Sementara itu, Emir, nasabah termuda Manulife mengaku membeli polis asuransi Manulife Indonesia karena pengalaman buruk yang dihadapi kakak sulungnya. Kakaknya berkali-kali masuk rumah sakit dan menghabiskan uang yang sangat besar. Sementara, kakaknya itu tidak memiliki proteksi asuransi. Belajar dari pengalaman itu, kakak keduanya ikut perlindungan asuransi Manulife Indonesia dan mendapat proteksi dengan layanan memuaskan.
“Makanya, saya ikut membeli polis Manulife, apalagi kata ayah saya, produk asuransi itu juga ada investasinya,” ujar Emir. Emir mengaku, ia ikut urunan membayar premi bersama kedua orangtuanya dari uang sakunya bermain band. Menurut dia, adanya perlindungan jiwa berikut investasi membuat ia lebih percaya diri untuk proteksi di masa mendatang. Apalagi, pada masa mendatang, biaya untuk perawatan di rumah sakit tentu tidak murah.
Beberapa waktu lalu, Soemaryono Rahardjo dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) kepada awak jurnalis menjelaskan, selalu ada peningkatan tarif di rumah sakit swasta di Indonesia. Hal itu terjadi karena mengikuti laju inflasi. Selain itu, perkembangan teknologi juga mempengaruhi biaya berobat di rumah sakit.
Ia juga mengatakan, harga obat setiap tahun juga terus meningkat. Biaya obat menjadi modal tertinggi yang mempengaruhi sekitar 35-40% dari tarif rumah sakit. Soemaryono juga menuturkan kalau rumah sakit swasta semua modal menggunakan dana pribadi. Berbeda dengan rumah sakit pemerintah yang memiliki berbagai subsidi termasuk pembelian alat kesehatan. (gus)