32.8 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Harga Sembako di Medan Masih Normal

Harga sembako di Medan masih normal pascakenaikan harga BBM.
Harga sembako di Medan masih normal pascakenaikan harga BBM.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Harga kebutuhan pokok masyarakat di Kota Medan seperti di Pasar Sukaramai dan Petisah masih normal, Selasa (18/11). “Masih biasa aja kayak kemarin harganya. Entah kalau besok atau lusa. Tapi kita kan ada stok kemarin. Ya kita jual harga biasa dulu,”ungkap Andreas (38), salah seorang pedagang Pasar Sukaramai.

Pasaribu (46), salah seorang pedagang sayur mayur juga mengaku tidak menaikkan harga karena takut tak laku dan busuk.

“Nggak naik karena tak bisa ditimbun. Kalau banyak barang ya murah. Kalau sedikit barangnya ya mahal. Jadi nggak bergantung BBM,”ungkapnya.

Seorang ibu rumah tangga, Mariana (49), yang sedang berbelanja mengatakan, mau tak mau harus menerima keputusan pemerintah. “Gaji pas-pasan gini ya mau tak mau harus terima. Pemerintah kan sudah putuskan. Ya di cukup-cukupi,”ungkap janda beranak 3 yang menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai buruh pabrik.

Di Lubukpakam, pasca kenaikan BBM, harga kebutuhan pokok langsung melonjak tajam. Seperti penuturan Fatimah (48), pedagang warung nasi di Jalan Jendral Sudirman, Lubukpakam, cabai merah yang sebelumnya Rp 40 ribu kini menjadi Rp 70 ribu/kg. Sedangkan bawang merah, dari Rp20 ribu menjadi Rp26 ribu.

“Ikan dencis Rp30 ribu dan ikan gembung Rp 40 ribu per kilo. Minyak goreng bukan kemasan, dari Rp 9.000 menjadi Rp 12 ribu/kg,” bebernya usai belanja dari Pasar Lubukpakam di Desa Bakaran Batu.

Karenanya, mau tak mau perempuan yang telah 15 tahun membuka warung nasi ini terpaksa menaikkan harga dagangannya. “Sebelumnya makan pakai telor Rp 8.000 sekarang menjadi Rp 9.000. Kalau pakai ikan dencis atau gembung, sebelumnya Rp 10 ribu sekarang terpaksa menjaidi Rp 12.000,” imbuhnya.

Jika Fatimah dan para sopir angkutan mengeluhkan kenaikan BBM, G Ade Putra (38) warga Perumnas Pemda Kel. Syahmad, Kec. Lubukpakam, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik justru mendukung keputusan Jokowi.

Menurutnya, selama ini yang menikmati BBM bersubsidi hanya orang kaya. Itu terlihat dari banyaknya mobil mewah antri di SPBU. “Bila perlu harga BBM disesuaikan dengan harga standar internasional Rp 15 ribu setiap liter. Kalau orang miskin seperti kami, paling berapa liter lah satu hari untuk sepedamotor,” imbuhnya.

Laporan dari Pasar Tapiv Binjai, seorang pedagang bernama Nani (40) menyebutkan, kenaikan harga di pasar tradisional sangat drastic. Untuk sayur mayur, kenaikannya bahkan mencapai seratus persen.

Dicontohkannya, harga cabai yang sebelumnya Rp 25 ribu, kini mencapai Rp 65 ribu/kg. “Awalnya dari 25 ribu naik menjadi 50 ribu, kini naik lagi menjadi 65 ribu. Tidak menutup kemungkinan harga bisa melonjak lagi,” jelasnya.

Untuk cabe rawit, dari Rp15 ribu menjadi Rp 22 ribu/kg. Tomat dari Rp 8.000 menjadi Rp 12 ribu. Bawang putih dari Rp 10 ribu menjadi Rp 15 ribu. Bawang merah dari Rp 20 ribu menjadi Rp 24 ribu/kg. Kentang dari Rp 8.500 menjadi Rp 10.000/kg.

