokasi namun belum mengakomodasi perjalanan bagi pelancong yang memiliki minat di bidang geologi dan geomorfologi juga penyandang disabilitas.

Lalu, pada aspek warisan alam dan kebudayaan, Danau Toba mendapatkan penunjukkan secara nasional dan regional dari sisi alam dan kebudayaannya.

Terakhir, untuk aspek ekonomi daerah yang berkelanjutan, Danau Toba telah mengembangkan cinderamata khas dan label khusus produk-produk lokal. Namun untuk beberapa hal seperti inisiatif mempromosikan melalui replika geologi masih dalam proses sehingga belum memberikan skor tambahan.

Penilaian dari Unesco tentang masuknya Danau Toba ke jaringan taman bumi global menjadi tumpuan Pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Seperti diketahui, Pemerintah Pusat menargetkan agar kunjungan wisatawan mancanegara bisa menyentuh 1 juta pertahun sementara Pemerintah Provinsi Sumatra Utara menargetkan 500.000 kunjungan pertahun. (pra/jpg/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/