Yovita mengisahkan, sejak lama memang ia menginginkan adanya produk yang memberi perlindungan untuk rawat jalan. Apalagi, ia memiliki penyakit maag yang kerap muncul. Sementara, biaya rawat jalan tidak murah, biaya dokter saja sudah ratusan ribu Rupiah, padahal penyakit yang diderita tidak membutuhkan rawat inap.
Lewat MPA, ia cukup menunjukkan kartu, tidak perlu membayar seluruh biaya pengobatan. “Ini kartu ajaib, pernah saya coba saat sedang kena batuk dan pilek yang berat, ternyata cukup tunjukkan kartu ke pihak rumah sakit, semuanya beres,” ujar Yovita.
Ia membeli produk MPA untuk dirinya dan suami. Saat muncul produk serupa untuk perlindungan rawat jalan anak, ia juga membelinya untuk kedua anaknya. “Soalnya, anak-anak yang rentan sakit, makanya saya ambil untuk kedua anak saya,” papar Yovita.
Diakui, selain layanan yang baik, ia juga menghitung benefit dari produk yang ditawarkan agen Manulife. Sebagai akuntan, ia mengaku menghitung dengan cermat imbal hasil yang bisa diperoleh dari produk-produk yang ditawarkan. “Kalau menguntungkan, dan saya ada uang, saya ambil. Jika dibandingkan bunga bank deposito, tentu ini lebih tinggi. Dapat untung dan dapat proteksi buat saya dan keluarga,” tambah dia.
Menurut dia, perlunya asuransi karena biaya rumah sakit terus meningkat. Yovita menilai, dengan ikut asuransi dengan benefit yang tinggi, ia tidak khawatir ketika sakit untuk mendapat layanan terbaik di rumah sakit.
Hal lain yang membuat ia “cinta berat” dengan Manulife adalah kejujuran perusahaan asuransi asal Kanada itu. Pernah suatu ketika ia membayar premi tahunan Rp 100 juta. Saat itu ia tidak tahu bahwa semestinya ia sudah selesai membayar tahapan premi. Ternyata, dua pekan kemudian, ia menerima uang masuk ke rekeningnya dari Manulife sebesar Rp 100 juta.
“Saya kaget ada uang masuk sebesar itu. Saya tanya ke agen saya, ternyata setelah diperiksa, itu premi yang saya bayarkan untuk polis yang sudah selesai masa pembayaran preminya. Ini uang besar, ternyata Manulife jujur, saya kelebihan bayar, langsung dikembalikan,” papar dia.
Pengalaman itu berbeda dengan produk asuransi yang pernah dibeli suaminya di Singapura, baru-baru ini tanpa sepengetahuannya. Agen di sana menyebutkan premi hanya dibayar 20 kali, ternyata setelah dicek, premi yang harus dibayar suaminya berkali-kali lipat, hingga 71 tahun, atau selama lebih ari 30 tahun membayar premi. “Makanya kami tutup polis itu, walaupun kami rugi belasan ribu dolar Singapura,” papar dia.
Menurut Yovita, menjaga kepercayaan nasabah itu penting. Itulah peran agen asuransi, harus jujur dan menjaga citra perusahaannya. Jika kepercayaan itu dijaga, tentu nasabah akan puas dan tak ragu untuk membeli produk terbaru lainnya.