Diakui, lonjakan ini diawali naiknya harga dari para agen yang mengaku harus mengeluarkan tambahan biaya transportasi. Alhasil, para pedagang terpaksa ikut menaikkan harga. (cr-2/man/bam/ras/smg)

 

Harga sembako di Medan masih normal pascakenaikan harga BBM.
Harga sembako di Medan masih normal pascakenaikan harga BBM.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Harga kebutuhan pokok masyarakat di Kota Medan seperti di Pasar Sukaramai dan Petisah masih normal, Selasa (18/11). “Masih biasa aja kayak kemarin harganya. Entah kalau besok atau lusa. Tapi kita kan ada stok kemarin. Ya kita jual harga biasa dulu,”ungkap Andreas (38), salah seorang pedagang Pasar Sukaramai.

Pasaribu (46), salah seorang pedagang sayur mayur juga mengaku tidak menaikkan harga karena takut tak laku dan busuk.

“Nggak naik karena tak bisa ditimbun. Kalau banyak barang ya murah. Kalau sedikit barangnya ya mahal. Jadi nggak bergantung BBM,”ungkapnya.

Seorang ibu rumah tangga, Mariana (49), yang sedang berbelanja mengatakan, mau tak mau harus menerima keputusan pemerintah. “Gaji pas-pasan gini ya mau tak mau harus terima. Pemerintah kan sudah putuskan. Ya di cukup-cukupi,”ungkap janda beranak 3 yang menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai buruh pabrik.

Di Lubukpakam, pasca kenaikan BBM, harga kebutuhan pokok langsung melonjak tajam. Seperti penuturan Fatimah (48), pedagang warung nasi di Jalan Jendral Sudirman, Lubukpakam, cabai merah yang sebelumnya Rp 40 ribu kini menjadi Rp 70 ribu/kg. Sedangkan bawang merah, dari Rp20 ribu menjadi Rp26 ribu.

“Ikan dencis Rp30 ribu dan ikan gembung Rp 40 ribu per kilo. Minyak goreng bukan kemasan, dari Rp 9.000 menjadi Rp 12 ribu/kg,” bebernya usai belanja dari Pasar Lubukpakam di Desa Bakaran Batu.

Karenanya, mau tak mau perempuan yang telah 15 tahun membuka warung nasi ini terpaksa menaikkan harga dagangannya. “Sebelumnya makan pakai telor Rp 8.000 sekarang menjadi Rp 9.000. Kalau pakai ikan dencis atau gembung, sebelumnya Rp 10 ribu sekarang terpaksa menjaidi Rp 12.000,” imbuhnya.

Jika Fatimah dan para sopir angkutan mengeluhkan kenaikan BBM, G Ade Putra (38) warga Perumnas Pemda Kel. Syahmad, Kec. Lubukpakam, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik justru mendukung keputusan Jokowi.

Menurutnya, selama ini yang menikmati BBM bersubsidi hanya orang kaya. Itu terlihat dari banyaknya mobil mewah antri di SPBU. “Bila perlu harga BBM disesuaikan dengan harga standar internasional Rp 15 ribu setiap liter. Kalau orang miskin seperti kami, paling berapa liter lah satu hari untuk sepedamotor,” imbuhnya.

Laporan dari Pasar Tapiv Binjai, seorang pedagang bernama Nani (40) menyebutkan, kenaikan harga di pasar tradisional sangat drastic. Untuk sayur mayur, kenaikannya bahkan mencapai seratus persen.

Dicontohkannya, harga cabai yang sebelumnya Rp 25 ribu, kini mencapai Rp 65 ribu/kg. “Awalnya dari 25 ribu naik menjadi 50 ribu, kini naik lagi menjadi 65 ribu. Tidak menutup kemungkinan harga bisa melonjak lagi,” jelasnya.

Untuk cabe rawit, dari Rp15 ribu menjadi Rp 22 ribu/kg. Tomat dari Rp 8.000 menjadi Rp 12 ribu. Bawang putih dari Rp 10 ribu menjadi Rp 15 ribu. Bawang merah dari Rp 20 ribu menjadi Rp 24 ribu/kg. Kentang dari Rp 8.500 menjadi Rp 10.000/kg.

Diakui, lonjakan ini diawali naiknya harga dari para agen yang mengaku harus mengeluarkan tambahan biaya transportasi. Alhasil, para pedagang terpaksa ikut menaikkan harga. (cr-2/man/bam/ras/smg)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/